BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI


BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

Apakah labu siam menurunkan tekanan darah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

Pengaruh Komsumsi Pisang Ambon Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pra Lansia Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN BUAH PISANG EMAS TERHADAP PENURUNAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DUSUN PUNDUNG NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON (Musa Paradisiaca S) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

Oleh: Iswidhani, Suhaema Fifi Luthfiyah Muhammad Alfin Nusfi Al-Khair. Poltekes Kemenkes Mataram

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengetahui Hipertensi secara Umum

121 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

REGULASI TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER DENGAN SMOOTHIE

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN JUICE CAMPURAN TOMAT DAN MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH KEPADA PENDERITA HIPERTENSI

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

PENGARUH JUS TOMAT TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DI DUSUN NITEN NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Banyak sekali penemuan-penemuan mutakhir dalam dunia medis, sejalan


BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan hasil intervensi dengan suatu kelompok yang serupa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Neneng Fitria Ningsih S.Kep.M.Biomed

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( )

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik sebelum pemberian pisang ambon adalah 164,5 mmhg dan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah pemberian pisang ambon adalah 153,5 mmhg. Hal ini menunjukkan adanya penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 11 mmhg. Berdasarkan tabel 4.10 hasil Uji analisis Wilcoxon yang dilakukan menunjukkan nilai p value < 0,005 yaitu sebesar 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan atau terdapat pengaruh pisang ambon terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi. Berdasarkan tabel 4.10 rerata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian pisang ambon adalah 98 mmhg dan 88 mmhg. Terdapat selisih penurunan tekanan darah sebesar 10 mmhg. Uji analisis Wilcoxon menunjukkan hasil p-value sebesar 0,001 yang berarti juga terdapat pengaruh pisang ambon terhadap penurunan tekanan darah diastolik pada penderita hipertensi. Peranan pisang ambon terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dipengaruhi oleh kandungan kalium dalam pisang ambon. Kalium yang terkandung dalam 100 gram pisang ambon adalah sebesar 435 Mg 43

44 (Priyotamtama, 2010). Kalium bekerja mirip obat antihipertensi di dalam tubuh manusia, kalium dapat menyebabkan penghambatan pada Renin- Angiotensine System juga menyebabkan terjadinya penurunan sekresi aldosteron, sehingga terjadi penurunan reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal. Akibat dari mekanisme tersebut, maka terjadi peningkatan diuresis yang menyebabkan berkurangnya volume darah, sehingga tekanan darah pun menjadi turun. Selain itu, kalium juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, akibatnya terjadi penurunan resistensi perifer, dan tekanan darah juga menjadi turun (Palmer dan Willliams, 2007). Peranan kalium sebagai mineral penurun tekanan darah telah terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Mariani (2014) bahwa pemberian jus buah (pepaya, semangka, melon) dengan kandungan kalium sebanyak 500,2 mg/hari selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik dengan nilai p < 0,05 dari masing-masing kelompok perlakuan. Hal ini terjadi karena kadar kalium dan natrium di dalam pisang ambon yang berbanding terbalik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tangkilisan (2013) tentang Pengaruh Terapi Diet Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum Linn) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Klien Hipertensi menunjukkan hasil uji Paired t-test data tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan terapi menunjukkan p value 0,000. Hasil uji Paired t-test tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah diberikan terapi menunjukkan p value 0,000. Hal ini berarti secara signifikan terapi diet pisang ambon

45 menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis terdapat pada subyek, waktu dan tempat penelitian. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pandiangan (2013) tentang Pengaruh Konsumsi Buah Pisang Ambon (Musa Accuminata Colla) terhadap Tekanan Darah pada Mahasiswi Prehipertensi di Universitas Advent Indonesia Bandung menunjukkan hasil penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan pisang ambon sebesar 132/86 mmhg (pre hipertensi) menjadi 120/74 mmhg (normal). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian konsumsi buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) terhadap tekanan darah mahasiswi prehipertensi berusia 18-22 tahun di UNAI. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis terdapat pada usia responden, waktu dan tempat penelitian. B. PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok eksperimen pemberian jus mentimun menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum pemberian jus mentimun adalah 162 mmhg dan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah pemberian pisang ambon adalah 142 mmhg. Penurunan rata-rata tekanan darah sistolik adalah sebesar 21 mmhg. Berdasarkan tabel 4.11, hasil uji analisis Wilcoxon yang dilakukan

