BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Pranyono, F. E. (2012). Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat Ikatan Pamong Belajar Indonesia Masa Bakti [Online].

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDATAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON-FORMAL, DAN INFORMAL TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUDNI Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian

PERATURAN BUPATI PIDIE NOMOR : 09 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

KATA PENGANTAR. Makassar, April H. Muhammad Hasbi, S.Sos, M.Pd Nip

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013

PROGRAM BANTUAN PENYELESAIAN TESIS (S2) BAGI PTK PAUDNI KERJASAMA DIREKTORAT P2TK-PAUDNI DAN PPS UM TAHUN 2011 A. MAKSUD DAN PENGERTIAN

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

KEMAMPUAN PENILIK DALAM MELAKSANAKAN TUGAS POKOK Baso Intang Sappaile

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN SYARAT PEMBERIAN BEASISWA DAN PENGHARGAAN

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

Lampiran 3 PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANTUAN INSENTIF BAGI PENGELOLA PKBM DAN PENGELOLA TBM TAHUN 2012

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KUALIFIKASI GURU

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAHAN ANALISIS JABATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 9 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 219 / 08 / V / 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 33

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROGRAM KURSUS BAHASA ASING BERBASIS DESA/KELURAHAN KABUPATEN BANYUWANGI.

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2012

PENGENDALIAN MUTU PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL 1

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN TATA KELOLA POKJA AKREDITASI PAUD DAN PNF KABUPATEN/KOTA

PERAN DAN STANDAR KOMPETENSI PENILIK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 5. TAHUN 2016 TENTANG

PANDUAN P2M STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENGANTAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 32 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 82 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

MEMUTUSKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI

PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN KOMPETENSI SDM LINGKUP UPTD KABUPATEN/ KOTA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1995 TENTANG TUNJANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

LAPORAN EKSEKUTIF PENGKAJIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nonformal (PNF) merupakan bagian dari pendidikan nasional di Indonesia yang mempunyai karakteristik dan keistimewaan tersendiri. Karakteristik dari pendidikan nonformal inilah yang dapat membedakan antara pendidikan formal dengan pendidikan nonformal. Rogers (2005, hlm. 82) menyatakan Non-formal Education then was defined as all education outside of the formal system. Mendukung hasil pemikiran ahli tersebut, Komar (2006, hlm. 213) menjelaskan Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah, baik dilembagakan maupun tidak. Penyelenggaraan kegiatan PNF lebih terbuka, tidak terikat, dan tidak terpusat. Dalam memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang semakin hari semakin meningkat, maka dibutuhkan program pendidikan nonformal yang dapat menjawab perkembangan zaman saat ini. Program pendidikan nonformal dapat dilaksanakan pada satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas lembaga masyarakat maupun lembaga pemerintah. Satuan pendidikan nonformal pada lembaga masyarakat seperti lembaga PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), lembaga kursus, dan lembaga pelatihan yang dikelola oleh masyarakat. Disisi lain, lembaga pemerintah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan program pendidikan nonformal dimulai dari Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) untuk tingkat kabupaten/kota, Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) untuk tingkat provinsi, Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal Informal (BP-PAUDNI) untuk tingkat regional, dan Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal Ramandha Ade, 2014 Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

Informal (PP-PAUDNI). Pada Provinsi Sumatera Barat, lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program pendidikan nonformal terdiri atas BPKB untuk tingkat provinsi dan SKB untuk tingkat kabupaten/kota. Jumlah lembaga BPKB di Provinsi Sumatera Barat yaitu 1 BPKB dan lembaga SKB di Ramandha Ade, 2014 Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

