BAB I PENDAHULUAN. Aksi - aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kelompok Islam radikal secara

dokumen-dokumen yang mirip
menjadi pemberitaan yang sering kali dikaitkan dengan isu agama. Budi Gunawan dalam bukunya Terorisme : Mitos dan Konspirasi (2005, 57) menekankan : K

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada 5 Januari 2013, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengalami kecelakaan saat

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. (SMRC) merilis hasil bahwa Partai Demokrat, mengalami penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

8.15 Pengamat Sosial -Prof Tajjudin Nur Effendi-

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

ABSTRAK. Nama : Anike Puspita Yunita NIM : D2C Judul : Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Dari catatan Komnas Perempuan, yang dimuat pada harian Kompas

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. dari yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sebagai negara yang

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia seringkali menjadi sorotan karena konflik pertanahan. Hafid

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com

BAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Selama ini, Indonesia mengklaim dirinya sebagai negara yang

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?

Al Ngatawi, Zastrouw Gerakan Islam Simbolik : Politik Kepentingan FPI. Yogyakarta : LkiS hal Ibid, hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

ISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)

CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemuda Arab, diduga pelaku adalah warga Palestina. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. artikel ke-20 Deklarasi Universal mengenai Hak Asasi Manusia, (1) Everyone

Bagan 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara yang lebih demokratis, berjalannya mekanisme cheks and

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

Denpasar, tapi hampir di seluruh Bali.

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

Kementerian Dalam Negeri 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau disingkat BNP2TKI menyatakan bahwa selama periode 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beragam agama, etnis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

PENDAHULUAN. pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, semua pihak dapat

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB III PENUTUP. kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahanya itu dilihat dari fakta

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dalam Peta Politik Demokratisasi Indonesia* AE Priyono Peneliti Senior Demos

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Pudarnya Akal Sehat dalam Pilkada DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk ikut serta mempercepat pembangunan suatu negara, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, pasar modal semakin banyak mendapat perhatian, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu

[102] Ormas Dalam Bahaya Friday, 19 April :43

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Film merupakan salah satu produk media massa yang perkembangannya tidak

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pencitraan Abu Bakar Ba asyir di Harian Republika

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri.

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

Mayoritas Publik Khawatir Terorisme Merembet ke Indonesia

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

I. PENDAHULUAN. terjadi di seluruh bagian negeri yang mempengaruhi kehidupan. masyarakat. Kejadian atau peristiwa ini kemudian diinformasikan ke

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan dasar rumah bersama warga Nusantara (Hariyono, 2014:127).

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun kedatangan Islam di Indonesia telah dimulai pada abad 7 Masehi, namun

PANITIA SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNNES KE-10

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini?

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aksi - aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kelompok Islam radikal secara tidak bertanggung jawab sering kali terdengar dan muncul ke permukaan beberapa tahun terakhir di Indonesia. Sejatinya, praktik-praktik intoleransi tersebut bukanlah hal baru di Indonesia. Noorhadi Ismail dalam disertasinya yang berjudul, Laskar Jihad : Islam, Militancy and the Quest for Identity in Post New Order Indonesia (2005:322-323), menegaskan bahwa akar sosial Laskar Jihad dapat dilacak hingga ke pertengahan tahun 1980-an ketika komunitas Salafi mulai tumbuh pesat di seluruh Indonesia. Pertumbuhan komunitas ini tidak dapat dipisahkan dari kampanye global Saudi Arabia yang sangat ambisius mendorong Wahabisme umat Islam. Melalui kampanye ini, Saudi Arabia berusaha mengukuhkan posisinya sebagai pusat dunia Islam demi menghadang nasionalisme Arab yang memudar akibat kekalahan perang Arab-Israel tahun 1967. Laskar jihad tersebut merupakan simbol perwujudan dari meluasnya radikalisme Islam dalam lanskap politik Indonesia Orde Baru. Menurut Studi Relasi dan Transformasi Organisasi Islam Radikal di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dalam bukunya yang berjudul Dari Radikalisme Menuju Terorisme (2012 :9) Gerakan Islam radikal di Indonesia dalam sejarahnya terbagi ke dalam tiga babak yang tidak berkesinambungan karena gerakan Islam tidak hanya bertransformasi, tetapi juga melakukan metamorfosis yang terpisah-pisah dalam bentuk gerakan yang bermacam-macam. Babak pertama dari gerakan Islam adalah gerakan Islam kebangsaan (Kemerdekaan) yang

