II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

dokumen-dokumen yang mirip
POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKAYASA HIDROLOGI. Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri. Pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. memberikan sumbangan terbesar sehingga seringkali hujanlah yang dianggap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PRESIPITASI (HUJAN)

EVALUASI SALURAN DRAINASE KELURAHAN RAWALUMBU BEKASI PADA SUBSISTEM SUNGAI RETENSI RAWALUMBU. Bayu Tripratomo

Siklus Air. Laut. awan. awan. awan. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Evapotranspirasi. Aliran permukaan/ Run off.

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

ANALISIS KUALITATIF KUANTITATIF HUMAN ACTIVITIES NATURAL PHENOMENA HYDROLOGIC TRANSFORMATION HYDRAULIC TRANSFORMATION IMPLEMENTATION, CONSTRUCTIONS

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

HUJAN (PRECIPITATION)

MK. Hidrologi JFK BAB IV CURAH HUJAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

PERHITUNGAN METODE INTENSITAS CURAH HUJAN

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

5/27/2013 AWAN. Pengertian :

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

HIDROLOGI & HIDROLIKA TERAPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

BAB III LANDASAN TEORI

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : Waduk Diponegoro, Rekayasa Nilai.

KEANDALAN ANALISA METODE MOCK (STUDI KASUS: WADUK PLTA KOTO PANJANG) Trimaijon. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Data Curah Hujan

Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI. Meteorology for better life

LAPORAN MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS HIDROLOGI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

Pokok Bahasan IV. PRESIPITASI

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab 2 Tinjauan Pustaka

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : 49-60, Maret 2015

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

Minggu 1 : Daur Hidrologi Minggu 2 : Pengukuran parameter Hidrologi Minggu 3 : Pencatatan dan pengolahan data Hidroklimatologi

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

BAB II LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN DATA HUJAN

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK

PENDAHULUAN ABSTRAK. Kata kunci : Analisis, Tebal Hujan, Durasi Hujan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB IV ANALISA Kriteria Perencanaan Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut;

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 012 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.12 TAHUN 2009 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

BAB III ANALISA HIDROLOGI

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Transkripsi:

II. IKLIM & METEOROLOGI 1 Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

1. CUACA & IKLIM Hidrologi suatu wilayah pertama bergantung pada iklimnya (kedudukan geografi / letak ruangannya) dan kedua pada rupabumi atau topografi dan geologinya. Faktor iklim yang penting adalah curahan dan cara munculannya, kebasahannya, suhu dan angin; semua itu secara langsung mempengaruhi penguapan dan pemeluhan. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 2

Pengumpulan data dalam hidrologi : - Kelembaban - Suhu - Curahan - Sinaran dan kecepatan angin Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 3

Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 4

Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 5

Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 6

PRESIPITASI uap kondensasi jatuh ke tanah - Presipitasi tahunan > 450 mm pertanian - Presipitasi tahunan < 300 mm pertanian dengan air sungai Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 7

Derajat curah hujan = jumlah curah hujan t (mm/jam) Intensitas Curah Hujan Intensitas Curah Hujan = jumlah presipitasi/curah hujan dalam waktu relatif singkat (biasanya dalam waktu 2 jam) Didapat dari alat pencatat hujan otomatis atau Dengan rumus : Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 8

dimana: I = Intensitas curah hujan rata-rata selama waktu (t) tiba dari banjir (mm/jam) R 24 = curah hujan harian, yakni curah hujan 24 jam (mm) t = lama curah hujan atau waktu tiba dari banjir (jam) Tabel Derajat hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat pada Ir. Suyono Darsono, Hidrologi untuk pengairan, 1987. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 9

III. PENGUKURAN HUJAN Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 10

1. Pengertian Presipitasi Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi; yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis, termasuk Indonesia, yang memberikan sumbangan yang paling besar adalah hujan, sehingga seringkali hujanlah yang dianggap sebagai presipitasi. Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, temperatur dan tekanan atmosfer. Uap air tersebut akan naik ke atmosfir sehingga mendingin dan terjadi kondensasi menjadi butirbutir air dan kristal-kristal es yang akhimya jatuh sebagai hujan.

2. Tipe Hujan 1. Hujan konvektif Hujan konvektif bersifat setempat, mempunyai intensitas tinggi dan durasi singkat. 2. Hujan siklonik 3. Hujan orografis Hujan orografis terjadi pada daerah pegunungan (hulu DAS), dan merupakan pemasok air tanah, danau, bendungan dan sungai. Hujan ini bersifat tidak permanen dan dapat berubah tergantung musim (arah angin). Hujan siklonik mempunyai sifat tidak terlalu lebat dan berlangsung dalam waktu lebih lama.

3. Parameter Hujan Durasi hujan adalah waktu yang dihitung dari saat hujan mulai turun sampai berhenti, yang biasanya dinyatakan dalam jam. Intensitas hujan rerata adalah perbandingan antara kedalaman hujan dan durasi hujan. Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu (mm/jam) Tabel 2.1. Keadaan hujan dan intensitas hujan Keadaan hujan Intensitas hujan 1 jam 24 jam Hujan sangat ringan < 1 < 5 Hujan ringan 1 5 5 20 Hujan normal 5 10 20 50 Hujan lebat 10-20 50 100 Hujan sangat lebat > 20 >100

4. Pengukuran Hujan 1. Alat Penakar Hujan Biasa Alat ini ditempatkan diruang terbuka yang tidak diperngaruhi pohon-pohon dan gedung disekitarnya. Air yg jatuh pada corong akan tertampung dalam silinder. Dengan mengukur volume air yang tertampung dan luas corong akan dapat diketahui kedalaman hujan. Curah hujan kurang dari 0,1 mm dicatat sebagai 0,0 mm; yang harus dibedakan dengan tidak ada hujan yang dicatat dengan garis (-). Pengukuran dilakukan setiap hari. Biasanya pembacaan pada pagi hari, sehingga hujan tercatat adalah hujan yang terjadi selama satu hari sebelumnya, yang sering disebut hujan harian. Dengan alat ini tidak dapat diketahui kederasan hujan (intensitas) hujan, durasi (lama waktu) hujan dan kapan terjadinya.

2. Alat Penakar Hujan Otomatis a. Alat Penakar Hujan Jenis Pelampung Hujan yang jatuh masuk ke dalam tabung yang berisi pelampung. Jika muka air di dalam tabung naik, pelampung bergerak ke atas dan bersamaan dengan pelampung tersebut sebuah pena yang dihubungkan dengan pelampung melalui suatu tali penghubung juga ikut bergerak. Gerakan pena tersebut memberi tanda pada kertas grafik yang digulung pada silinder yang berputar. Jika tabung telah penuh, secara otomatis seluruh air akan melimpas keluar melalui mekanisme sifon yang dihubungkan.

b. Alat Penakar Hujan Jenis Timba Jungkit Gambar c disamping menunjukkan jenis alat ini, yang terdiri dari silinder penampung yang dilengkapi dengan corong. Di bawah corong ditempatkan sepasang timba penakar kecil yang dipasang sedemikian rupa sehingga jika salah satu timba menerima curah hujan sebesar 0,25 mm, timba tersebut akan menjungkit dan menumpahkan isinya ke dalam tangki. Timba lainnya kemudian menggantikan tempatnya dan kejadian serupa akan terulang. Gerakan timba mengaktifkan suatu sirkuit listrik dan menyebabkan bergeraknya pena pada lembaran kertas grafik yang dipasang pada suatu silinder dan berputar sesuai dengan perputaran jarum jam.

5. Jaringan Pengukuran Hujan Persamaan jumlah optimum stasiun hujan

Contoh 1: Di dalam suatu DAS terdapat tiga buah stasiun hujan. Hujan rerata tahunan di ketiga stasiun tersebut berturut-turut adalah 1800, 2200 dan 1300 mm. Tentukan jumlah optimum stasiun hujan di DAS tersebut, jika kesalahan yang diijinkan adalah 10%. Penyelesaian Menghitung hujan rerata: Jadi jumlah stasiun hujan yang diperlukan adalah 7 buah. Diperlukan tambahan 4 stasiun hujan.

6. Penentuan Hujan Kawasan 1. Metode rerata aritmatik (aljabar) Metode ini adalah yang paling sederhana untuk menghitung hujan rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan biasanya adalah yang berada di dalam DAS; tetapi stasiun di luar DAS yang berdekatan juga bisa diperhitungkan. Metode rerata aljabar memberikan hasil yang baik apabila: a. stasiun hujan tersebar secara merata di DAS, b. distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS. Hujan rerata pada seluruh DAS diberikan oleh bentuk berikut: P1 P2 P3 P4

2. Metode Thiessen Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun. Pembentukan poligon Thiessen adalah sebagai berikut: a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau, termasuk stasiun hujan di luar DAS yang berdekatan b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis Iurus (garis terputus) sehingga membentuk segitiga-segitiga, yang sebaiknya mempunyai sisi dengan panjang yang kira-kira sama. c. Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun yang berada di dekat batas DAS, garis batas DAS membentuk batas tertutup dari poligon.