3 Provinsi Sumatera Barat berjumlah 8 SKB untuk tingkat kota dan 12 SKB untuk tingkat kabupaten. Pada kajian penelitian ini, lembaga pendidikan nonformal difokuskan pada SKB Wilayah 2 Kota Padang. Lembaga SKB merupakan suatu sistem yang terdiri atas perangkat-perangkat kerja meliputi Kepala SKB, pegawai Tata Usaha (TU) dan pamong belajar sebagai tenaga fungsional. Lembaga SKB sebagai salah satu lembaga pemerintah, yang berperan memberikan pelayanan pendidikan nonformal kepada masyarakat perlu pembenahan untuk membangun organisasi yang efektif. Sadid (2008, hlm. 81-82) menjelaskan sebagai berikut. Upaya membangun organisasi SKB yang efektif dapat dilakukan melalui: (1) menyusun struktur organisasi yang kuat; (2) menyusun dan menetapkan target pencapaian tujuan; (3) memberikan sistem hadiah dan sanksi (reward and pusnishment) yang adil; (4) melakukan evaluasi kinerja individu; (5) menindaklanjuti hasil evaluasi; (6) melakukan proses analisis terkait dengan masukan-proses-keluaran melalui penetapan prosedur dan standar kualitas minimal yang ketat; (7) menyusun grand planning sebagai acuan atau pijakan perjalanan SKB, dan (8) membangun kerja sama, komunikasi, dan koordinasi dengan semua tingkatan manajer di dalam SKB. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKB, kegiatan operasionalnya dilakukan oleh pamong belajar sebagai tenaga fungsional di SKB. Oleh karena itu, pamong belajar berperan sebagai motor penggerak dalam melaksanakan program pendidikan nonformal baik program di lembaga SKB maupun program pendidikan nonformal yang ada di masyarakat. Untuk menjawab peran pamong belajar yang sangat penting tersebut, maka dibutuhkan seorang pamong belajar yang kapabel dan profesional dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Pamong belajar adalah salah satu sebutan pendidik berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas pada jalur pendidikan nonformal. Oleh karena itu, pamong belajar dikategorikan sebagai Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal (PTK-PNF). Pada tahun 2011 sampai sekarang istilah PTK-PNF diganti dengan PTK-PAUDNI (Pendidik dan Tenaga Kependidikan- Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal). Mendukung pernyataan

4 tersebut, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 6 menegaskan Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Di negara Indonesia, jabatan fungsional pada jalur pendidikan nonformal yang berstatus PNS terdiri atas pamong belajar dan penilik. Oleh karena itu, seyogianya pamong belajar dan penilik tersebut mendapatkan perhatian yang sama dari pemerintah seperti jabatan fungsional pada jalur pendidikan formal. Hal ini sejalan dengan pendapat Waspodo (2006, hlm. 28) menjelaskan sebagai berikut. Pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal terdiri dari PNS dan bukan PNS. Pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatus PNS adalah Pamong Belajar (PB) dan Penilik. Sedangkan pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatus bukan PNS adalah tutor, fasilitator, Fasilitator Desa Binaan Intensif (FDI), Tenaga Lapangan Dikmas (TLD), nara sumber teknis, Pamong PAUD, dan sebagainya. Perkembangan PTK- PNF, tidak terlepas dari implikasi perubahan struktur organisasi yang diberikan kewenangan tugas dan fungsinya dalam membina PTK-PNF tersebut. Menurut Direktorat PTK-PNF (2010, hlm. 36-38) yang dikutip dari buku saku bahan sosialisasi PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010 mengungkapkan bahwa data pamong belajar di seluruh Indonesia berjumlah 3.615 orang pamong belajar. Dari jumlah total 3.615 orang pamong belajar tersebut, 166 orang pamong belajar dengan jenjang pendidikan magister (S2), 3071 orang pamong belajar dengan jenjang pendidikan sarjana (S1), dan 378 orang pamong belajar belum berpendidikan sarjana (S1). Sedangkan untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat pamong belajar berjumlah 155 orang, dengan rincian pamong belajar jenjang pendidikan magister (S2) sebanyak 3 orang pamong belajar, jenjang pendidikan sarjana (S1) sebanyak 136 orang pamong belajar, dan belum berpendidikan sarjana (S1) sebanyak 16 orang pamong belajar. Berdasarkan data pamong belajar di atas, disimpulkan bahwa jumlah pamong belajar di Indonesia sebanyak 5% dengan jenjang pendidikan magister