bertransformasi ke gerakan politik praktis dalam perhelatan demokrasi, lalu babak kedua dari gerakan politik praktis ke gerakan dakwah (mindset, wacana, dan pemikiran), yaitu mindset mendirikan negara Islam dengan kekhalifahan Islam, dan aksi melakukan perubahan dengan aksi-aksi kekerasan atas nama agama. Pada era ini pemerintah Indonesia bersikap tegas terhadap gerakan seperti ini, pemerintah tidak mau mengambil resiko atas munculnya gerakan Islam radikal yang dapat mengancam keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Babak ketiga adalah transformasi dari Islam Radikal ke Islam Jihadis/teroris. Dilanjutkan dalam Studi Relasi dan Transformasi Organisasi Islam Radikal di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dalam bukunya yang berjudul Dari Radikalisme Menuju Terorisme bahwa transformasi babak ketiga merupakan gerakan Islam paling kuat setelah peristiwa 11 September 2001 yang merupakan tragedi terorisme paling serius di Dunia. Praktik ketidakadilan Amerika terhadap Palestina yang menggunakan kebijakan politik luar negeri standar ganda mencuat respon negatif dari banyak kelompok-kelompok Islam di hampir penjuru negara-negara muslim. Sedangkan di dalam negeri sendiri gerakan Islam jihadis/teroris semakin kuat dibuktikan dengan peristiwa Bom Bali I (2002), Bom di Hotel J.W. Marriot (2003 & 2009), pengeboman kedutaan Australia (2004), Bom Bali II (2005), dan yang terakhir pengeboman di hotel Ritz Carlton (2009) (2012 :12). Transisi politik sejak 1998 dengan dibukanya arus kebebasan, atau era reformasi telah melahirkan gerakan-gerakan Islam yang mengancam demokrasi itu sendiri. Suasana politik yang makin terbuka dan kontrol aparat negara yang kian lemah membuat kelompok ini semakin leluasa mengekspresikan gerakan atau kepentingannya. Dari hal itu lah kemudian banyak terbentuk organsisasi sosial (LSM, Ormas dan sejenisnya) yang menggunakan simbol keislaman pada dataran sosial-ekonomi.

Selain gerakan yang sifatnya politis sebagaimana tercermin dalam partai politik Islam, gerakan ini juga muncul dalam berbagai gerakan sosial radikal seperti sweeping, penggerebegan terhadap tempat maksiat, serta penegakan syariat Islam secara keras. Sikap tersebut tercermin dalam gerakan Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Laskar Jihad (LJ), Hizbut Tahrir dan sebagainya. Dalam sepuluh tahun terakhir (2003 sekarang), nama Front Pembela Islam (FPI) seringkali muncul ke permukaan atas tindak kekerasan yang mengatas namakan agama. FPI sering di laporkan terlibat dalam aksi-aksi penertiban atau razia sepihak terhadap diskotik/pub yang mereka katakan sebagai tempat-tempat perbuatan mesum. Setahun kebelakang, tidak hanya menertibkan tempat maksiat, FPI juga pernah berunjuk rasa dan merusak fasilitas kantor Kemendagri Jakarta karena protes pencabutan perda antimiras di sejumlah daerah pada 12 Januari 2012 (Kompas, 23/7/13), menyerang beberapa tempat ibadah non-muslim di Makassar, yaitu Klenteng Xian Ma, Klenteng Kwan Kong, dan Klenteng Ibu Agung Bahari pada 10 Agustus 2012 (Aritanto, David, 2012 MUI Kecam Aksi Anarkis FPI di Klenteng, www.tribunnews.com (diakses 28 Juli 2013)), Mengepung ruko pengobatan gratis di Magelang karena diduga menyebarkan agama tertentu (Habib Shaleh, MH, 2012 FPI Magelang Kepung Ruko Pengobatan Gratis, www.suaramerdeka.com (diakses 28 Juli 2013)), menghentikan pembangunan tempat ibadah Goa Maria di Dusun Sangon, Kabupaten Gunungkidul (Kurniawan, Bagus, 2012 Sempat Digeruduk Ormas, Pembangunan Tempat Ibadah di Gunungkidul Disetop, www.detik.com (diakses 28 Juli 2013)). Selain melakukan tindak kekerasan, anggota FPI kerap melakukan penghinaan terhadap beberapa tokoh. Pada Jumat, 28 Juni 2013, juru bicara Front Pembela Islam