46 menunjukkan terdapat pengaruh jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi dengan nilai p-value sebesar 0,000. Pemberian jus mentimun juga mempengaruhi penurunan tekanan darah diastolik, hal ini terlihat dari rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian pisang ambon adalah sebesar 96,5 mmhg dan 81 mmhg. Terdapat selisih penurunan tekanan darah sebesar 15,5 mmhg. Uji analisis Wilcoxon menunjukkan hasil p-value < 0,05 yaitu sebesar 0,001. Tidak jauh berbeda dengan pisang, peranan jus mentimun dalam penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi salah satunya juga dipengaruhi oleh kandungan mineral kalium yang tinggi. Kalium dapat mendorong keluarnya natrium yang berlebihan sehingga mengurangi preload (beban awal kontraksi jantung) dan menurunkan tekanan darah (Hartono, 2014). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kuswardhani (2012) tentang Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, pembatasan konsumsi natrium dan peningkatan konsumsi kalium terbukti sebagai salah satu alternatif dalam penurunan tekanan darah. Kandungan lain di dalam buah mentimun yang bermanfaat sebagai penurun tekanan darah adalah flavonoid. Flavonoid bekerja sebagai zat yang dapat mendukung kinerja ACE inhibitor. Selain itu, kandungan saponin dalam mentimun dapat meningkatkan absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (natrium, klorida, dan air) di tubulus distalis ginjal, juga merangsang ginjal untuk lebih aktif. Hal ini yang mampu menurunkan tekanan darah. Sifat diuretik pada mentimun yang terdiri dari 90% air mampu mengeluarkan

47 kandungan garam dari dalam tubuh. Mineral yang kaya dalam buah mentimun mampu mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin (Sonia, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Marbun (2012) menunjukkan bahwa pemberian jus mentimun selama 6 hari dapat menurunkan tekanan sistole rata rata 17,69 mmhg dan tekanan diastole rata rata 9,61 mmhg. Setelah dilakukan uji Paired t-test didapatkan nilai p value 0,000, yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan jus mentimun. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis terdapat pada subyek, waktu dan tempat penelitian serta lama intervensi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurhidayat (2011) tentang Pengaruh Jus Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Penderita Hipertensi menunjukkan hasil bahwa jus mentimun terbukti dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan nilai p masingmasing < 0,05. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis terdapat pada perbedaan karakteristik responden, waktu dan tempat penelitian. C. PERBEDAAN EFEKTIVITAS PISANG AMBON DAN JUS MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Tabel 4.8 menunjukkan rerata tekanan darah sistolik sebelum pemberian pisang ambon dan jus mentimun sebesar 164,5 mmhg dan 162 mmhg menunjukkan selisih yang sedikit yaitu 2,5 mmhg sehingga dapat

48 dikatakan tekanan darah sistolik kelompok kontrol dan eksperimen hampir sama. Uji Mann Whitney yang dilakukan pada tekanan darah sistolik sebelum pemberian pisang ambon dan jus mentimun menunjukkan hasil p > 0,05 yaitu sebesar 0,857 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah sistolik antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen atau kedua kelompok data memiliki karakteristik yang sama. Uji Mann Whitney yang dilakukan pada tekanan darah diastolik sebelum pemberian pisang ambon dan jus mentimun juga menunjukkan hasil p > 0,05 yaitu sebesar 0,612 yang berarti kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki data karakteristik yang sama. Uji Wilcoxon yang dilakukan pada kedua kelompok kontrol pemberian pisang ambon dan jus mentimun juga menunjukkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh pisang ambon maupun jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Hasil uji Mann Whitney yang disajikan pada tabel 4.12 menunjukkan rerata tekanan sistolik sesudah pemberian pisang ambon dan jus mentimun adalah sebesar 153,5 mmhg dan 141 mmhg dan standar deviasi masing masing kelompok adalah 18,432 dan 14,105 dan nilai p va;ue 0,036 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas antara pisang ambon dan jus mentimun dalam menurunkan tekanan darah sistolik. Jus mentimun dapat disimpulkan memiliki efektivitas lebih tinggi dibandingkan dengan pisang ambon, hal ini dapat diketahui dari rerata selisih penurunan tekanan darah

49 sistolik pada kelompok pemberian jus mentimun lebih besar daripada kelompok pemberian pisang ambon, yaitu sebesar 21 mmhg dan 11 mmhg. Pada tekanan darah diastolik juga terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan antara pisang ambon dan jus mentimun dalam menurunkan tekanan darah diastolik. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji Mann Whitney pada tabel 4.13 bahwa rerata tekanan diastolik kelompok kontrol dan eksperimen adalah sebesar 88 mmhg dan 81 mmhg dan nilai p value < 0,05 yaitu sebesar 0,024. Rerata selisih penurunan tekanan diastolik pada kelompok jus mentimun lebih besar daripada kelompok pemberian pisang ambon, yaitu sebesar 15,5 mmhg dan 10 mmhg, sehingga dapat disimpulkan bahwa jus mentimun terbukti lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah diastolik dibandingkan dengan pisang ambon. Perbedaan efektivitas antara pisang ambon dan jus mentimun disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya yaitu perbedaan kadar kalium dan natrium dalam 100 gram buah mentimun dan buah pisang ambon. Mentimun memiliki perbandingan kadar kalium dan natrium yang lebih besar dibandingkan dengan pisang ambon, yaitu sebesar 147 Mg : 2 Mg atau 73,5:1 (Bangun, 2013). Sedangkan perbandingan kadar kalium dan natrium pada pisang ambon adalah 435 Mg : 18 Mg atau 24,16:1 (Priyotamtama, 2010). Kalium disebut sebagai mineral antihipertensi karena kalium bersifat mendorong keluarnya natrium yang berlebihan sehingga mengurangi preload (beban awal kontraksi jantung) dan menurunkan tekanan darah (Hartono,

