PENGARUH VARIASI SUDUT STATIC MIXER TERHADAP KINERJA HEAT EXCHANGER

dokumen-dokumen yang mirip
Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Taufik Ramuli ( ) Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok Indonesia.

VARIASI KEMIRINGAN SUDUT TURBULATOR TERHADAP LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA ALAT PENUKAR KALOR ALIRAN BERLAWANAN (COUNTER FLOW HEAT EXCHANGER)

STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

Ahmad Robiul AU dan Azamataufiq B, Efek Turbulator Louvered Strip Twisted Insert Terhadap Kinerja Double Tube Heat Exchanger

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

MEKANIKA Volume 10 Nomor 2, Maret 2012

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

VARIASI KEMIRINGAN SUDUT TURBULATOR TERHADAP LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA ALAT PENUKAR KALOR ALIRAN BERLAWANAN (COUNTER FLOW HEAT EXCHANGER)

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA WIJAYA NIM. I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE WL 110 MODEL CONSENTRIS TUBE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS PERHITUNGAN LAJU PERPINDAHAN PANAS ALAT PENUKAR KALOR TYPE PIPA GANDA DI LABORATORIUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA SETYAWAN NIM. I

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN TRAPEZOIDAL-CUT TWISTED TAPE INSERT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Laju Perpindahan Panas Counter Flow Heat Exchanger skala laboratorium dengan aliran berulir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

Experimental Study of Heat Transfer Characteristics in The Hair-Pin Heat Exchanger

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB IV DATA DAN ANALISA

SIMULASI NUMERIK PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR DENGAN RECTANGULAR- CUT TWISTED TAPE INSERT

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB IV PENGOLAHAN DATA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

Nyoman Arya Wigraha*

MEKANIKA Volume 10 Nomor 2, Maret 2012

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1.

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh twist ratio terhadap bilangan Reynolds

PENGARUH VARIASI DEBIT ALIRAN FLUIDA DINGIN TERHADAP EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR WL 110 TIPE CONCENTRIC TUBE DENGAN METODE NTU

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR PADA ALAT PENUKAR KALOR PIPA GANDA DENGAN SIRIP TEGAK BERALUR

Analisa Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Laju Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Panas Tipe Shell dan Tube

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

MEKANIKA Volume 11 Nomor 2, Maret Tri Istanto 1, Wibawa Endra Juwana 1, Indri Yaningsih 1

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS SARJANA. Disusun oleh:

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimental Karakteristik Perpindahan Kalor dan Faktor Gesekan Pada Penukar Kalor Pipa Konsentrik Dengan Modifikasi Sisipan Pita Terpilin

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

SIMULASI EFEKTIFITAS ALAT KALOR TABUNG SEPUSAT DENGAN VARIASI KAPASITAS ALIRAN FLUIDA PANAS, FLUIDA DINGIN DAN SUHU MASUKAN FLUIDA PANAS DENGAN ALIRAN

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW UNMIXED, FINNED TUBE FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: SEPTIAN FATCHURAHMAN NIM. I

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: MUHAMMAD NAOFAL HAITAMI NIM. I

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

BAB III METODE PENELITIAN

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

PENGARUH DIAMETER INNER-HELICAL FIN TERHADAP CHARACTERISTIC OF PERFORMANCE COUNTER FLOW HEAT EXCHANGER

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

Studi Numerik Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk Pressure Swirl Atomizer Terhadap Karakteristik Spray

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE. Nicolas Titahelu * ABSTRACT

BAB II DASAR TEORI. Analisis perpindahan panas dapat dilakukan dengan metode Log Mean