Munarman, melakukan perbuatan tidak terpuji dengan menyiram air kepada sosiolog UI Thamrin Tamagola di tengah dialog tayangan langsung dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi di TV One (Istman, MP, 2013 Siram Air ke Thamrin, Munarman Puas,www.tempo.co.id (diakses 28 Juli 2013)). Tidak hanya itu, ketua FPI Habib Rizieq Shihab juga telah melakukan penghinaan terhadap Kepala Negara Indonesia dengan menyebut Presiden sebagai Pecundang (Hidayat, Rahman, 2013 Habib Rizieq Shihab : Presiden SBY Pecundang, www.tribunnews.com (diakses 28 Juli 2013)). Pernyataan ketua FPI tersebut dilatarbelakangi oleh kerusuhan antara anggota FPI dengan warga Sukorejo dan Patean yang terjadi di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah pada 18 Juli 2013. Bentrokan tersebut berawal saat massa FPI yang berniat untuk menutup lokalikasi di Dukuh Sabrang, Desa Gedong, Patean, tetapi warga keberatan sehingga menantang balik FPI sehingga terjadi kerusuhan. Kerusuhan tersebut menyebabkan tewasnya seorang warga bernama Tri Munarti, warga Desa Krikil, Kendal. Tri Munarti tewas tertabrak iring-iringan kendaraan yang ditumpangi massa FPI. Kalimat yang di lontarkan ketua FPI Habib Rizieq Shihab kepada Presiden tersebut adalah buih kekecewaan karena pemberitaan yang tidak berimbang dari beberapa media serta tanggapan dari Presiden yang memojokan FPI. Kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Kendal tersebut memicu respon dari berbagai kalangan tak terkecuali Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Seperti di beritakan Kompas, 22 Juli 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Polri untuk selalu berupaya menegakan hukum, dan jangan membiarkan kelompok manapun, termasuk FPI untuk melakukan kekerasan. Dalam pemahaman media, ada sebuah hal dalam memilih dan memilah peristiwa mana yang layak diangkat sebagai sebuah berita. Menurut Kusumaningrat (2009:61-66) layak

atau tidaknya suatu peristiwa untuk disebut berita disebut juga news value. Lebih lanjut menurutnya, peristiwa yang termasuk dalam berita adalah peristiwa yang punya news value sebagai berikut: Timeline (aktualitas), consequence (daya pengaruh, size, magnitude), prominence (tersohor, terkenal), rarity (langka), proximity (kedekatan), conflict (konflik), change (perubahan), action (aksi, kejutan), concreteness (nyata), personality/human Interest (Kepribadian atau soal pendekatan manusia). Berita mengenai kerusuhan warga dengan FPI di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah tersebut memiliki nilai berita seperti Timeline (aktualitas), Prominence ( tersohor, terkenal), Conflict (konflik), dan personality/human Interest ( kepribadian atau soal pendekatan manusia). Kasus kerusuhan yang melibatkan anggota FPI dengan warga di Kabupaten Kendal tersebut tentu saja sangat kontradiktif dengan kondisi keberagaman di Indonesia. Empat Pilar Hidup Berbangsa dan Bernegara yang terdiri dari Pancasila, UUD Negara RI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhineka Tunggal Ika sebagai tolak ukur penyelanggaraan negara belum cukup mampu untuk mengatasi berbagai aksi radikalisme dari kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama. Pembiaran terhadap praktik-praktik intoleransi tersebut menarik perhatian media karena peristiwa tersebut mempunyai nilai berita. Media memiliki kekuatan di dalam mengkonstruksi sebuah realitas. Media bisa mengkonstruksi realitas menurut sudut pandangnya sendiri melalui simbol, tanda, dan bahasa. Berita-berita mengenai kerusuhan antara anggota FPI dengan warga Kabupaten Kendal ini pun dikonstruksi berbeda oleh dua media yang berbeda. Eriyanto (2002, 19) mengatakan bahwa fakta/peristiwa adalah hasil

