BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis saat ini yang sangat kompetitif di semua sektor kegiatan menuntut efisiensi dalam menjalankan usaha, antara lain dengan cara agar pembiayaan dapat dilakukan seefisien mungkin termasuk juga pembayaran Pajak. Pergeseran struktur ekonomi dari agraris (yang bersifat ekstraktif) ke arah industri mengakibatkan semakin raeningkatnya peranan penerimaan pajak terhadap pembiayaan pembangunan. Seiring dengan itu dalam fungsi budgetnya, pajak dimanfaatkan sebagai pengumpul dana untuk pembiayaan kegiatan pemerintah. Pajak diharapkan dapat menghasilkan penerimaan yang pantas (adequacy) dan stabil secara terus menerus (continue). Sebagai instrumen pengatur (regulator), pajak dimaksudkan dapat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu setiap orang/badan yang berdomisili dan memperoleh penghasilan harus selalu mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga dapat melaksanakan kewajiban perpajakan yang benar. Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, salah satu dari ciri dan corak sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah bahwa anggota masyarakat wajib pajak diberi 1
kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, mempernitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang {self assessment). Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penerapan besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada wajib pajak sendiri dan melaporkannya secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-iindangan perpajakan. Pengurangan pajak yang juga berarti meminimalkan biaya dapat dan diperbolehkan sepanjang tidak melanggar perundang-undangan yang berlaku. Usaha pengurangan (penghematan) pajak dapat dilakukan antara lain dengan cara penggelapan pajak {tax evasion) dan penghindaran pajak {tax avoidance). Penggelapan pajak merupakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan jalan melanggar peraturan perpajakan, seperti memberikan data keuangan yang palsu atau menyembunyikan data. Penggelapan pajak ini tidak sejalan dengan prinsip manajemen. Sedangkan penghindaran pajak adalah usaha pengurangan pajak namun tetap memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak ini diperlukan wajib pajak untuk mengurangi (menghemat) pajak. Pada dasamya usaha penghematan pajak berdasar the least and latest rule, yaitu wajib pajak selalu berusaha menekan pajak sekecil mungkin dan menunda pembayaran pajak selambat mungkin sebatas masih diperkenankan peraturan perpajakan. Menekan pajak sekecil mungkin dilakukan dengan raenekan penghasilan atau memperbesar biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan {deductions) sehingga Penghasilan Kena Pajak (PKP) menurun atau memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan. Usaha pembayaran pajak selambat mungkin dilakukan dengan memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada, seperti sesuai dengan pasal 14 ayat 1 sampai dengan 7 Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undangundang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Kep-536/PJ./2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang Norma Penghitungan Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak yang Dapat Menghitung Penghasilan Neto dengan Menggunakan Norma Penghitungan, yang pada intinya adalah adanya pilihan bagi orang pribadi dengan peredaran bruto usaha atau pekerjaan bebas dibawah Rp. 600.000.000,00 dalam 1 (satu) tahun untuk dapat menyelenggarakan pembukuan ataupun pencatatan (Norma Penghitungan) guna memperoleh data tentang penghasilan netonya. Penundaan pembayaran pajak selambat mungkin juga berkaitan erat dengan konsep time value ofmoney. Berkaitan dengan adanya pilihan bagi wajib pajak orang pribadi dengan peredaran bruto usaha atau dari pekerjaan bebas di bawah Rp. 600.000.000,00 dalam 1 (satu) tahun, diperkenankan untuk menyelenggarakan pembukuan ataupun pencatatan guna mengetahui peredaran brutonya dalam satu tahun, dengan konsekuensi bagi yang memilih menggunakan pencatatan cara menghitung penghasilan netonya adalah dengan mengalikan norma penghitungan dengan peredaran bruto dari usaha atau pekerjaan bebas dalam satu tahun tanpa memperhitungkan lagi adanya biaya-biaya yang berkaitan dengan usaha wajib
pajak, sedangkan bagi yang memilih untuk menyelenggarakan pembukuan untuk memperoleh penghasilan neto yaitu dengan mengurangkan penghasilan bruto usaha atau pekerjaan bebas dengan biaya-biaya yang diperkenankan oleh Undang- Undang Pajak Penghasilan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membandingkan pajak penghasilan terutang wajib pajak orang pribadi yang dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan yang memilih untuk menyelenggarakan pembukuan dengan yang memilih melakukan pencatatan (Norma Penghitungan). Sehingga diharapkan dari perbandingan tersebut dapat diketahui adakah perbedaan yang signifikan terhadap masalah penghematan pajak. 8. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukan sebelumnya, maka masalah pokok yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: " Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak penghasilan terutang wajib pajak orang pribadi yang dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan yang memilih untuk menyelenggarakan pembukuan dengan yang memilih pencatatan (norma penghitungan) dalam hal penghematan pembayaran pajaknya?" C. Tujuan Penelitian Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Pajak Penghasilan terutang
wajib pajak orang pribadi yang dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan yang memilih untuk menyelenggarakan pembukuan dengan yang memilih pencatatan (Norma Penghitungan). D. Kegunaan Penelitian Hasil Penehtian ini diharapkan dapat bergiina : 1. Bagi Peneliti, untnk memberi wawasan tentang masalah yang akan diteliti sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai kesesuaian fakta dengan teori yang diperoleh. 2. Bagi peneliti lain, untuk dijadikan sebagai dasar penelitian yang sama pada objek dan lingkup penelitian yang berbeda. 3. Bagi pembaca/wajib pajak, untuk dapat dijadikan dasar pemikiran dan masukan mengenai perlakuan perpajakan atas wajib pajak orang pribadi dengan peredaran bruto usaha dan/atau pekerjaan bebas kurang dari Rp. 600.000.000,00, sehingga dapat mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perencanaan pajak.