KEPASTIAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBANGUN KENYAMANAN BERUSAHA DAN MENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS

dokumen-dokumen yang mirip
LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DHAHANA PUTRA DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Peran Asosiasi Bisnis dalam Mencegah Korupsi di sektor usaha Migas

AGENDA. I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan. Hasil penilaian TQA RB Tindak lanjut Reformasi Peradilan: visi ke depan

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

POLICY PAPER. : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007

PENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO

PENEGAKAN HUKUM. Selasa, 24 November

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No masyarakat terhadap pelaksanaan penegakan hukum oleh Kejaksaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REFORMASI BIROKRASI DAN SISTEM MANAJEMEN PERKARA TERPADU

REFORMASI DAN REGULASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2014 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN DAN NON PERIZINAN

Oleh : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999; Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

Ketahanan Pangan. Laporan Komisi ke Menko Perekonomian KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA

11 Program Prioritas KIB II

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

DAFTAR ISI. Sampul Depan. 1. Daftar Isi Bab I : Pendahuluan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian...

SOSIALISASI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN AGAMA

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

PUSANEV_BPHN OVERVIEW ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA MEMBANGUN SISTEM HUKUM PIDANA (ANAK)

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

Paparan Draft Rencana Aksi

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK

MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

Oleh: Dr. Ir. SRI PURYONO KS, MP. Nama Lengkap Dr. Ir. SRI PURYONO KS, M.P. Tempat, Tanggal Lahir. NIP Pangkat /Golongan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

Transkripsi:

KEPASTIAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBANGUN KENYAMANAN BERUSAHA DAN MENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS Disampaikan dalam Seminar Yang Diselenggarakan Kamar Dagang & Industri Indonesia (KADIN), The Sultan Hotel, Jakarta 4 Maret 2011 1

Dibentukanya AFTA, APEC, AFTA, Uni Eropa, WTO INVESTASI Rendahnya investasi di suatu negara tentu sangat berpengaruh terhadap dunia usaha dan daya saing produk negara tersebut, baik di pasar dalam maupun luar negeri, khususnya pada era globalisasi.

Permasalahan yang dihadapi di Indonesia adalah penyelenggaraan investasi yang belum didukung oleh iklim investasi yang kondusif : Prosedur perizinan yang panjang dan mahal; rendahnya kepastian hukum yang tercermin dari banyaknya tumpang tindih kebijakan antara pemerintah pusat, daerah dan antar sektor; belum siapnya daerah melaksanakan disentralisasi lemahnya insentif investasi rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya infrastruktur Kondisi Politik dan Keamanan 3

MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI ALTERNATIF TERBAIK SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PERBAIKAN IKLIM INVESTASI MENGINTEGRASIKAN EKONOMI SUATU NEGARA KE DALAM EKONOMI GLOBAL TRANSFER ILMU PENGETAHUAN DAN MODAL SUMBER DAYA MANUSIA MEMPERLUAS LAPANGAN KERJA 4

Penjelasan Umum Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. 5

MEWUJUDKAN IKLIM INVESTASI YANG KONDUSIF memangkas prosedur perizinan panjang dan mahal; memperkuat insentif investasi; meningkatkan kualitas SDM dan infrastruktur Diperlukan rumusan strategi dan kebijakan investasi yang didukung instrumen hukum yang dapat menjamin adanya kepastian hukum. 6

PERBAIKAN DAN PENYEMPURNAAN INSTRUMEN HUKUM KEPASTIAN HUKUM. KONSISTENSI DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM Khususnya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat kegiatan usaha dan investasi 7

PERANGKAT HUKUM TERKAIT INVESTASI UU No. 4/1998 TTG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UU No. 1/1998 TTG PERUBAHAN ATAS UU KEPAILITAN; UU No. 5/1999 TTG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT; UU No. 8/1999 TTG PERLINDUNGAN KONSUMEN; UU No. 25/2007 TTG PENANAMAN MODAL; UU No. 10/1998 TTG PERBANKAN; UU No. 6/2009 TTG BANK INDONESIA; UU No. 30/1999 TTG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA; UU No. 2/2004 TTG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL INDONESIA; UU No. 37/2004 TTG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. 8