3. Metode Isohiet Isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama. Pada metode isohiet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua garis isohiet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua garis isohiet tersebut. atau

7. Perbaikan Data Dua permasalahan a. Tidak tercatatnya data hujan karena rusak alat dan pengamat tidak mencatat data b. Perubahan kondisi di lokasi pencatatan selama periode pencatatan karena pemindahan/perbaikan stasiun, perubahan prosedur pengukuran dsb. Hal yang dilakukan dalam perbaikan data: 1. Pengisian Data Hilang Metode ini dilakukan dengan nilai perkiraan berdasar data dari tiga atau lebih stasiun terdekat disekitar pengamatan. Gambar. Stasiun Hujan untuk koreksi Data

a. Metode Perbandingan Normal (Normal ratio method) Data yang hilang diperkirakan dengan rumus sebagai berikut: b. Reciprocal Method Cara ini lebih baik karena memperhitungkan jarak antar stasiun (Li), dengan rumus berikut:

2. Pemeriksaan konsistensi Data Perubahan lokasi stasiun hujan atau perubahan prosedur pengukuran dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah hujan yang terukur, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan. Konsistensi dari pencatatan hujan diperiksa dengan metode kurva massa ganda (double mass curve). Metode ini membandingkan hujan tahunan kumulatif di stasiun y terhadap stasiun referensi x. Stasiun referensi biasanya adalah nilai rerata dari beberapa stasiun di dekatnya. Nilai kumulatif tersebut digambarkan pada sistem koordinat kartesian x-y, dan kurva yang terbentuk diperiksa untuk melihat perubahan kemiringan (trend). Apabila garis yang terbentuk lurus berarti pencatatan di stasiun y adalah konsisten. Apabila kemiringan kurva patah/berubah, berarti pencatatan di stasiun y tak konsisten dan perlu dikoreksi. Koreksi dilakukan dengan mengalikan data setelah kurva berubah dengan perbandingan kemiringan setelah dan sebelum kurva patah.

ANALISIS HUJAN RENCANA

DATA HUJAN HARIAN Nama Stasiun : Koordinat : Lokasi : Ketinggian : Nama Pengamat : Day Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1 0.00 54.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 2 0.00 6.00 0.00 0.00 17.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 15.00 0.00 3 0.00 0.00 0.00 15.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 92.00 4 0.00 28.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5 0.00 11.00 0.00 0.00 25.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6 0.00 47.00 0.00 6.00 3.00 0.00 0.00 0.00 8.00 0.00 0.00 0.00 7 0.00 0.00 0.00 45.00 0.00 0.00 0.00 0.00 19.00 0.00 0.00 0.00 8 0.00 65.00 0.00 15.00 0.00 0.00 0.00 0.00 54.00 11.00 0.00 0.00 9 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 53.00 0.00 3.00 58.00 0.00 0.00 0.00 10 0.00 0.00 26.00 0.00 21.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7.00 0.00 12.00 11 0.00 0.00 0.00 5.00 3.00 13.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 12.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13 0.00 0.00 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14 0.00 0.00 0.00 0.00 19.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.00 0.00 0.00 15 0.00 0.00 0.00 33.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 5.00 0.00 0.00 16 0.00 0.00 0.00 7.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 2.00 17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7.00 0.00 18 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 19.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14.00 0.00 19 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 20 0.00 0.00 0.00 18.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 21 0.00 0.00 0.00 5.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.00 0.00 0.00 9.00 22 0.00 0.00 0.00 9.00 0.00 0.00 0.00 1.00 47.00 0.00 0.00 0.00 23 50.00 0.00 0.00 7.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7.00 12.00 24 7.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 0.00 19.00 22.00 25 62.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26 30.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 29.00 0.00 27 38.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 35.00 28 0.00 0.00 50.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 29 214.00 0.00 4.00 2.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 30 158.00 6.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.00 0.00 31 90.00 0.00 0.00 0.00 25.00 0.00 0.00 Data 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 Eff. 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 Miss 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sum 649.00 211.00 92.00 169.00 91.00 99.00 12.00 32.00 199.00 26.00 101.00 209.00 Mean 20.94 7.54 2.97 5.63 2.94 3.30 0.39 1.03 6.63 0.84 3.37 6.74 Min. 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Max. 214.00 65.00 50.00 45.00 25.00 53.00 12.00 25.00 58.00 11.00 29.00 92.00