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI SUDUT STATIC MIXER TERHADAP KINERJA HEAT EXCHANGER Denny Widhiyanuriyawan, Purnami, Ardiansyah Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: denny_malang2000@yahoo.com; purnami.ftub.ub.ac.id Abstract This study was proposed to determine the effect of static mixer on innertube installation of double pipe heat exchanger. The dimenssion of outer (hot fluid) and inner (cold fluid) pipes of heat exchanger were 76.2 mm and 25.4 mm, respectively. Static mixers with 19 mm diameter and 60 pieces number were variated with θ=40 o, 80 o, and120 o. The hot fluid discharges were variated from 400 to 900 liters/hour and the constant of cold fluid discharge with 900 liters/hour. The results show the heat transfer rate of statics mixer with angle variation higher than plain tube (without static mixer).the heat transfer increased 24%, 39%, and 44% for variation angel of static mixer with θ=40 o, 80 o, and 120 o, respectivelly. Keywords: Static mixer, heat transfer rate PENDAHULUAN Static mixer secara umum digunakan pada proses-proses industri untuk homogenisasi cairan, seperti pada industri makanan, cat, kimia, farmasi, dan polimer. Static mixer digunakan dengan tujuan untuk menghasilkan intensitas turbulensi yang tinggi sehingga menghasilkan pencampuran cairan yang sangat baik. Selain itu, intensitas turbensi diperlukan dalam proses perpindahan panas. Proses perpindahan panas menjadi cepat turbulensi juga berperan dalam peningkatan perpindahan panas ketika lapisan batas menjadi turbulen, dan ketika terjadi peningkatan gerakan pusaran pada pemisahan [1]. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk meningkatkan proses perpindahan panas dengan pemasangan tube inserts jenis twisted tape dengan pemotongan berbentuk trapesium pada sisi-sisi tertentu pada innertube [2], dengan pemasangan tube inserts jenis helical-rod pada innertube [3], dan dengan pemasangan Louvered strips pada innertube yang menunjukan adanya peningkatan laju perpindahan panas pada heat exchanger susunan pipa ganda sebesar 50 180 % [4]. Dengan pemasangan tubeinserts mengakibatkan turbulensi aliran fluida pada innertube meningkat yang berdampak pada peningkatkan laju perpindahan panas. Peningkatan laju perpindahan panas yang disebabkan adanya aliran turbulen akibat adanya garis arus yang saling berpotongan. Terjadinya momentum dalam arah melintang terhadap arah aliran menyebabkan tegangan geser pada dinding pipa menjadi lebih besar sehingga transfer energi panas yang dimiliki partikel fluida bergerak ke area permukaan pipa yang memiliki temperatur lebih rendah menjadi meningkat. Perubahan pola aliran ini akan mempengaruhi laju perpindahan panas. Salah satu jenis tubeinserts adalah static mixer. Pemasangan static mixer seperti pada Gambar 1 pada heat exchanger susunan pipa ganda dapat memecah ( partitioning) dan mengganggu ( blockage) pola streamline dari fluida yang mengalir ke saluran pipa dalam (inner tube). Dengan kata lain akan mengalirkan aliran fluida sesuai dengan arah vektor pergerakan fluida sesuai dengan bentuk dan model static mixer. Akibatnya lintasan dan luasan bebas alir fluida dalam innertube berkurang, sehingga akan meningkatkan kecepatan alir fluida. Kecepatan pada fluida ini akan meningkatkan kontak termal antara permukaan pipa dalam dengan fluida yang mengalir. Hal ini menyebabkan adanya rotasi (curl) fluida yang bersinggungan dengan penghalang turbulator ini dimana ada perbedaan tekanan lokal sehingga mengakibatkan olakan-olakan aliran berpusar fluida ( swirl) diantara ruang antar turbulator. 159

Proses aliran diatas jelas mempengaruhi perpindahan panas, dimana perpindahan panas meningkat cepat ketika lapisan batas menjadi turbulen, dan ketika terjadi peningkatan gerakan pusaran pada pemisahan [1]. Gambar 2.Jaringan termal dan analogi rangkaian listrik Gambar 1.Tube inserts jenis static mixer Penggunaan statics mixer menjadi suatu topik yang menarik untuk di kaji karena pengaruh aliran atau turbulensi yang terjadi yang berimplikasi kepada perpindahan panas. Pada penelitian akan dikaji menegenai pengaruh variasi sudut yang dibentuk pada static mixer pada perpindahan panas. DASAR TEORI Dalam menganalisis perpindahan panas pada heat exchanger digunakan dua metode yakni beda temperatur rata-rata log (log mean temperature difference (LMTD)) dan NTUefektivitas. Untuk menentukan perubahan temperatur spesifik dalam sebuah aliran fluida dari nilai masa alir yang diketahui metode yang pertama sangatlah tepat. Sedangkan metode NTU-efektivitas dapat digunakan untuk memprediksi temperatur keluaran fluida melalui efektivitas heat exchanger. Analisis unjuk kerja dari heat exchanger susunan pipa ganda meliputi koefisien perpindahan panas menyuluruh (U) dan beda temperatur rata-rata log (log mean temperature difference (L MTD)). Koefisien perpindahan panas menyeluruh bisa didasarkan atas luas dalam maupun luas luar tabung, dimana subskrip i dan o menunjukan diameter dalam dan diameter luar tabung dalam (inner tube) seperti pada Gambar 2. Koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) memenuhi persamaan sebagai berikut, U o = U i = (1) dengan : D = diameter pipa dalam (m) A = luas permukaan pipa dalam (m 2 ) h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m 2. o C) k = konduktivitas thermal material pipa (W/m. o C) U = koefisien perpindahan panas menyeluruh (W/m 2. o C) Beda temperatur antara fluida panas dan fluida dingin pada waktu masuk dan pada waktu keluar tidaklah sama, dan perlu ditentukan nilai rata-rata dari yang digunakan pada persamaan-persamaan terdahulu. Profil temperatur padaheat exchanger aliran berlawanan arah ditunjukan pada Gambar 3 dibawah ini. Gambar 3. Profil temperatur pada heat exchanger aliran berlawanan arah 160

Maka memenuhi persamaan sebagai berikut, = (2) (innertube)heat exchanger ditunjukan pada Gambar 5. seperti yang METODE PENELITIAN Metode experimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengamati perpindahan panas yang terjadi pada heat exchanger tanpa pemasangan static mixer maupun dengan pemasangan static mixer dengan berbagai variasi sudut. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah adalah sudut static mixer yang masing-masing memiliki variasi sudut 40 o, 80 o, dan 120 o dengan diameter tiap kepingan static mixer sebesar 19 mm. Pengujian yang dilakukan pada variasi debit aliran dari 400 hingga 900 liter/jam dengan interval kenaikan pengujian debit fluida tiap 100 liter/jam. Sedangkan variabel terkontrol adalah luasan pada static mixer pada berbagai variasi sudut adalah sama yang ditunjukkan dengan jumlah kepingan yang sama yaiu 60 keping. Bahan yang digunakan untuk static mixer adalah dari isolator hal ini bertujuan hanya pola turbulensi aliran yang terjadi akibat pengaruh variasi masing-masing sudut static mixer yang berpengaruh terhadap perpindahan panas pada heat exchanger (Gambar 4). Gambar 4.Static mixer dengan tiga variasi sudut Variabel terikat yang diamati dalam penelitian ini adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh (U). Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah tiga spesimen static mixer yang ditempatkan pada pipa bagian dalam Gambar 5.Static mixer pada innertube HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 6. Grafik hubungan debit fluida panas terhadap koefisien perpindahan panas menyeluruh Gambar 6 menunjukkan bahwa pada variasi yang sama, semakin besar debit fluida panas, maka koefisien perpindahan panas menyeluruh akan semakin meningkat. Pada grafik tanpa pemasangan static mixer(plain tube), nilai koefisien perpidahan panas menyeluruh (U) pada volume alir 400 liter/jam adalah sebesar 300,446 W/m 2o C, dan terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,4 % hingga mencapai nilai U sebesar 338,147 W/m 2o C pada volume alir 900 liter/jam. Demikian pula dengan pemasangan static mixer dengan variasi sudut 40 o, 80 o, dan 120 o, nilai U mengalami peningkatan mulai dari nilai minimum pada volume alir 400 liter/jam, hingga nilai maksimum U pada volume alir 900 liter/jam. Kapasitas aliran juga berpengaruh terhadap koefisien perpidahan panas menyeluruh (U). Kapasitas aliran yang semakin besar pada innertube maka akan semakin meningkatkan angka Reynolds. Peningkatan angka Reynolds pada masingmasing variasi diperlihatkan pada Gambar 7. 161

