BAB 6 PENUTUP. BAB VI PenUTUP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

SURVEY HIDROGRAFI DAN PELAKSANAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN (Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Priok)

BAB II LiNGKUP PEKERJAAN PeNGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

Bab iv Pelaksanaan dan proses pekerjaan Pengerukan

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi

Bray, R.N. Dredging a Hand Book For Engineer. Edward Arnold Ltd. London

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

RINGKASAN SKEMA SERTIFIKASI SUB BIDANG HIDROGRAFI

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Abstrak Penulisan ini akan dikaji mengenai multi fungsi hidrolik untuk kapal keruk 30 M. Dengan kajian ini diharapkan dapat mengoptimalkan dan memenuh

SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PENGERUKAN PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

Online di : STUDI PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

Desain Konsep Self-Propelled Backhoe Dredger untuk Operasi Wilayah Sungai Kalimas Surabaya

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 55 Tahun Tentang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8.

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya

TENTANG IZIN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PELABUHAN KHUSUS

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM HIDROLOGI

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

3.2. METODOLOGI PERENCANAAN

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382)

Septyan Adi Nugroho

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 TEORI DASAR. 2.1 Pekerjaan Survei Hidrografi

STUDI TENTANG PEMBANGUNAN PELABUHAN CILAMAYA DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS (Studi Kasus : Pelabuhan Cilamaya Karawang)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

STUDI PEMILIHAN LOKASI ALTERNATIF PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN

BAB 4 ANALISIS. Gambar 4.1 Indikator Layar ROV (Sumber: Rozi, Fakhrul )

PETA LOKASI LAPANGAN MATINDOK-SULAWESI TENGAH LAMPIRAN A

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Fasilitas pembuangan hasil keruk (dumping area)

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN BELITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur

PEMETAAN BATIMETRI DI PERAIRAN SUNGAI CARANG KOTA TANJUNG PINANG. Harmi Yuniska Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azwar Samitra, 2013

Analisis Kelayakan Pelabuhan Hub Nasional Guna Mendukung Konsep Tol Laut Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

PRESENTASI PROYEK AKHIR D-IV TPLP TEKNIK SIPIL

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONDISI BATIMETRI DAN SEDIMEN DASAR PERAIRAN DI KOLAM PELABUHAN CARGO PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN, JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Oktober2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Hari 1 Hari 2. Keterangan: No. Kegiatan 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3.2. SURVEY PENDAHULUAN

PERANAN SURVEI HIDROGRAFI UNTUK PERENCANAAN LOKASI PEMBANGUNAN PELABUHAN

Perancangan Dredger Ship untuk Normalisasi Hilir Sungai Kalimas

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7

Transkripsi:

BAB VI PenUTUP Pembahasan survey hidrografi dan pelaksanaan pengerukan secara keseluruhan mulai dari : penjelasan lingkup pekerjaan pengerukan, pengumpulan dan pengolahan data survey hidrografi, pelaksanaan dan proses pekerjaan pengerukan, serta analisa pelaksanaan pengerukan telah dipaparkan dengan cukup terinci pada bab-bab sebelumnya. Makna terinci disini tidak dimaksudkan bahwa uraian pada bab-bab di muka tersebut telah lengkap dan jelas. Menarik untuk dicatat bahwa detail demi detail yang dipaparkan, sebagian (menurut penulis) mengesankan kajian yang kurang tuntas sehingga mengundang banyak pertanyaan lebih lanjut. Penulis sadari bahwa munculnya hal tersebut salah satunya disebabkan ketidakkonsistenan dalam cara penyajian. Kekurangpengalaman penulis dalam hal praktis di lapangan, kesulitan dalam mencari referensi pustaka yang mempunyai bobot ilmiah memadai juga merupakan hambatan dalam memenuhi tujuan penulisan sebagaimana dikemukakan pada bab pendahuluan. Dengan demikian, pada bab penutup ini penulis mencoba untuk menyampaikan kesimpulan dan tanggapan/saran atas bahasan Tugas Akhir ini. VI-1

