BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi telah berdampak positif dalam bidang konstruksi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya. Beton merupakan satu

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50%

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB III LANDASAN TEORI. kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB III LANDASAN TEORI

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan seperti kekuatan tarik dan sifat daktilitas yang relatif rendah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI DENGAN BAHAN TAMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. pada beton. Perkembangan teknologi pada fly ash telah mencapai inovasi baru

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin

bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR KUARSA SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA SIFAT MEKANIK BETON RINGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

Viscocrete Kadar 0 %

Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi kekuatan (strength) beton itu sendiri dan sifat-sifat

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

Heru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan bahan-bahan dari alam yang penggunaannya tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat. Kekayaan alam yang mengandung banyak silika dapat berguna sebagai bahan pengganti atau bahan tambah semen dalam agregat. Dengan begitu dapat berhipotesis bahan dari alam tersebut dapat menjadi bahan konstruksi. Alasan ini bisa diterima jika bahan tersebut dapat menambah kekuatan beton dan harga serta ketersediaannya terjangkau. 3.2 Beton dan Penyusunnya Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain lain. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Terdiri dari campuran agregat halus dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain), dengan semen, yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu (Wuryati S.& Candra R, 2001). Dalam keadaan mengeras, beton bagai batu karang dengan kekuatan yang tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam macam bentuk, sehingga dapatdigunakan untuk membentuk seni arsitektur atau untuk tujuan dekoratif. Beton mempunyai nilai kuat tekan yang besar namun beton tidak kuat 12

13 terhadap kuat tarik. Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, dapat diangkut, dapat dituang, dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi pemisahan kerikil dari adukan maupun pemisahan air dan semen dari adukan. Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus, dan kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo 1996). Bahan-bahan penyusun beton adalah sebagai berikut: 3.2.1 Air Air adalah bahan yang diperlukan pada campuran beton agar bereaksi dengan semen, dan menjadi pelumas agregat sehingga mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang dibutuhkan untuk mereaksikan semen hanya sekitar 30% dari berat semen (Tjokodimuljo, 1996). Syarat air yang baik untuk dapat direaksikan dalam pembuatan beton menurut PUBI 1982 adalah: 1. air harus bersih, 2. tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat oleh mata, 3. tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2gr/lt, 4. tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton lebih dari 5 gr/lt, 3.2.2 Semen Portland Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang

14 bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lainnya. (SNI- 15-2049-2004). Semen dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan penggunaannya. Jenis semen berdasarkan kegunaanya adalah sebagai berikut. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada semen jenis lain. 2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan kekuatan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang 3. Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. 4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan kalor hidrasi yang rendah 5. Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan kekuatan tinggi terhadap sulfat. (SNI-15-2049-2004). 3.2.3 Agregat Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, dapat diangkut, dapat dituang, dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi pemisahan kerikil dari adukan maupun pemisahan air dan semen dari adukan. Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus, dan kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo 1996)

15 Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, antara lain : 1. Batu. Untuk besar butiran lebih dari 40 mm. 2. Kerikil. Untuk butiran antara 5 40 mm. 3. Pasir. Untuk butiran antara 0,15 5 mm. Gradasi agragat adalah distribusi ukuran butiran agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya yang kecil mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-pori menjadi sedikit atau dengan kata lain kepampatannya tinggi. (Tjokrodimulyo, 1996). Pada jumlah kandungan agregat yang normal, jumlah semen permeter kubik berpengaruh terhadap kuat tekan betonnya (Mindess dan Young, 1981 dalam Tjokrodimulyo, 1996). Beton akan mempunyai kuat tekan yang tinggi, jika tersusun dari bahanbahan lokal yang berkualitas baik. Bahan penyusun beton yang perlu mendapat perhatian adalah agregat, karena agregat menempati 70-75% volume beton (Dipohusodo,1996). Oleh karena kekuatan agregat sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton, maka hal-hal yang perlu diperhatikan pada agregat adalah : a. Permukaan dan bentuk agregat b. Gradasi agregat, dan c. Ukuran maksimum agregat