5 (S2), 85% dengan jenjang pendidikan sarjana (S1), dan 10% belum berpendidikan sarjana (S1). Pada Provinsi Sumatera Barat, pamong belajar dengan jenjang pendidikan magister (S2) sebanyak 2%, dengan jenjang pendidikan sarjana (S1) sebanyak 88%, dan belum berpendidikan sarjana (S1) sebanyak 10%. Pranyono (2012, hlm. 17) menjelaskan tentang fenomena berkaitan dengan pamong belajar di Indonesia dewasa ini, yang diuraikan sebagai berikut. Sejak berlakunya otonomi daerah terdapat kecenderungan jumlah pamong belajar berkurang. Pada tahun 2008 jumlah pamong belajar 3.615 orang dan menyusut menjadi 3.476 orang. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan berkurangnya pamong belajar, yaitu (1) dipromosikan ke dalam jabatan struktural atau jabatan lainnya; (2) memasuki masa pensiun, dan (3) mengajukan diri mutasi menjadi guru. Namun semua itu tidak diimbangi dengan rekrutmen pamong belajar yang memadai. Bahkan di sebagian besar daerah (provinsi dan kabupaten/kota) rekrutmen pamong belajar tidak pernah dilakukan sejak BPKB dan SKB diserahkan kepada daerah. Mendukung pernyataan di atas, berdasarkan kondisi objektif di lapangan menunjukkan bahwa pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang berjumlah 10 orang. Dari 10 orang jumlah pamong belajar tersebut, mayoritas usia pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang berkisar di atas 53 tahun. Jika dikelompokan lebih lanjut yaitu usia 42-46 tahun terdiri atas tiga orang pamong belajar dan usia 53-59 tahun terdiri atas tujuh orang pamong belajar. Apabila ditelaah lebih lanjut usia pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang, sebagian besar pamong belajar akan memasuki masa pensiun pada usia 60 tahun. Fenomena tersebut berpengaruh kepada rendahnya keingintahuan pamong belajar untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan tugas pokok dan fungsi yang terbaru berdasarkan PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010. Hal ini berdampak kepada rendahnya pemahaman pamong belajar dalam mempelajari tugas pokok dan fungsi pamong belajar tersebut, terutama pada komponen pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI. Berdasarkan kebijakan pemerintah sebelumnya yaitu KEPMENKOWASBANGPAN No. 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999, pada pasal 3 menjelaskan sebagai berikut.

6 Tugas pokok pamong belajar terdiri atas: (a) melaksanakan pengembangan model program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga; (b) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pengembangan model dan pembuatan percontohan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga, dan (c) melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga. Jika dianalis lebih lanjut kebijakan di atas dan dilakukan perbandingan dengan kebijakan pemerintah terbaru yaitu PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010, ditemukan adanya pengurangan dan penambahan unsur pada tugas pokok pamong belajar tersebut. Pada KEPMENKOWASBANGPAN No. 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999, unsur tugas pokok ketiga yaitu melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga dihilangkan (pengurangan) dan diganti (penambahan) dengan pengkajian program berdasarkan PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010. Sedangkan untuk unsur tugas pokok kegiatan belajar mengajar dan pengembangan model masih tetap dipertahankan dari KEPMENKOWASBANGPAN No. 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 sampai sekarang PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010. Berdasarkan kebijakan pemerintah terbaru PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010 tentang jabatan fungsional pamong belajar dan angka kreditnya pasal 4 ayat 1 secara tegas menjelaskan Tugas pokok pamong belajar adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mengkaji program, dan mengembangkan model di bidang PNFI. Memperhatikan kebijakan pemerintah tersebut, berdasarkan kondisi objektif di lapangan menggambarkan bahwa sebagian besar pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang dalam melaksanakan pekerjaannya belum optimal mengimplementasikan semua unsur yang ada pada tugas pokok tersebut. Sebagai contoh, dalam pelaksanaan tugas pokok di lapangan sebagian besar pamong belajar hanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar meliputi: perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil baik pembelajaran, pelatihan ataupun pembimbingan. Sedangkan untuk kegiatan mengkaji program meliputi:

7 persiapan pengkajian program, pelaksanaan pengkajian program dan mengembangkan model di bidang PAUDNI meliputi: penyusunan rancangan pengembangan dan pelaksanaan pengembangan masih kurang optimal dilaksanakan oleh pamong belajar. Fenomena tersebut diduga karena ada berbagai macam faktor yang bisa mendukung ataupun menghambat kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini berpengaruh terhadap belum optimalnya kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Untuk mengatasi kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang belum optimal terutama pada unsur pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, Kepala SKB Wilayah 2 Kota Padang telah melakukan berbagai upaya. Meskipun upaya tersebut belum maksimal dilakukan oleh Kepala SKB. Upaya yang dilakukan oleh Kepala SKB yaitu dengan melakukan pembinaan kepada pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Sudjana (2010, hlm. 200) menyatakan Pembinaan sering disamakan dengan pemberian arah (directing) kepada orang-orang yang bergerak dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai salah satu contoh ilustrasi, Kepala SKB mencoba melakukan pembinaan kepada pamong belajar dalam mensosialisasikan kebijakan pemerintah terbaru (PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010) khususnya yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kepada seluruh pamong belajar di SKB Wilayah Kota Padang. Dengan kata lain, pembinaan melalui sosialisasi di mulai dari pertama keluarnya PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010, kemudian sosialisasi peraturan bersama Mendiknas dan Kepala BKN (No. 03/III/PB/2011, No. 8 tahun 2011) tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pamong belajar dan angka kreditnya. Terakhir, Kepala SKB memberikan sosialisasi Permendikbud Republik Indonesia No. 39 tahun 2013 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional pamong belajar dan angka kreditnya. Berdasarkan fenomena-fenomena yang dipaparkan di atas, maka penelitian tentang Pembinaan Tugas Pokok dan Fungsi Pamong Belajar Oleh Kepala SKB

8 Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pamong Belajar (Studi di SKB Wilayah 2 Kota Padang) penting untuk dilakukan. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pengamatan dan kondisi objektif di lapangan, ditemukan berbagai fenomena yang berkaitan dengan kinerja pamong belajar dan pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang. Fenomena tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Rendahnya keingintahuan pamong belajar untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan tugas pokok dan fungsi yang terbaru berdasarkan PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010. 2. Dampak dari hal ini, pemahaman pamong belajar terhadap tugas pokok dan fungsinya kurang memadai khususnya pada aspek pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI. 3. Upaya yang dilakukan oleh Kepala SKB belum optimal terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar. 4. Rendahnya kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya terutama pada aspek pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman pamong belajar mengenai tugas pokok dan fungsinya? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya? 3. Bagaimana pembinaan yang dilakukan Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar? 4. Bagaimana kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya?

9 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sebagai berikut: 1. Pemahaman pamong belajar mengenai tugas pokok dan fungsinya. 2. Faktor pendukung dan penghambat pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. 3. Pembinaan yang dilakukan Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar. 4. Kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif baik pada kegunaan teoretis yang berdasarkan kontekstual dan konseptual maupun pada kegunaan praktis untuk perbaikan lembaga yang bersangkutan. Lebih lanjut manfaat hasil penelitian diuraikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan kajian ilmu pendidikan luar sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan SDM dalam hal ini pamong belajar sebagai PTK- PAUDNI. 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: a. Masukan bagi lembaga BPKB dan SKB di Provinsi Sumatera Barat khususnya SKB Wilayah 2 Kota Padang untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual dalam rangka upaya pengembangan SDM khususnya PTK- PAUDNI (pamong belajar) di masa yang akan datang. b. Masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka merumuskan kebijakankebijakan yang berhubungan dengan kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. c. Masukan bagi Kepala SKB Wilayah 2 Kota Padang agar selalu melakukan pembinaan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar untuk mengoptimalkan kinerja pamong belajar.

10 d. Masukan bagi pamong belajar khususnya pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang untuk lebih profesional melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan cara mengoptimalkan kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. e. Masukan bagi peneliti, untuk mempelajari dan mengevaluasi lebih dalam kajian mengenai kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, serta pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar.