PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PESISIR SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tenga

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 44 TAHUN 1990 (44/1990) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

04. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA BARAT

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 47/1996, PEMBENTUKAN 6 (ENAM) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN BANGKO, KERINCI DAN TANJUNG JABUNG DALAM WILAYAH PROPINSI

PULAU 1. IV Koto Pulau 1. Pulau Punjung

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 132 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 132 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI MUARO NOMOR : W3.U14/ 01 /HPDT/IV/2015

DAFTAR PAKET BIDANG BINA MARGA TAHUN 2013 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2017 PEMBIAYAAN APBD KABUPATEN SIJUNJUNG. Indikator Kinerja Program/ Kegiatan.

STATUS DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN

BUPATI PESISIR SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN OMPANG TANAH SIRAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BUPATI PESISIR SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 112 TAHUN 2011 T E N T A N G

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG BATAS DAERAH KABUPATEN KERINCI

PENGADILAN NEGERI PASAMAN BARAT JL. PASAMAN BARU PADANG TUJUH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 33 TAHUN 1986 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF PARIAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 54/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN SAROLANGUN, KABUPATEN TEBO, KABUPATEN MUARO JAMBI, DAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN

N A M A / J U M L A H

K E P U T U S A N PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 12 /KEP.PIMP/ 2004 T E N T A N G

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898)

N A M A / J U M L A H

Presiden Republik Indonesia,

BUPATI PESISIR SELATAN

N A M A / J U M L A H

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2005 NOMOR 20

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

PEMERINTAH KOTA PADANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI LUNANG SILAUT

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1981 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF LUBUK LINGGAU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 14 TAHUN 2000 (14/2000)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN NAGARI BUKIT BUAL DI KECAMATAN KOTO VII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1986

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2009 TLD NO :

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2005 NOMOR 23

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN AGAMA SIJUNJUNG

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2008

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUKU III KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TEBO

Komponen Akreditasi Isi Proses Lulusan Tendik Sarpras Pengelolaan Pembiayaan Penilaian

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN 6 (ENAM) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PESISIR SELATAN, SOLOK, SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG, DAN PASAMAN DALAM WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan dan pembangunan di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pesisir Selatan, Solok, Sawahlunto/Sijunjung dan Pasaman dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat, sehingga untuk memperlancar pelaksanaan tugas-tugas pelayanan di bidang pemerintahan dan pembangunan serta meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, dipandang perlu membentuk Kecamatan baru di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II tersebut; b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 132 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25); 3. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBENTUKAN 6 (ENAM) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PESISIR SELATAN, SOLOK, SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG DAN PASAMAN DALAM WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT. Pasal 1 (1) Membentuk Kecamatan basa Ampek Balai Tapan di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pesisir Selatan, yang meliputi wilayah: a. Desa Pasar Bukit Tapan; b. Desa Tanjung Pondok; c. Desa Sungai Gambia; d. Desa Ampang Tulak; e. Desa Nilau; f. Desa Alangrambah; g. Desa Binjai;

h. Desa Kubu; i. Desa Talang; j. Desa Muaro Sako; k. Desa Koto Pulai; l. Desa Kampuang Tangah; m. Desa Batang Arah. (2) Wilayah Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pancung Soal. (3) Pusat Pemerintahan Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berada di Desa Pasar Bukit Tapan. Pasal 2 (1) Membentuk Kecamatan Lunang Silaut di wilayah Kabupaten Daerah Tinkat II Pesisir Selatan, yang meliputi wilayah: a. Desa Tj. Beringin; b. Desa Kumbuang; c. Desa Taman Makmur; d. Desa Bukik Tapuh; e. Desa Lunang; f. Desa Talang Sari; g. Desa Tanjung Sari; h. Desa Sindang; i. Desa Silaut; j. Desa Tj. Makmur. (2) Wilayah Kecamatan Lunang Silaut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pancung Soal. (3) Pusat Pemerintahan Kecamatan lunang Silaut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berada di Desa Tj. Beringin. Pasal 3 Dengan dibentuknya Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan dan Kecamatan Lunang Silaut, maka wilayah Kecamatan Pancung Soal dikurangi dengan wilayah Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) dan wilayah Kecamatan Lunang Silaut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Pasal 4 (1) Membentuk Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok, yang meliputi wilayah: a. Desa Pakan Rabaa; b. Desa Sungai Aro; c. Desa Sungai Pangkua; d. Desa Batang Lolo; e. Desa Bancah; f. Desa Batang Limpauang; g. Desa Balun; h. Desa Sunga Kalu I; i. Desa Sungai Kalu II; j. Desa Batu Pasampan; k. Desa Ulu Suliti;

l. Desa Pinti Kayu Ketek; m. Desa Pinti Kayu Gadang. (2) Wilayah Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Sungai Pagu. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan koto Parik Gadang Diateh, maka wilayah Kecamatan Sungai pagu dikurangi dengan wilayah Kecamatan koto Parik Gadang Diateh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (4) Pusat Pemerintahan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berada di Desa Pakan Rabaa. Pasal 5 (1) Membentuk Kecamatan Kamang Baru di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung, yang meliputi wilayah: a. Desa Kamang; b. Desa Talang; c. Desa Sikayan; d. Desa Koto Sungai Lansek; e. Desa Lubuak Tarantang; f. Desa Dusun Tinggi I; g. Desa Dusun Tinggi II; h. Desa Muaro Takuang; i. Desa Sei Tambang; j. Desa Sei Tanang; k Desa Parik Rantang; l. Desa Cilacap; m. Desa Malaro; n. Desa Banjar Tangah; o. Desa Tanjuang Kaliang; p. Desa Koto Sei Batuang; q. Desa Aia Amo; r. Desa Padang Tarok; s. Desa Pasa Sungai Batuang; t. Desa Galogah; u. Desa Kunangan; v. Desa Batang Kariang; w. Desa Siaua. (2) Wilayah Kecamatan Kamang Baru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tanjung Gadang. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Kamang Baru, maka wilayah Kecamatan Tanjung Gadang dikurangi dengan wilayah Kecamatan Kamang Baru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (4) Pusat Pemerintahan Kecamatan Kamang Baru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berada di Desa Kamang. Pasal 6 (1) Membentuk Kecamatan Ranah Batahan di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasaman, yang meliputi wilayah: a. Desa Silapiang; b. Desa Sigantang Mudiak; c. Desa Tj. Sapakiak Mudiak; d. Desa Mr. Gobiang Silayang;

e. Desa Simpang Koto; f. Desa Kp. Mesjid Baru; g. Desa Tamiang Batahan; h. Desa Babussalam; i. Desa Siduampan; j. Desa Mulyo Rejo; k Desa Sidomulyo; l. Desa Sukorejo; m. Desa Pasia Panjang; (2) Wilayah Kecamatan Ranah, Batahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Sungai Beremas. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Ranah Batahan, maka wilayah Kecamatan Sungai Beremas dikurangi dengan wilayah Kecamatan Ranah Batahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (4) Pusat Pemerintahan Kecamatan Ranah Batahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berada di Desa Silapiang. Pasal 7 (1) Membentuk Kecamatan II Koto di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasaman, yang meliputi wilayah: a. Desa Setia; b. Desa Sentosa; c. Desa Tj. Ameh; d. Desa Tonang Raya; e. Desa Lanai Sinoangan; f. Desa Sungai Barameh; g. Desa Kulabu; h. Desa Batang Tuhur; i. Desa Simpang Tigo Cubadak; j. Desa Pasa Cubadak; k Desa Silang IV Silalang. (2) Wilayah Kecamatan II Koto sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tamalau. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan II Koto, maka wilayah Kecamatan Tamalau dikurangi dengan wilayah Kecamatan II Koto sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (4) Pusat Pemerintahan Kecamatan II Koto sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berada di Desa Setia. Pasal 8 Batas wilayah Kecamatan-kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 2 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1), dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. Pasal 9 Pemekaran, penggabungan, penghapusan, perubahan nama dan batas Desa/Kelurahan dalam Kecamatan-kecamatan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini sepanjang tidak mengakibatkan perubahan batas wilayah Kecamatan, ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 10 (1) Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Segala sesuatu yang berkenaan dengan dan sebagai akibat dari pembentukan 6 (enam) Kecamatan sebagaiamana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dengan memperhitungkan kemampuan keuangan Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Barat. Pasal 11 Segala ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pembentukan dan perubahan batas Kecamatan dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 12 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Mei 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 26 Mei 1999 BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PROF DR. H. MULADI, S.H. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 95