16 a. Agregat Halus Menurut Antono (1995), pasir sebagai agregat halus merupakan bahan batuan berukuran kecil, ukuran butirannya 5 mm. Pasir dapat berupa pasir alam, sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan, atau berupa pasir pecahan batu. Menurut SK SNI S-04-1989-F, agregat halus yang digunakan harus memenuhi persayaratan sebagai berikut. 1. harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, 2. butirannya harus tidak pecah atau hancur oleh pengaruh perubahan cuaca, yaitu terik matahari dan hujan, 3. tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka harus dicuci, 4. tidak mengandung bahan-bahan organik karena dapat mengadakan reaksi dengan senyawa-senyawa semen Portland sehingga mengurangi kualitas adukan betonnya, 5. tidak mengandung pasir laut karena mengakibatkan korosi pada tulangan, 6. mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 3,8. b. Agregat Kasar Menurut Antono (1995), kerikil sebagai agregat kasar merupakan bahan batuan berukuran besar, ukuran butiranya 5 mm. Kerikil dapat berupa hasil desintegrasi alam dari batuan-batuan atau berupa batu pecah, yang diperoleh dari pemecahan batu.

17 Menurut SK SNI S-04-1989-F, agregat kasar yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. terdiri dari butiran-butiran keras dan tidak berpori, 2. kerikil yang mengandung butir-butir pipih dan panjang tersebut tidak melampaui 20% berat dari berat agregat seluruhnya, 3. batu tidak boleh pecah atau hancur oelh pengaruh perubahan cuaca, yaitu terik matahari dan hujan, 4. tidak mengandung lumpur lebih dari 1%. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka harus dicuci, 5. tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Pada beton memadat mandiri (SCC), komposisi agregat kasar dan halus harus diperhatikan. Semakin besar proporsi agregat halus dapat meningkatkan daya alir beton segar tetapi jika agregat halus berlebihan maka dapat menurunkan kuat tekan beton yang dihasilkan. Agregat kasar yang banyak juga sangat berpotensi mengakibatkan segregasi pada beton. Agregat kasar pada SCC digunakan diameter maksimum 10 mm untuk mencegah segregasi pada beton. 3.3 Pozzoland Pozzoland adalah sejenis bahan yang mengandung silisium atau aluminium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen (Mulyono,2005). Pozzoland adalah satu bahan apabila dikombinasikan dengan kalsium hidroksida, membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat

18 cementitious. Pozzoland biasanya digunakan sebagai suatu penambahan (istilah teknik adalah admixture ) pada campuran beton semen Portland untuk meningkatkan kekuatan jangka panjang dari beton semen Portland. Pozzoland terutama mengandung silika yang bereaksi dengan calsium hidroksida untuk membentuk kalsium silikat, bahan-bahan cementitious lain bisa juga dibentuk tergantung pada unsur-unsur pozzoland. Reaksi pozzolanic bisa lebih lambat dibanding sisa dari reaksi-reaksi yang terjadi selama hidrasi semen, dan dengan begitu kekuatan jangka pendek beton dengan pozzoland tidak boleh setinggi beton yang dibuat hanya dengan bahanbahan cementitious. Pada sisi lain, pozzoland yang sangat reaktif, seperti silika fume dan metakaolin dapat menghasilkan beton dengan kekuatan awal yang tinggi. 3.4 Zeolit Zeolit merupakan mikrosilika yang dapat digunakan sebagai bahan pozzoland, karena zeolit mengandung banyak silika yang dapat meningkatkan kekuatan beton. Hasil pemeriksaan zeolit dari Klaten menunjukan jumlah silika 63,80% dari berat sampel serta alumunium sebesar 12,36% dari berat sampel (Lianasari, 2011). Reaksi zeolit ini disebut reaksi sekunder yang berlangsung lebih lambat dan berlaku lebih lama, sehingga dapat diasumsikan mutu beton diatas 28 hari masih dapat meningkat. Campuran beton dengan zeolit akan memiliki waktu pengerasan yang lebih lama dibandingkan dengan beton normal. Mutu beton juga tergantung pada kadar pori di dalam campuran, semakin kecil pori yang terdapat dalam beton maka akan banyak gelembung udara yang

19 terjadi selama ataupun sesudah pencetakan. Adanya gelembung ini berefek samping terhadap penggunaan air yang berlebihan. Penggunaan air yang berlebihan pada campuran berpotensi menurunkan mutu beton dan dapat terjadi segregasi dan bleeding. Untuk itu perlu adanya bahan tambah (filler) yang dapat mengisi pori pada beton agar dapat mencegah terjadinya segregasi dan bleeding pada campuran. Penggunaan zeolit pada campuran beton memadat mandiri diharapkan dapat menjadi filler untuk menigkatkan viskositas beton sekaligus mencegah terjadinya bleeding dan segregasi. Zeolit juga diharapkan menjadi pozzolan karena silikanya yang tinggi dapat menaikkan mutu beton diatas umur 28 hari. 3.5 Viscocrete Viscocrete adalah chemical admixture berjenis High Range Water Reducer (HRWR) jenis polycarboxylate yang berguna menyebarkan partikel semen menjadi rata dan memisahkan menjadi partikel halus sehingga reaksi sekunder pada beton menjadi lebih rata dan lebih aktif. Keuntungan campuran beton dengan campuran viscocrete akan menjadikan beton segar memiliki flowability yang tinggi sehingga dapat mengalir dan memadat dengan mengandalkan berat sendiri (Vanda dan Fenny, 2004). 3.6 Kuat Lentur Balok Kuat lentur balok adalah nilai tegangan tarik yang dihasilkan dari momen lentur dibagi dengan momen penahan penampang benda uji. Kuat lentur balok merupakan faktor penting dalam menentukan sifat-sifat mekanis dan karakteristik beton itu sendiri. Komponen-komponen yang mempengaruhi kekuatan beton

20 adalah faktor air semen, derajat kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah semen dan kualitas agregat. Jarak titik belah balok sampai ujung balok sangat penting untuk menentukan rumus yang dipakai. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menguji kuat lentur balok adalah pengujian lentur balok dengan dua titik pembebanan. Metode pengujian kuat lentur balok dengan dua titik pembebanan diatur dalam SNI 4431:2011. Kuat lentur balok sederhana dihitung berdasarkan persamaan berikut: σ = P l b d 2 3.1 Dimana σ = kuat lentur (Mpa) p = beban maksimum yang mengakibatkan keruntuhan balok uji (N) l = panjang bentang antara kedua balok tumpuan (mm) b = lebar balok rata-rata penampang runtuh (mm) d = tinggi balok rata-rata pada penampang runtuh (mm)

21 P d b 1/3 L 1/3 L 1/3 L L Gambar 3.1 Skema Alat Uji Kuat Lentur dengan Balok Sederhana yang Dibebani Dua Titik Pembebanan 3.7 Pengujian Sifat Beton Segar Sifat beton memadat mandiri (Self Compacting Concrete) dapat diuji flowability dengan cara pengujian slump-flow test. Pengujian ini bermaksud untuk menilai aliran bebas arah horizontal tanpa adanya penghalang. Metode yang digunakan berdasarkan pada metode test untuk menentukan nilai slump. Diameter lingkaran adukan beton menunjukkan nilai filling ability. Praktek test ini sederhana hanya membutuhkan dua orang untuk mengukur T500. Untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan alas yang cukup luas dan datar. Dalam pengujian ini perlu diperhatikan homogenitas dari beton tersebut yang dapat dlihat dengan kondisi beton yang tidak terjadi segregasi, bleeding, dan agregat tercampur merata.(mustofa. 2011)

22 Kerucut Abrams Beton Segar Slump Flow Gambar 3.2 Slump-flowTest 3.8 Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasi mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan (Mulyono, 2005). Nilai kuat tekan beton didapat dari pengujian standar dengan benda uji yang lazim digunakan berbentuk silinder. Dimensi benda uji standar adalah tinggi=300 mm, diameter=150 mm. Untuk benda uji dengan dimensi berbeda, nilai kuat tekan beton didapat dengan mengkonversi hasil beban menggunakan faktor kali yang telah tersedia pada SNI 1974-2011. Tata cara pengujian nilai kuat tekan beton memakai SNI 1974-2011. Kuat tekan masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan tertinggi (f'c) yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan.

23 h Gambar 3.3 Benda Uji Silinder Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton berdasarkan percobaan di laboratorium adalah sebagai berikut: f c = P A (3.2) dimana f c = kuat tekan (Mpa) P = beban tekan (N) A = luas penampang benda uji (mm 2 ) Dalam penelitian tertentu dimensi silinder untuk benda uji dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau alasan tertentu. Dimensi diluar benda uji standar akan menggunakan konversi dengan faktor koreksi terhadap nilai kuat tekan betonnya. Tabel 3.1 memuat faktor koreksi berbagai benda uji silinder untuk kuat tekan beton menurut SNI 1974-2011.

Tabel 3.1 Faktor Koreksi untuk Dimensi Silinder yang Bervariasi (SNI 1974-2011) 24