KEPPRES NOMOR : 183/1998 TTG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL; KEPPRES NOMOR : 114/1998 TTG PERUBAHAN ATAS KEPPRES NOMOR : 25/1991 TTG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL; KEPUTUSAN MENTERI INVESTASI/KEPALA BKPM NOMOR : 12/SK/ 1999 TTG PENYERTAAN MODAL DALAM PERUSAHAAN INDUK (HOLDING). 9

PASAL 3 a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian hukum kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil; c. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. 10

Sepuluh besar hambatan utama dalam dunia bisnis menurut survey Invesment Climate : 1. Instabilitas makro ekonomi; 2. Ketidakpastian kebijakan ekonomi; 3. Korupsi di daerah; 4. Korupsi secara nasional 5. Mekanisme penyelesaian sengketa 6. Transportasi 7. Administrasi pajak; 8. Buruh yang tidak terlatih dan tidak berpendidikan; 9. Pembiayaan keuangan; dan 10. Tingkatan pajak yang dibebankan ketidakpastian hukum dan korupsi masuk ke dalam 5 (lima) besar hambatan bagi dunia bisnis dalam mengembangkan usahanya 11

Prof. Emil Salim Perlu adanya kerangka dasar hukum ekonomi nasional dengan mengedepankan prinsip-prinsip : 1. Demokrasi ekonomi, dengan ciri-ciri positif dan negatifnya; 2. Pengembangan kesempatan yang sama dan adil dalam kegiatan ekonomi dan pembangunan; 3. Pemeliharaan kekuatan penyumbang untuk mencegah monopoli atau oligopoli; 4. Penyelenggaraan mekanisme check and recheck untuk memelihara keseimbangan kekuatan dan bahkan dapat diarahkan untuk melindungi golongan ekonomi lemah. 5. Pengembangan pertimbangan kepentingan umum dalam pembangunan ; 6. Penyempurnaan aparatur 7. Penertiban produk hukum ekonomi pembangunan perlu memperhatikan butir-butir dalam demokrasi ekonomi dan selanjutnya dapat mendorong ikhtiar masyarakat untuk mengembangkan usaha/kegiatan di bidang ekonomi, sehingga tercipta suhu/iklim, budaya dan kesadaran untuk menyumbang hukum ekonomi itu sendiri. 12

Mengapa korupsi kian marak dan merambah juga di dunia usaha, antara lain disebabkan : 1. Sistem yang diberlakukan memberi peluang terjadinya korupsi, termasuk dalam hal ini regulasinya sendiri; 2. Moral dan integritas yang rendah, baik aparatur birokrasinya maupun pelaku usahanya; 3. Pandangan hidup yang lebih berorientasi kepada materialistik dan konsumerisme; 4. Keinginan masyarakat yang serba instan; 5. Fungsi pengawasan yang belum optimal. 13

PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBANGUN KENYAMANAN BERINVESTASI DIBUTUHKAN LANGKAH PEMERINTAH MEMBERANTAS KORUPSI KEBIJAKAN & INSTRUMEN HUKUM DIJALANKAN SECARA INTEGRAL DAN SISTEMIK MENGEREM MERAJALELA- NYA KORUPSI DI INDONESIA 14

Perencanaan dan Pembentukan Hukum KEBIJAKAN REPRESIF Harmonisasi dan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang Pemberantasan Korupsi dan Sektor Lainnya Yang Terkait Peningkatan Kinerja Institusi Penegak Hukum Peningkatan Kualitas Profesi Hukum 15

Kebijakan Restoratif Sebagai alternatif dari kebijakan represif TINDAK PIDANA KORUPSI KEBIJAKAN PIDANA SEBAGAI PREMIUM REMIDIUM KEBIJAKAN PIDANA SEBAGAI the last resort/upaya terakhir LP MAKIN PENUH Kerugian finansial tidak dapat di pulihkan Upaya penyelamatan aset hasil korupsi Core dari semangat pemberantasan korupsi adalah mengedepankan pengembalian aset. 16

Peningkatan Peran Komisi Pengawasan Eksternal dan Internal Peningkatan Pendidikan dan Kesadaran Hukum KEBIJAKAN PREVENTIF Peningkatan Kesejahteraan dan Kesempatan Kerja Meningkatkan Kerjasama Internasional dalam Rangka Pemberantasan Korupsi. Meningkatkan Koordinasi Dalam Rangka Pelaporan Pelaksanaan Upaya Pemberantasan Korupsi. 17