6.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Keberadaan pelabuhan yang berfungsi dengan baik merupakan harapan negara Indonesia karena berperan penting dalam kelancaran kegiatan ekonomi. Sedimentasi pada alur pelayaran pelabuhan Tanjung Priok yang terjadi setiap saat mengakibatkan pendangkalan dasar alur pelayaran yang menyebabkan tidak tepenuhinya persyaratan navigasi untuk keselamatan pelayaran pelabuhan. Dengan demikian, diperlukan adanya perawatan alur pelayaran pelabuhan yang menjamin keselamatan pelayaran bagi kapalkapal yang keluar dan masuk pelabuhan. Salah satunya adalah pelaksanaan pengerukan perawatan alur pelayaran pelabuhan. 2. Survey hidrografi sangat diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan pengerukan perawatan alur pelayaran pelabuhan, yang meliputi : penentuan posisi, pengukuran kedalaman (sounding) dasar alur pelayaran, dan pengamatan pasut. Tujuannya adalah mengetahui apakah kedalaman dasar alur pelayaran telah mencapai desain kedalaman sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi alur pelayaran sekaligus menentukan perhitungan volume material yang akan dikeruk. 3. Selama pelaksanaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan Tanjung Priok, sounding dilakukan dalam tiga tahapan yaitu : Tahap Check Sounding, Progress Sounding, dan Final Sounding. Dari masing-masing tahapan tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan volume dengan metode grid dan dihasilkan volume material yang akan dikeruk. Disimpulkan bahwa dengan dilakukannya pengerukan di alur pelayaran pelabuhan Tanjung Priok, volume material akan berkurang hingga mencapai batas aman desain kedalaman alur pelayaran. VI-2

4. Pelaksanaan pengerukan perawatan di Pelabuhan Tanjung Priok menggunakan metode hidraulik, yakni dengan alat keruk Hopper Dredger. Hal itu dikarenakan material yang dominan dikeruk berupa lumpur dan limbah. Proses pengerukan dilakukan dengan tahapan pekerjaan, yaitu : pembongkaran, pengangkatan, transportasi dan pembuangan. 5. Proses pengerukan alur pelayaran pelabuhan menyebabkan topografi dasar alur pelayaran pelabuhan mengalami perubahan. Hal itu disebabkan adanya proses siltation yang terjadi di dasar laut. Akibatnya informasi mengenai konfigurasi dasar alur pelayaran pelabuhan yang telah diperoleh melalui survey hidrografi menjadi kadaluarsa (tidak berlaku lagi). Oleh karena itu, selama pekerjaan pengerukan informasi mengenai dasar alur pelayaran pelabuhan terus dibutuhkan dan perlu dilakukan survey secara berkesinambungan. Berdasarkan analisa pelaksanaan pekerjaan pengerukan dapat disimpulkan bahwa : a) Siltation yang terbentuk di alur pelayaran mempengaruhi produktivitas pekerjaan pengerukan, sehingga diperlukan pemilihan alat keruk dan metode pengerukan yang tepat. b) Masalah laju sedimentasi yang terjadi di alur luar pelabuhan Tanjung Priok selama pekerjaan pengerukan dapat diatasi dengan baik. Sehingga, tujuan pekerjaan pengerukan dapat tercapai tepat waktu. 6. Keterlibatan hidrografi dalam survey hidrografi pada pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan merupakan sebagian kecil dari keseluruhan pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan. Namun sangat mempengaruhi keberhasilan pekerjaan pengerukan. VI-3

7. Berdasarkan analisis resiko bahwa penambahan atau pengurangan volume material akibat kurangnya ketelitian akan berdampak pada biaya pekerjaan pengerukan. Dalam hal ini ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa peran hidrografi sangat besar. 6.2 Saran Pada kesempatan ini penulis mencoba memberikan saran sehubungan dengan survey hidrografi dan pelaksanaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan, yaitu: 1. Perlu dibuat spesifikasi teknik atau ketentuan pekerjaan survey hidrografi dengan mengadopsi standard yang dikeluarkan oleh IHO untuk keperluan pengerukan alur pelayaran, sehingga data-data yang diperoleh dapat memadai untuk pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan terutama untuk perhitungan volume. 2. Perlu ditingkatkan ketelitian, baik alat maupun metode yang digunakan, pada survey hidrografi. Hal itu terkait pada dampak seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan analisis resiko. 3. Perlu dilakukan survey yang lengkap, yaitu: sidescan sonar, magnetometer, penelitian arus laut yang terkait pada peran oseanografi dalam pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan. Sehingga diharapkan peran serta hidro-oseanografi dapat lebih optimal seperti yang telah dijelaskan pada gambar 6.1 keterlibatan disiplin ilmu pada pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan. VI-4

Keterkaitan Disiplin Ilmu Pada Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan Teknik Sipil Teknik Geodesi dan Geomatika Oseanografi dan Meteorologi Geoteknik dan Hidraulika Soil Sampling Uji lapangan dan laboratorium Hidrografi Penentuan posisi Pengukuran Kedalaman Water level Pembahasan Tugas Akhir Penelitian Sedimentasi Kandungan air Pengamatan gerakan air Sidescan sonar Magnetometer Gambar 6.1 Keterkaitan disiplin ilmu pada pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan VI-5