konstruksi. Realitas bersifat subjektif. Realitas hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk diteliti bagaimana media mengkonstruksi atau membingkai berita mengenai kerusuhan antara anggota FPI dengan warga Kabupaten Kendal pada 18 Juli 2013. Untuk itu, peneliti fokus pada pemberitaan surat kabar Kompas dan Republika periode 20 Juli - 26 Juli 2013. Periode ini merupakan periode pertama yang muncul di surat kabar Kompas dan Republika hingga keluarnya tanggapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait dugaan penghinaan kepada dirinya oleh Ketua FPI Habib Rizieq. Dalam penelitian ini penulis menggunakan framing analisis yakni sebuah analisa untuk mengetahui frame apa yang digunakan oleh surat kabar Kompas dan Republika dalam peristiwa tersebut. Pemilihan harian Kompas dan Republika ini didasarkan pada beberapa pertimbangan : pertama, kedua harian tersebut memiliki tiras di atas seratus ribu eksemplar, sehingga memiliki pengaruh yang cukup signifikan bagi pembentukan opini masyarakat. Kedua, kedua surat kabar tersebut memiliki wilayah distribusi yang cukup luas secara geografis maupun sosiologis. Dengan demikian berita yang ditulis oleh kedua media tersebut bisa diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. Ketiga, meskipun kedua media ini bisa diakses oleh pembaca yang beraneka ragam, namun keduanya memiliki karakteristik dan basis sosial ideologi yang berbeda, yaitu, ideologi Nasionalis-Katolik untuk harian Kompas dan Islam modernis untuk harian Republika.

1.2 Rumusan Masalah Peristiwa kekerasan antara anggota FPI dengan warga di Kabupaten Kendal merupakan kasus yang menarik untuk diteliti. Hal ini di karenakan karena kerusuhan terjadi pada saat bulan Ramadhan dan mengakibatkan seorang korban, hingga tanggapan ketua FPI Habib Rizieq Shihab atas pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sebaliknya. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah : Bagaimana surat kabar Kompas dan Republika mengkonstruksi realitas kasus kekerasan antara anggota FPI dengan warga di Kabupaten Kendal? 1.3 Tujuan Penilitan Penelitian ini dilakukan agar: Mengetahui pembingkaian berita yang dilakukan oleh media cetak Kompas dan Republika dalam mengangkat berita mengenai kekerasan antara anggota FPI dengan warga di Kabupaten Kendal. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kajian ilmu komunikasi dalam ruang lingkup komunikasi massa. Studi

mengenai analisis isi media dan agama, kemudian memperkaya keragaman kajian analisis isi media dengan metode framing. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, saran atau rekomendasi bagi pelaku media, dengan strategi framing dalam mengumpulkan informasi dan menyajikannya menjadi sebuah berita, untuk menghindari adanya bias media. 1.5 Batasan Penelitian Karena topik ini cukup luas, maka penulis memberi batasan yaitu di batasi hanya pada artikel berita terkait kerusuhan antara anggota FPI dengan warga Kabupaten Kendal pada Kompas dan Republika cetak edisi 20 Juli 26 Juli 2013.