BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlibat pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ektoparasit obligat (tungau/lice) spesies Pediculus humanus var. Capitis

All about Tinea pedis

Perawatan Kebersihan. Sub pokok bahasan. Kesehatan diri dan penampilan perawat. Hygiene. Perawatan Kulit. Tujuan dari Hygiene. Efy Afifah, M.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

KUESIONER PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

II. TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

BAB III METODE PENELITIAN

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

Rickettsia prowazekii

Jerawat biasanya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan bahu, dan maaf ada juga di daerah pantat.

Shampoo Shampoo basah Shampoo kering Bentuk : Bentuk : Jenis :

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (GROOMING KECANTIKAN) 1.Kompentensi: Perawatan Wajah untuk diri sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

PANDUAN ORANG TUA DAN ANAK-ANAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Pengamatan pertumbuhan rambut pada kelinci Data Panjang rambut (mm) hari ke Perlakuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit)

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

DEFINISI KASUS MALARIA

TINEA KAPITIS, apa tuh??

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PRATATA & STYLING Pratata Dasar, Desain dan Styling KODE MATAKULIAH: TRK5208 PERTEMUAN: 2-15

Oleh: ERLINA THEOVANI DAMANIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

Paryono/Anatomi/Poltekkes Surakarta TUJUAN PEMBELAJARAN :

MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

MASA PRANATAL. Siti Rohmah Nurhayati

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

KEMAMPUAN SEDIAAN HAIR TONIC EKSTRAK KULIT APEL (Malus sylvestris L.) Var Rome Beauty DALAM MENUMBUHKAN RAMBUT TIKUS

III. METODE PENELITIAN

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

PERAWATAN KULIT KEPALA DAN RAMBUT

Hidrokinon dalam Kosmetik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

Penatalaksanaan Pediculosis capitis. Treatment of Pediculosis capitis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pediculosis Capitis 2.1.1 Definisi Pediculosis capitis merupakan infestasi kutu kepala atau Pediculus humanus var capitis di rambut dan kulit kepala yang dapat ditransmisikan melalui kontak dekat dengan penderita. Kutu kepala ini hidup dengan menghisap darah manusia beberapa kali setiap hari dan melekat ke kulit kepala untuk mempertahankan suhu tubuhnya dan merupakan ektoparasit bagi manusia. Kutu kepala bukan merupakan vektor penyakit lain yang menyebabkan masalah kesehatan yang berbahaya pada manusia. Infestasi kutu kepala dapat bersifat asimptomatis, khususnya pada infestasi pertama kali atau ketika infestasinya ringan. Gatal (pruritus) yang disebabkan reaksi alergi terhadap gigitan kutu merupakan simptom yang paling umum pada Pediculosis capitis. Rasa gatal ini akan muncul 4-6 minggu setelah infestasi kutu kepala yang pertama kali. (CDC, 2010). 2.1.2 Etiologi Penyebab Pediculosis capitis adalah Pediculus humanus var.capitis (kutu kepala). Pediculus capitis merupakan ektoparasit yang hidup dengan menghisap darah manusia. a. Taksonomi Pediculus humanus capitis - Phylum : Arthopoda - Kelas : Insekta - Ordo : Phthiraptera - Sub ordo : Anoplura - Famili : Pediculidae - Genus : Pediculus - Spesies : Pediculus humanus capitis

b. Morfologi Kutu kepala memiliki dua mata dan tiga pasang kaki berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Kutu betina memiliki ukuran panjang 1,2 3,2 mm dan lebar lebih kurang 1/2 dari panjangnya. Kutu jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dan jumlahnya hanya sedikit (Handoko, 2010). Kutu kepala tidak bersayap dan memiliki tiga pasang kaki yang pada bagian ujungnya dilengkapi dengan cakar yang berguna untuk mencengkram kulit kepala. Bentuk dan ukuran dari cakar ini disesuaikan dengan susunan dan bentuk rambut. Bagian abdomen terbagi atas beberapa segmen dan bentuknya datar pada bagian dorsoventral (Guenther,2012). Kutu kepala memiliki mulut yang kecil di bagian anterior yang dilengkapi dengan pengait (hook) yang dapat melekat ke kulit kepala selama menghisap darah. Umumnya, kutu kepala akan menghisap darah kira-kira lima kali dalam sehari dengan waktu 35-45 menit (Guenther,2012). Gambar. 2.1 Pediculus humanus capitis, memiliki tubuh yang memanjang dan mulut di bagian anterior yang menyempit. Sumber: Guenther,2012