HUJAN JANGKA PENDEK BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA Nama Stasiun : Klimatologi Klas I Jl. Arief Rahman Hakim No. 3 Jakarta Lokasi : Semarang PENAKAR HUJAN OTOMATIS Nama Pengamat : Siswoyo Koordinat : Laporan Bulan :Januari Type Penakar : Hillman Ketinggian : + 3 meter Tahun :2000 Jumlah pada masing-masing periode waktu (dalam mm) Jumlah hujan tiap jam (mm) 5 10 15 30 45 60 120 3 6 12 07-08 - 09-10 - 11-12 - 13-14 - 15-16 - 17-18 - 19-20 - 21-22 - 23-00 - 01-02 - 03-04 - 05-06 - menit menit menit menit menit menit menit jam jam jam 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 01 02 03 04 05 06 07 1 0.2 0.3 0.3 0.4 0.6 0.6 0.7 1.5 2.3 2.3 2 0.6 0.2 0.7 0.8 2.3 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 8.5 3 0.5 6.5 1.2 0.6 0.2 9.0 1.5 2.5 3.0 4.5 5.8 5.0 6.8 7.0 7.0 7.0 4 5.0 1.8 0.2 7.0 0.6 0.8 1.0 1.7 2.4 2.9 3.7 3.8 5.7 6.8 5 1.0 0.5 0.9 0.5 0.1 0.8 2.9 0.1 6.8 0.3 0.5 0.7 1.5 2.2 2.9 2.9 3.0 3.0 3.0 6 2.7 0.3 3.0 2.0 5.0 5.8 7.8 8.5 8.5 8.5 8.7 9.8 10.0 7 8.4 0.1 0.2 1.1 0.2 10.0 0.6 0.8 1.3 2.3 3.2 3.5 4.8 4.8 4.8 4.8 8 2.0 2.8 4.8 9 0.0 0.2 0.5 1.0 1.1 1.6 2.5 2.8 3.0 3.0 3.0 10 2.5 0.4 0.1 3.0 0.2 0.8 1.1 1.5 2.0 2.5 3.5 3.8 3.9 3.9 11 2.2 1.2 0.4 0.1 3.9 0.2 0.2 0.3 0.5 0.8 1.2 1.4 1.4 1.4 1.4 12 1.2 0.2 1.4 13 0.0 14 0.0 15 0.0 16 0.0 6.5 7.0 7.0 10.0 14.5 15.3 17.5 19.0 19.6 19.6 17 14.5 2.5 1.5 1.0 0.1 1.2 20.8 3.4 6.9 8.4 9.4 10.4 11.2 12.0 12.5 15.0 21.0 18 0.6 11.0 0.9 1.0 0.5 0.6 0.8 0.8 1.6 1.7 1.1 0.3 0.3 0.3 21.5 19 0.0 2.0 2.5 3.1 3.2 3.3 3.3 3.6 3.6 4.1 4.1 20 0.2 0.3 0.3 3.3 4.1 10.0 20.0 30.0 40.5 45.5 60.0 65.0 120.0 170.0 175.2 21 20.0 10.0 51.0 13.5 45.5 35.2 175.2 1.2 2.3 3.2 5.6 6.0 6.5 8.4 14.0 17.5 17.5 22 6.0 5.0 5.8 0.7 17.5 4.5 6.0 8.5 9.8 10.8 11.3 14.2 14.8 15.6 15.6 23 0.6 0.6 11.3 2.9 0.2 15.6 1.2 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 24 1.3 1.3 3.0 3.5 4.0 6.5 7.7 7.7 9.7 11.1 14.5 37.0 25 2.0 1.5 2.3 7.3 1.2 0.2 4.0 12.2 5.3 1.0 5.7 0.8 3.4 0.1 0.5 2.0 49.5 7.5 8.5 9.0 9.7 10.0 15.5 22.5 27.7 29.5 29.5 26 15.5 8.0 3.0 1.9 0.8 0.3 3.0 10.5 0.5 43.5 3.5 3.5 5.0 6.0 8.1 8.8 9.8 18.0 23.0 24.5 27 0.8 0.1 0.3 7.8 2.0 6.3 4.0 1.9 1.3 0.3 0.9 0.6 26.3 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 28 0.5 0.5 0.2 0.2 0.2 0.4 0.5 0.6 0.8 0.8 0.8 0.8 29 0.5 0.3 0.8 0.5 1.0 2.0 4.0 4.5 6.2 12.0 13.5 15.2 15.2 30 1.5 6.2 5.8 1.4 0.3 15.2 3.0 3.5 5.2 8.0 9.0 12.0 14.3 16.2 16.8 16.8 31 0.3 6.2 8.0 1.9 0.4 16.8 Tanggal dan Jumlah Max Tanggal Juml ah 21/1 21/1 21/1 21/1 21/1 21/1 21/1 21/1 21/1 21/1 18.6 23.1 4.7 3.0 3.6 2.9 20.8 32.4 40.4 30.4 75.6 52.6 66.6 45.8 1.4 0.2 0.6 1.8 10.7 16.1 5.9 0.1 0.5 2.0 459.8 10.0 20.0 30.0 40.5 45.5 60.0 65.0 120.0 170.0 175.2 15.5 11.0 3.0 1.9 2.0 1.5 14.5 8.4 20.0 10.0 51.0 13.5 45.5 35.2 1.0 0.2 0.3 1.2 5.7 10.5 3.4 0.1 0.5 2.0 175.2 Ma x Jumlah 24 jam