perpindahan panas menyeluh ( U) sesuai dengan persamaan yang telah diuraikan diatas. Gambar 7. Grafik hubungan debit fluida panas terhadap angka Reynolds Angka Reynolds ini akan mempengaruhi angka Nusselt. Semakin besar angka Reynolds maka akan semakin meningkatkan angka Nusselt. Peningkatan angka Nusselt ini diikuti dengan semakin besarnya koefisien perpindahan panas konveksi pada fluida panas, sehingga dengan peningkatan koefisien konveksi ini juga akan semakin meningkatkan nilai U dengan hubungan pada persamaan (1). Pada kapasitas aliran atau volume alir yang sama, nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) pada plain tube sebesar 300,446 W/m 2o C, dan dengan pemasangan static mixer 40 o ; 80 o ; dan 120 o memiliki nilai U berturut-turut sebesar 323,724; 331,221; dan 341,643 W/m 2o C. nilai U minimum terdapat pada volume alir 400 liter/jam tanpa pemasangan static mixer yakni sebesar 300,446 W/m 2o C sedangkan nilai U maksimum terdapat pada volume alir 900 liter/jam dengan pemasangan static mixer sudut 120 o yakni sebesar 341,643 W/m 2o C, sehingga dengan pemasangan tube inserts jenis static mixer akan memperoleh nilai U yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemasangan (plain tube), dan nilai U akan terus meningkat dengan memperbesar sudut static mixer. Pemasangan static mixer menyebabkan luasan penampang aliran menjadi lebih kecil, dan menyebabkan diameter hidrolik semakin lebih kecil pula. Semakin kecil diameter hidrolik ini akan semakin meningkatkan koefisien perpindahan panas konveksi pada fluida panas. Penurunan angka Nusselt sebagai akibat dari penurunan angka Reynolds sesuai dengan Gambar 7 tidak diimbangi dengan semakin kecilnya diameter hidrolik, sehingga semakin besar sudut static mixer mengakibatkan peningkatkan koefisien Gambar 8.Grafik hubungan debit fluida panas terhadap laju perpindahan panas Gambar 8 menunjukan bahwa volume alir fluida panas berpengaruh terhadap laju perpindahan panas (q). Pada variasi yang sama, semakin besar volume alir fluida, maka laju perpindahan panas semakin meningkat. Pada grafik pemasangan static mixer sudut 40 o, laju perpindahan panas pada volume alir 400 liter/jam adalah sebesar 3405,677 Watt, dan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14% tiap kenaikan volume alir 100 liter/jam hingga mencapai nilai q terbesar pada volume alir 900 liter/jam yakni sebesar 6528,255 Watt. Demikian pula dengan plain tube, pemasangan static mixer sudut 80 o dan 120 o mengalami peningkatan secara linier, mulai dari nilai minimum pada volume alir 400 liter/jam hingga nilai q maksimum pada 900 liter/jam. Peningkatan laju perpindahan panas ini dikarenakan, semakin besar volume alir fluida panas pada innertube mengakibatkan semakin besar pula massa alir fluida tersebut sesuai dengan persamaan. Sehingga laju perpindahan panas fluida juga akan semakin meningkat. Gambar 8 juga menunjukan pada volume alir yang sama, peningkatan laju perpindahan panas rata-rata sebesar 24% untuk sudut static mixer 40 o, 39% untuk sudut static mixer 80 o, dan 44% untuk sudut static mixer 120 o dibandingkan dengan tanpa pemasangan static mixer(plain tube). Peningkatan laju perpindahan panas ini disebabkan karena pemasangan static mixer pada innertube menyebabkan meningkatnya perbedaan temperatur ( ) antara temperatur masuk dan keluar innertube. Perbedaan temperatur akan terus meningkat dengan semakin besarnya sudut static mixer. Berdasarkan rumusan diatas, pada volume alir yang sama, semakin 162