7 c. Siklus Hidup Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur, nimfa dan dewasa dan ini berlangsung selama 30 hari. Setelah inkubasi telur (8-10 hari), nimfa berganti kulit sebanyak tiga kali sebelum menjadi kutu dewasa (8-10 hari kemudian). Gambar.2.2 Siklus hidup Pediculus humanus capitis. Sumber: CDC, 2010 1. Telur (nits) Telur diletakkan oleh kutu dewasa betina di dasar rambut, sekitar 6 mm dari kulit kepala. Ukuran panjang telur kutu adalah 0,8 mm dengan lebar 0,3 mm, dengan bentuk oval dan biasanya berwarna kuning keputihan. Telur akan menetas dalam waktu satu minggu (antara 6-9 hari). Kutu betina dewasa dapat menghasilkan 110-140 telur. Telur melekat erat pada rambut dan mengikuti panjang rambut.

Gambar.2.3. Telur (nits) yang terdapat pada satu helai rambut. Sumber: Nutanson, 2008 2. Nimfa Telur yang menetas akan berubah menjadi nimfa. Nimfa terlihat seperti kutu kepala dewasa, tetapi ukurannya masih sebesar kepala peniti. Nimfa akan menjadi kutu kepala dewas setelah tujuh hari dan berganti kulit sebanyak tiga kali. Gambar. 2.4 Telur P.humanus capitis yang menetas menjadi nimfa. Sumber: Nutanson, 2008 3. Kutu Dewasa Kutu dewasa dapat hidup sampai 30 hari di kepala manusia. Untuk hidup, kutu kepala ini membutuhkan darah manusia. Tanpa darah manusia, kutu kepala akan mati dalam waktu 1-2 hari (CDC, 2010).

9 2.1.1 Epidemiologi Pediculosis capitis merupakan masalah yang ditemukan di berbagai wilayah di dunia dan terjadi pada individu dari semua golongan sosial ekonomi. Pediculosis capitis lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan usia dewasa, dan lebih sering terjadi pada anak perempuan. Di Amerika Serikat, didapati anakanak kulit putih lebih sering terinfestasi dibandingkan golongan kulit hitam. Namun, hal yang mendasarinya masih belum diketahui secara pasti (Goldstein, 2013). 2.1.2 Cara Penularan Kontak kepala secara langsung dengan orang yang terinfestasi kutu kepala merupakan cara transmisi yang utama. Hal ini sering terjadi pada anak-anak di sekolah, di rumah, atau d tempat-tempat bermain (CDC, 2010). Pediculosis capitis dapat juga ditransmisikan melalui pemakaian barang-barang secara bersama, seperti pakaian, topi, sisir rambut, handuk, tempat tidur, sprei, bantal., dan karpet yang telah kontak dengan orang yang telah terinfestasi (Nutanson et al., 2010). Kutu kepala tidak dapat melompat atau terbang, dan hewan bukan merupakan vektor untuk transmisinya. (Roberts, 2002). 2.1.3 Manifestasi Klinis Infestasi kutu kepala dikarakteristikkan dengan adanya telur (nit) yang melekat di rambut, sekitar 0,7 cm dari kulit kepala. Telur kutu (nit) sering ditemukan di daerah oksipital dan retro-aurikular kepala hal ini lebih mudah diidentifikasi daripada menemukan adanya kutu kepala dewasa. Rasa gatal merupakan gejala utama, meskipun Pediculosis capitis dapat tanpa gejala. Reaksi gigitan, ekskoriasi, pioderma, limfadenopati cervikal., konjungtivitis, demam dan malaise juga merupakan gejala yang dapat ditemukan pada kasus Pediculosis capitis (Nutanson et al., 2008). Infeksi sekunder dapat dengan mudah terjadi dengan adanya ekskoriasi. Bila telah terjadi infeksi sekunder yang berat, rambut akan bergumpal yang disebabkan oleh banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai dengan

pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Pada keadaan tersebut, kepala akan memberikan bau yang busuk (Handoko, 2010). Gejala lain yang dapat timbul pada kasus Pediculosis capitis adalah Sensasi adanya sesuatu yang bergerak di kepala, iritabilitas, dan gangguan tidur. (CDC, 2008). Infestasi berat juga dapat mengakibatkan anemia (Vahabi et al., 2012). Pasien dengen Pediculosis capitis tidak hanya menunjukkan gejala fisik, tetapi juga stress psikologis dan hal ini juga merupakan masalah yang penting, khususnya untuk anak-anak. Infestasi kutu kepala dapat menyebabkan gangguan konsentrasi atau menimbulkan stigmatisasi dari teman-teman sebaya, yang akan mempengaruhi kualitas belajar anak (Tappeh et al., 2011). 2.1.4 Diagnosis Kasus Pediculosis capitis sering salah diagnosis. Baku emas untuk diagnosis Pediculosis capitis adalah ditemukannya kutu yang hidup, nimfa, atau telur (nit) di kepala. Kutu kepala sangat bergerak dengan cepat dan menghindari cahaya, sehingga sulit untuk menemukan kutu hidup hanya dengan inspeksi tanpa menggunakan sisir. Diagnosis dengan menggunakan sisir kutu empat kali lebih efisien dibanding hanya melalui inspeksi (Nutanson et al., 2010). Menyisisr rambut dalam keadaan basah lebih sensitiv, sehingga lebih dianjurkan daripada menyisir sewaktu rambut kering. Meskipun hal ini kurang dipraktekkan oleh klinisi, hal ini terbukti memberikan hasil yang lebh baik terutama pada pasien yang memiliki rambut panjang dan tebal. Sisir yang digunakan harus memiliki kerapatan 0,2-0,3 mm untuk dapat memerangkap kutu kepala. Saat menyisir, semua bagian kepala harus terkena secara sistematis. Biasanya dibutuhkan waktu sekitar satu menit untuk mendapati kutu yang pertama kalinya (Roberts, 2002). Telur (nit) yang ditemukan melekat di ¼ inchi dari dasar batang rambut, apabila tidak duitemukan adanya kutu kepala yang aktif, dapat mengindikasikan, tetapi tidak pasti, bahwa seseorang telah terinfestasi. Telur paling sering didapati pada rambut di belakang telinga dan daerah dekat leher. Telur yang didapati di lebih dari ¼ inchi dari dasar batang rambut biasanya merupakan telur yang non-

11 viable (telah menetas atau mati). Telur terkadang sulit dibedakan dengan ketombe, hair spray droplets, dan kotoran-kotoran lain yang terdapat di kepala (CDC, 2010). Apabila tidak didapati nimfa atau kutu kepala dewasa, dan hanya didapati telur yang terletak lebih dari ¼ inchi dari dasar batang rambut, infestasi kemungkinan sudah tidak aktif sehingga keadaan ini tidak membutuhkan penatalaksanaan (CDC, 2010). Gambar.2.4. Pemeriksaan kutu kepala di rambut dan kulit kepala Sumber: CDC, 2010 2.1.5 Karakteristik Histopatologi Lesi menunjukkan adanya perdarahan intradermal yang sempit dengan infiltrasi perivaskular oleh limfosit, histiosit, dan eosinofil di dalam dermis (Nutanson et al., 2008). 2.1.6 Penatalaksanaan Penanganan Pediculosis capitis harus mencakup dua aspek, yaitu medikasi dan kontrol lingkungan (Guenther, 2012). Penatalaksanaan Pediculosis capitis direkomendasikan pada pasien yang didiagnosa mengalami infestasi aktif. Semua anggota keluarga dan orang-orang yang memiliki potensi untuk selalu berkontak dekat dengan penderita harus diperiksa. Beberapa ahli menyatakan harus diberikan profilaksis pada orang-orang yang tidur bersama dengan penderita Pediculosis capitis (CDC, 2010).