CURAH HUJAN WILAYAH Cara Rata-Rata Aljabar. Tinggi curah hujan rata-rata d d 1 d 2... n d n n di i 1 n d1, d2, dn =tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2,.n n = banyaknya atau jumlah pos penakar hujan yang diperhitungkan.

CURAH HUJAN WILAYAH Cara Poligon Thiesen. = Tinggi curah hujan rata-rata R A 1R1 A 2R2... A A A... A 1 2 n n R n R 1, R 2,. R n = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2,.n A 1, A 2,. A n = luas pengaruh setiap penakar hujan.

CURAH HUJAN WILAYAH Cara Isohit A 1 A 2 A3 d 0 d 1 A 4 d 2 Tinggi curah hujan rata-rata R A 1R1 A 2R2... A A A... A 1 2 n n R n d 3 d 4 d 0, d 1,. d n = garis tinggi curah hujan yang sama (kontur curah hujan) A 1, A 2,. A n = luas daerah antara dua kontur curah hujan

CURAH HUJAN WILAYAH Cara Rata-rata aljabar. = NO. Penjelasan Pos (Titik) pengamatan 1 2 3 4 Keterangan 1 Luas daerah aliran (km 2 ) - - - - 99,1 km 2 2 Curah hujan tiap pos d (mm) 156 164 174 168 662 3 Tinggi Hujan Rata-rata (Σd/n) n=4 165,50 mm/hari

CURAH HUJAN WILAYAH Cara Theisen Titik 1,2,3 dan 4 adalah Pos Pengamatan Curah Hujan A1, A2, A3 dan A4 wilayah pengaruh pos pengamatan Daerah Aliran 1 A1 c a A2 b A4 4 A = A1 + A2 + A3 + A4 2 d e A3 f 3

CURAH HUJAN WILAYAH Cara Theisen N O. 1 Penjelasan Pembagian daerah aliran (km2) 2 Bobot,Wi= Ai/An (%) 27,6 5 Pos (Titik) pengamatan 1 2 3 4 27,4 26, 5 26,7 4 Keteranga n 14,6 30,6 99,1 km2 14,7 3 30,8 8 3 Curah hujan tiap pos d (mm) 156 164 174 168 4 5 Bobotxtinggi curah hujan=ai/anxdi (mm/hari) Tinggi Hujan Rata-rata (Σd/n) n=4 43,1 3 43,8 5 25,6 3 51,8 7 164,50 mm/hari 100% 164,50

Rainfall maps in GIS Nearest Neighbor Thiessen Polygon Interpolation Spline Interpolation

Ten9s FoR De attention (TERima_Kasih)

37 Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II

2. KELEMBABAN Hidrologi suatu wilayah pertama bergantung pada iklimnya (kedudukan geografi / letak ruangannya) dan kedua pada rupabumi atau topografi dan geologinya. Faktor iklim yang penting adalah curahan dan cara munculannya, kebasahannya, suhu dan angin; semua itu secara langsung mempengaruhi penguapan dan pemeluhan. Pengumpulan data dalam hidrologi : - Kelembaban - Suhu - Curahan - Sinaran dan kecepatan angin 38 Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II