besar perbedaan temperatur ( ), maka akan semakin meningkatkan laju perpindahan panas pada fluida panas. Pemasangan static mixer pada innertube menyebabkan berkurangnya luasan bebas alir fluida sehingga menyebabkan meningkatnya kecepatan alir fluida.arah aliran fluida terbagi dua, yaitu aliran searah sepanjang pipa yang berdekatan dengan dinding dan arah aliran yang mengikuti bentuk dan model dari static mixer. Perbedaan orientasi arah aliran fluida karena mengikuti bentuk dan model dari static mixer menyebabkan fluida tidak mengalir dalam lamina-lamina karena tiap-tiap streamlineakan saling bercampur seperti yang ditunjukan pada Gambar 9. Bercampurnya streamline atau garis arus menyebabkan aliran menjadi turbulen. Pada aliran turbulen, partikel-partikel fluida bergerak secara acak ke semua arah dan terjadi momentum dalam arah melintang terhadap arah aliran sehingga tegangan geser pada dinding pipa menjadi lebih besar.intensitas pergerakan molekulmolekul fluida ke arah melintang semakin tinggi karena adanya perbedaan temperatur fluida dengan dinding innertube, perbedaan temperatur ini disebabkan karena fluida yang menyeli- muti innertube bertemperatur lebih rendah yakni 27 o C.Oleh karena itu molekulmolekul fluida yang bertemperatur tinggi mengangkut energi kebagian sistem yang bertemperatur lebih rendah, dan disini menyerahkan energinya pada saat bertumbukan dengan molekul yang energinya lebih rendah. Perpindahan energi panas akan semakin besar jika aliran semakin turbulen yakni dengan memper-besar sudut static mixer. Pada Gambar 9 terlihat bahwa semakin besar sudut static mixer, maka tingkat turbulensi dan pusaran yang terbentuk akan semakin tinggi. Dalam bagian yang sepenuhnya turbulen, terdapat viskositas pusaran (eddy viscosity) dan konduktivitas termal pusaran (eddy thermal conductivity) [5]. Sifat-sifat pusaran ini mungkin 10 kali lebih besar dari nilai-nilai molecular dimana perpindahan panas meningkat cepat ketika lapisan batas menjadi turbulen, dan ketika terjadi peningkatan gerakan pusaran pada pemisahan. [6] (a) Static mixer sudut 40 o (b) Static mixer sudut 80 o (c) Static mixer sudut 120 o Gambar 9. Simulasi dua dimensi aliran melewati static mixer pada innertube dengan menggunakan perangkat lunak Cosmos Flow Work 2007 KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan laju perpindahan panas pada semua variasi sudut static mixer mengalami peningkatan dibandingkan dengan plain tube (tanpa pemasangan static mixer).semakin besar sudut static mixer maka laju perpindahan panas semakin meningkat. Laju perpindahan panas untuk variasi sudut static mixer 120 o mengalami peningkatan yang paling besar dibandingkan dengan sudut static mixer 40 o, 80 o, dan plain tube. Dimana laju perpindahan panas minimum terjadi pada debit 400 liter/jam sebesar 3647.648 Watt dan maksimum pada debit 900 liter/jam sebesar 8206.6 Watt. DAFTAR PUSTAKA [1] Holman, J.P; 1986: Perpindahan Kalor; Edisi kelima; Penerbit Erlangga, Jakarta. [2] Murugesan, P, et al; 2009: Heat Transfer and Pressure Drop Characteristic of Turbulent Flow in a Tube Fitted With Trapezoidal Cut Twisted Tape Insert: International Journal of Academic Research; India. [3] Eiamsa, Smith; 2007: Turbulent Flow Heat Transfer And Pressure Loss In A Double Pipe Heat Exchanger With Helical Rod; Bangkok, Thailand 163

[4] Pethkool, S, et al; 2006: Effect of Louvered Strips on Heat Transfer in a Concentric Pipe Heat Exchanger; Bangkok, Thailand. [5] Cengel, Yunus A; 2003: Heat Transfer A Practical Approach: 2 nd edition; McGraw- Hill Companies Inc, New York. [6] Church, A. Austin; 1993: Pompa dan Blower Sentrifugal; Penerbit Erlangga, Jakarta. 164