Kebijakan preventif yang dilakukan oleh pemerintah Program Reformasi Birokrasi - kelembagaan (institution); - ketatalaksanaan (business process); - sumber daya manusia (human resource) Perbaikan diberbagai sektor publik dan administratif : 1. Pelayanan Publik 2. Prosedur Investasi 3. Proses mendapatkan keadilan 4. Pengadaan Barang & Jasa BELUM TUNTAS PP No.81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 Reformasi Birokrasi harus dilakukan secara: Transparan; Akuntabel; Efisien, Efektif, Realistik, Konsisten Terkait dengan : - pola pikir (mindset); - budaya kerja (culture set) dan - perilaku (behavior). PERUBAHAN 18

PEMBERANTASAN KORUPSI YANG DILAKUKAN KEJAKSAAN RI 19

Data Perkara Korupsi Di Indonesia Ditangani oleh POLRI, Kejaksaan RI dan KPK Periode Tahun 2004 S.D. 2010 TAHUN TAHAP PENYIDIKAN TAHAP PENUNTUTAN PENYIDIK PENYIDIK PENYIDIK BERASAL DARI BERASAL DARI BERASAL POLRI KEJAKSAAN KPK DIK POLRI DIK KEJAKSAAN DARI DIK KPK 2004 311 523 2 157 460 2 2005 215 546 12 187 542 17 2006 225 588 26 279 515 23 2007 155 636 23 200 512 27 2008 190 1.348 47 178 1.114 37 2009 283 1.609 34 199 1.412 32 2010 201 2.297 37-1.684 27 JUMLAH 1.580 7.547 181 1.200 6.239 165 Sumber : Sunproglapnil Pidsus Kejaksaan Agung 20

NO TAHUN U R A I A N UANG PENGGANTI (Rp) DENDA (Rp) UANG NEGARA YANG DISELAMATKAN DALAM PENYIDIKAN/PENUNTUTAN (Rp) BARANG RAMPASAN (Rp) KET 1 2004 14.168.278.951,00 1.421.891.000,00 KEJATI KEJAGUNG 2. 2005 9.875.363.865,00 1.383.644.250,00 - - 31.506.837.750,00 3. 2006 2.209.405.552.920,59 1.885.028.500,00 - - 137.100.000,00 4. 2007 2.686.204.715.257,10 3.615.350,00 - - 3.773.945.199,00 5. 2008 1.400.550.000,77 *) US $ 18.000.000,00 958.668.616,00 72.625.733.604,57 3.386.391.864.708,35 2.852.800.000,00 6. 2009 2.061.493.544.738,00 + US $ 493.647,07 7. 2010 s/d Des JUMLAH - 351.011.716.010,01 110.503.277.107,00 + US $ 67.882.42 + Baht 3.835,192.76 - - 354.525.832.720 6.982.548.005.732,46 + US $ 18,493,647.07 5.652.847.716,00 Rp. 4.275.058.424.149 + US $ 67.882.42 + Baht 3.835.192.76 3.828.572.926.240,00 3.886.843.609.189,00 21

Selain itu untuk menuntaskan pelaksanaan eksekusi serta optimalisasi pencarian terpidana dan tersangka perkara tindak pidana korupsi, baik di dalam maupun di luar negeri, serta untuk mengembalikan kerugian keuangan/perekonomian negara oleh pemerintah telah dibentuk Tim Terpadu Pencari Terpidana dan Tersangka Perkara Tindak Pidana Korupsi 22

Agar pelaksanaan kegiatan usaha dan investasi di Indonesia dapat berjalan dengan baik serta sejalan dengan arah dan tujuan pembangunan nasional, maka pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia harus terus digalakkan secara sinergis dan simultan oleh seluruh komponen bangsa ini. Apabila persoalan korupsi di Indonesia dapat diselesaikan secara tuntas, maka kepercayaan para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia tentunya akan semakin meningkat dan pada akhirnya akan menjadi modal yang signifikan untuk mengembalikan gairah perekonomian di Indonesia. 23

24