Ada tiga pilihan pengobatan pada Pediculosis capitis, yaitu insektisida topikal., sisir kutu dan oral terapi (Roberts, 2002). Untuk menangani masalah Pediculosis capitis secara efektif dibutuhkan pemahaman dari siklus hidup Pediculus humanus capitis (Guenther, 2012). Beberapa sediaan pediculicides (obat yang membunuh kutu) memiliki efek ovicidal (membunuh telur). Sediaan pediculicides yang memiliki efek minimal atau bahkan tidak memiliki efek ovicidal harus diberikan secara rutin. Sedangkan, sediaan yang memiliki efek ovicidal yang kuat hanya direkomendasikan jika masih didapati kutu yang hidup setelah beberapa hari pengobatan. Untuk pengobatan yang lebih efektif, retreatment dapat dilakukan setelah semua telur menetas tetapi sebelum diproduksinya telur yang baru (CDC, 2010) Menurut CDC tahun 2010, sediaan obat-obatan yang telah diakui oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk menangani kutu kepala adalah sebagai berikut: - Benzyl alcohol lotion, 5% Benzy alcohol lotion 5% terbukti efektif dan aman digunakan secara teratur. Sediaan ini membunuh kutu kepala aktif tetapi tidak memiliki efek ovicidal. Pemakaian berikutnya dilakukan setelah tujuh hari setelah pemakaian pertama untuk membunuh nimfa yang baru menetas, sebelum dihasilkan telur yang baru. Benzyl alcohol lotion 5% ini dapat digunakan untuk pasien usia lebih dari enam bulan, tetapi untuk pasien diatas usia enam puluh tahun belum diketahui tingkat keamanannya. Sediaan ini dapat mengiritasi kulit kepala. - Ivermectin lotion 0,5 % Ivermectin lotion 0,5 % diakui oleh FDA pada tahun 2012 untuk menangani Pediculosis capitis pada pasien usia lebih dari enam bulan. Sediaan ini tidak memiliki efek ovicidal., tetapi dapat mencegah perkembangan nimfa. Sediaan ini efektif pada pasien yang diberi dosis tunggal pada rambut yang kering. Tidak boleh digunakan tanpa resep dokter. - Malathion lotion 0,5 % Malathion termasuk golongan organophospat. Malathion memiliki efek pediculicidal dan ovicidal. Pemakaian selanjutnya dianjurkan apabila masih

13 didapati kutu yang hidup setelah 7-9 hari pemakaian pertama. Sediaan ini dapat diberikan pada pasien dengan usia lebih dari enam tahun dan dapat mengiritasi kulit. Malathion lotion mudah terbakar, oleh sebab itu jangan merokok atau menggunakan pemanas elektronik seperti hair dryers atau pengeriting rambut ketika menggunakan malathion lotion dan tidak boleh digunakan pada rambut yang sedang basah. - Spinosad 0,9 % topical suspension Spinosad topical suspension 0,9 % diakui oleh FDA pada tahun 2011. Karena sediaan ini membunuh kutu dan telur yang belum menetas, retreatment dan sisir kutu biasanya tidak diperlukan lagi. Sediaan ini boleh digunakan pada pasien usia lebih dari empat tahun. Retreatment hanya dibutuhkan apabila masih didapati kutu yang hidup setelah tujuh hari pengobatan pertama. Untuk second-line treatment yang dapat diberikan hanya Lindane shampoo 1%. Lindane merupakan organochlorida. American Academy of Pediatric (AAP) merekomendasikan Lindane bukan untuk terapi jangka panjang. Pengguaan berlebihan atau tertelan sediaan ini dapat berakibat toksik ke otak dan bagian sistem saraf lainnya. Oleh sebab itu, pemakain sediaan ini harus terkontrol dan hanya digunakan apabila sediaan lain telah gagal. Di Indonesia, obat yang mudah didapat dan cukup efektif adalah krim gama benzen heksaklorida (gameksan = gammexane) 1 %. Cara pemakaiannya adalah setelah dioleskan, didiamkan selam dua belas jam, kemudian dicuci dan disisir dengan serit kutu agar semua telur dan kutu terlepas. Jika masih terdapat telur, seminggu kemudian diulangi dengan cara yang sama. Obat lain adalah emulsi benzil benzoat 25%, dipakai dengan cara yang sama (Handoko,2010). Mechanical removal dengan menggunakan sisir kutu dapat dilakukan oleh orang tua sebagai pilihan untuk anak-anak usia kurang dari dua tahun (Roberts, 2002). Pakaian dan seprai harus dicuci dengan air yang sangat panas atau cuci kering, sikat dan sisir harus dibasahi atau dilapisi dengan pediculicidal selama lima belas menitdan seluruhnya dibersihkan dengan air mendidih (Darmstadt dan Lane, 2000).

2.1.7 Pencegahan Menurut CDC tahun 2010, pencegahan yang dapat dilakukan adalah: - Mencegah kontak langsung dengan penderita - Tidak menggunakan barang-barang secara bersamaan, seperti topi, sisir, dan lain-lain - Jika ingin menggunakan sisir, handuk atau barang lain dari penderita, harus direndam terlebih dahulu di air panas, dengan suhu setidaknya 130 F selama 5-10 menit. - Mengusahakan agar tidak tidur di tempat tidur yang sama dengan penderita. - Menjaga kebersihan pribadi. 2.1.8 Prognosis Pengobatan yang diberikan sangat efektif untuk membunuh kutu dewasa, nimfa, bahkan telur. Terapi yang tepat dapat mengatasi lebih dari 90% kasus (Guenther, 2012) Kegagalan terapi dapat diakibatkan oleh (Guenther, 2012) : - Salah diagnosa - Penanganan yang tidak tepat - Pasien tidak patuh - Kurangnya penggunaan sediaan pediculicides (jumlah, durasi pemakaian). - Reinfestasi - Resisten terhadap sediaan pediculicides

15 2.2 Rambut 2.2.1 Definisi Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. Jenis rambut pada manusia secara garis besarnya dapat digolongkan dua jenis, yaitu: - Rambut terminal., yaitu rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala, alis mata, bulu mata, ketiak, dan alat genitalia. - Rambut velus, yaitu rambut halus yang sedikit mengandung pigmen,terdapat hampir di seluruh tubuh (Soepardiman, 2010). 2.2.2 Embriologi dan Struktur a. Embriologi Rambut Folikel primordial rambut yang pertama pada manusi terbentuk pada minggu ke-9 kehamilan dan terdistribusi terutama di daerah alis mata, di atas bibir, dan di dagu. Selanjutnya, folikel-folikel rambut terus diproduksi selama masa fetus secara berselang-seling. Morfogenesis folikular dimulai dengan proses induktif dari pertukaran sinyal antara sel epitel dan sel mesenkim dan berlanjut pada tahap inisiasi, elongasi, dan diferensiasi folikular (Fitzpatrick,2003). Rambut-rambut halus yang terdapat pada fetus disebut lanugo, dan rambut ini akan gugur pada masa perinatal (Alaiti, 2011). Saat lahir, manusia memiliki sekitar lima juta folikel rambut. Tidak terjadi pembentukan folikel rambut yang baru setelah kelahiran, tetapi ukurannya akan terjadi perubahan ukuran yang dipengaruhi oleh androgen. Folikel rambut terbagi atas tiga bagian, yaitu infundibulum, isthmus, dan bagian inferior (Habif, 2003).

Gambar. Struktur folikel rambut. Sumber: Alaiti, 2011 b. Struktur Rambut Mulai dari bagian luar, penampang rambut dapat dibagi atas: - Kutikula, yang terdiri atas lapisan keratin yang berguna untuk perlindungan terhadap kekeringan dan pengaruh lain dari luar. - Korteks, terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling berdekatan. Lapisan ini mengandung pigmen. - Medula, terdiri atas 3-4 lapis sel kuboid yang berisi keratohialin, badan lemak, dan rongga udara. Rambut velus tidak memiliki medula (Soepardiman, 2010). 2.2.3 Siklus Pertumbuhan Jumlah rambut di kepala adalah sekitar 100.000 helai. Fase pertumbuhan rambut kepala membutuhkan waktu sekitar seribu hari (2-6 tahun) sedangkan rambut yang terdapat di bagian lain membutuhkan waktu yang lebih singkat, yaitu sekitar satu sampai enam bulan. Rambut kepala tumbuh 0,3-0,4 mm per hari atau sekitar enam inchi per tahun (Habif, 2003). Ada tiga fase untuk siklus pertumbuhan rambut, yaitu fase anagen, katagen, dan telogen (Soepadirman, 2010). a. Fase Anagen Pada fase anagen, sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru, mendorong sel-sel yang lebih tua ke atas. Aktifitas ini membutuhkan waktu 2-6 tahun.

17 b. Fase Katagen Fase katagen merupakan masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat disekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian bawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada (club). Masa peralihan ini berlangsung 2-3 minggu. c. Fase Telogen Fase telogen atau fase istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel dan terbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan terdorong keluar. 2.2.4 Ukuran Rambut Ukuran panjang pendeknya rambut dapat dibedakan atas (Tappeh, 2012): - Rambut dikatakan pendek apabila ukurannya hanya sampai telinga. - Rambut dikatakan sedang apabila ukurannya tidak sampai bahu. - Rambut dikatakan panjang apabila ukurannya sampai atau melebihi bahu. 2.3 Higieni Pribadi 2.3.1 Definisi Higieni pribadi berasal dari bahasa Yunani, yaitu hygieini yang diambil dari nama seorang dewi kesehatan Yunani (Hygieia) yang berarti healthfull atau sehat (Denny W. Lukman, 2008 dalam Asra, 2010). Personal hygiene atau higieni pribadi adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Perry, 2005 dalam Asra, 2010). 2.3.2 Jenis Personal Higieni Yang termasuk jenis-jenis personal higieni adalah sebagai berikut: - Perawatan kulit kepala dan rambut - Perawatan mata - Perawatan telinga - Perawatan hidung

- Perawatan kuku kaki dan tangan - Perawatan kuku kaki dan tangan - Perawatan genitalia - Perawatan kulit - Perawatan tubuh secara keseluruhan 2.3.3 Perawatan Kulit Kepala dan Rambut Rambut yang bersih tidak hanya menghindarkan aroma tak sedap, tetapi juga menghindari gangguan pada kulit kepala seperti ketombe, mudah rontok atau bahkan kutu rambut. Rambut barmanfaat mencegah infeksi daerah kepala. Kebersihan rambut bisa membantu melancarkan sirkulasi darah pada kulit kepala. Rambut yang bersih juga membantu mengurangi stres dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal. Kutu rambut pun tidak diberi kesempatan untuk hidup. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan rambut antara lain: - Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurangkurangnya 2x seminggu. - Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya. - Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri. 2.4 Karakteristik Individu Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Menurut Robbins, 1997 dalam Mutmainah (2010), variabel (karakteristik) individu dalam organisasi meliputi karakteristik biografis (umur, jenis kelamin, status perkawainan, masa kerja, banyaknya tanggungan), kemampuan (fisik, intelektual., dan kesesuaian pekerjaan-kemampuan), dan pembelajaran. Sedangkan menurut Menurut Ivancevich, et al., (2007:83), dalam Mutmainah (2010), variabel (karakteristik individu) meliputi faktor keturunan dan keragaman (demografis), kepribadian, kemampuan dan keterampilan, persepsi, dan sikap.

19 2.5 Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi menurut Rossides (1986) dalam Lestarini (2007) adalah kedudukan seseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hirarkis yang merupakan suatu kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam masyarakat yang biasa dikenal dengan previlese berupa kekayaan dan pendapatan, serta prestise berupa status, gaya hidup, dan kekuasaan. Menurut Yulisanti. A. I (2000) dalam Lestarini (2007), tinggi rendahnya status sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.