50 2014). Peranan kalium bersama klorida adalah membantu menjaga tekanan osmotik intraseluler dan keseimbangan asam basa (Bangun, 2013). Menurut Pranadi (2012), sebuah penelitian klinis menunjukkan pemberian suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah. Pemberian diet kalium 60-120 mmol/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,2 mmhg pada penderita hipertensi serta 1,8 dan 1,0 pada orang normal. Kandungan lain yang terdapat dalam mentimun seperti saponin, flavonoid dan kadar air yang tinggi juga menyebabkan mentimun lebih efektif dibandingkan dengan pisang ambon dalam menurunkan tekanan darah (Bangun, 2013). Saponin dapat meningkatkan absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (natrium, klorida, dan air) di tubulus distalis ginjal juga merangsang ginjal untuk lebih aktif (Sonia, 2011). Hal ini terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Sayekti (2014) bahwa saponin bersama dengan zat lain yang tekandung dalam mahkota dewa dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 14 mmhg dan 25 mmhg dengan nilai p masing-masing kelompok 0,000. Kandungan lain di dalam buah mentimun yang bermanfaat sebagai penurun tekanan darah adalah flavonoid. Flavonoid dapat menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah, selain itu Flavonoid bekerja sebagai zat yang dapat mendukung kinerja ACE

51 inhibitor (Sonia, 2011). Hal ini terbukti dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Kurniasari (2013) menyebutkan bahwa kalium dan flavonoid yang terkandung dalam buah tomat terbukti dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik dengan nilai p masing-masing sebesar 0,000. Sifat diuretik pada mentimun yang terdiri dari 90% air mampu mengeluarkan kandungan garam dari dalam tubuh. Mineral yang kaya dalam buah mentimun mampu mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin (Sonia, 2011). Perbedaan karakteristik responden diantaranya perbedaan interval umur dan jenis pekerjaan responden juga mempengaruhi perbedaan efektivitas antar pisang ambon dan jus mentimun dalam penurunan tekanan darah. Berdasarkan tabel 4.1 rerata usia paling banyak pada kelompok pemberian pisang ambon adalah usia > 65 tahun dengan jumlah 12 orang atau sebanyak 60% dari 20 responden. Pada kelompok pemberian jus mentimun jumlah penderita hipertensi juga paling banyak terjadi pada usia > 65 tahun dengan jumlah 10 orang atau sebanyak 50% dari 20 responden. Perbedaan persebaran umur inilah yang merupakan salah satu penyebab mentimun lebih efektif dalam penurunan tekanan darah. Menurut Townsend (2010) pada usia lansia akhir ataupun manula, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang lebih sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Selain itu, pada lansia terjadi penurunan fungsi sistem kardiovaskuler dan penurunan kemampuan jantung

52 serta penebalan dan penurunan elastisitas pembuluh darah yang dapat memicu terjadinya hipertensi pada lansia (Potter dan Perry, 2009). Menurut Palmer dan Willliams (2007), prevalensi kejadian hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia 55-64 tahun prevalensi kejadian hipertensi adalah 46%, kemudian pada usia 65-74 tahun meningkat menjadi 70% dan pada usia > 75 tahun mencapai 80%. Selain dari usia responden, faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah jenis pekerjaan responden. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perekejaan responden paling banyak pada kedua kelompok intervensi yaitu tidak bekerja sebanyak 11 orang pada kelompok pemberian pisang ambon dan 12 orang pada kelompok pemberian jus mentimun. Orang yang sudah tidak bekerja rata-rata aktivitasnya kurang dan hal ini dapat menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang banyak aktivitas, karena pada orang yang kurang aktivitas frekuensi denyut jantung lebih tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi sehingga arteri mendapat beban tekanan yang lebih besar (Andria, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto (2007) tentang Faktor-faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Kabupaten Karanganyar menunjukkan hasil bahwa kebiasaan tidak berolahraga atau melakukan aktifitas kurang adalah salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi dengan nilai p < 0,05 yaitu sebesar 0,019 dibandingkan dengan responden yang aktif melakukan olahraga.

53 Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak dapat mengontrol pola makan responden yang juga dapat mempengaruhi tekanan darah.