No. 10/ 19 /DPNP Jakarta, 30 April Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
No. 13/31/DPNP Jakarta, 22 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.03/2016 TENTANG LEMBAGA PEMERINGKAT DAN PERINGKAT YANG DIAKUI OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

POKOK POKOK PENGATURAN TENTANG PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK KREDIT USAHA KECIL (KUK)

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Lampiran 1 : Ilustrasi Pengungkapan Kecukupan Modal-Metode Standar

No. 14/ 21 /DPNP Jakarta, 18 Juli 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

PENGUNGKAPAN INFORMASI KUANTITATIF EKSPOSUR RISIKO

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

No. 3/32/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.04/2015 TENTANG PERILAKU PERUSAHAAN PEMERINGKAT EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

Tabel 1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum (dalam jutaan rupiah)

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Obligasi yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia diwajibkan otoritas

Kalimantan, Sulawesi, Maluku & Papua. Sumatera

RISIKO KREDIT TAGIHAN BERSIH BERDASARKAN WILAYAH

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

Posisi Tanggal Laporan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah. Kalimantan, Sulawesi, Maluku & Papua. Jawa Bali dan Nusa Tenggara Sumatera

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 13/ 28 /DPNP Jakarta, 9 Desember 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

30-Jun-17 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah. Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Lainnya Total

Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA. Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko Posisi DESEMBER 2017

Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko Posisi SEPTEMBER 2017

(dalam jutaan rupiah) 30-Jun-17 Kategori Portofolio

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah (dalam jutaan rupiah)


Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko Posisi Juni 2017

No. 13/ 29 /DPNP Jakarta, 9 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.17/18/DKEM Jakarta, 30 Juni 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

Tabel 1.a. Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum (dalam jutaan rupiah) KETERANGAN

(dalam jutaan rupiah) 31 Desember Desember

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERJANJIAN PEMERINGKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PENGUNGKAPAN TAGIHAN BERSIH BERDASARKAN WILAYAH PT BANK SYARIAH MANDIRI TGL 30 JUNI 2017 DAN 2016

2 mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Di sisi lain,

4.3 Kepemilikan silang pada entitas lain yang diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasiat 0 0

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

RISIKO KREDIT. (dalam jutaan rupiah) NO 30 Juni Desember 2016 Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

A. CONTOH PERHITUNGAN JANGKA WAKTU

PT. Bank Mayapada Internasional Tbk

Deutsche Bank. Pengungkapan Risiko Kredit Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

No pengaturan dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta penjelasannya. Dalam Pasal 70 tersebut diatur bahwa

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

Pengungkapan Informasi Kuantitatif Eksposur Resiko A.Risiko kredit 1 ) Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

Pengungkapan Informasi Kuantitatif Eksposur Resiko A.Risiko kredit 1 ) Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

No. 3/ 8/DPNP Jakarta, 16 Maret SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

Pengungkapan Informasi Kuantitatif Eksposur Resiko A.Risiko kredit 1 ) Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw

Pengungkapan Ekposur Risiko Bank

No. 9/ 33 /DPNP Jakarta, 18 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2015 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH PERUSAHAAN PEMERINGKAT EFEK

-2- Untuk itu, dalam rangka menjaga kepercayaan publik terhadap kualitas informasi keuangan, Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan harus menj

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang

No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

No. 13/5/DPNP Jakarta, 8 Februari Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG

PENGUNGKAPAN INFORMASI KUANTITATIF EKSPOSUR RISIKO PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI POSISI 30 JUNI 2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(dalam jutaan rupiah)

Tabel 1.1 Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Bank Secara Individu. Posisi Tanggal Laporan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

No. 11/ 3 /DPNP Jakarta, 27 Januari 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Sertifikasi Manajemen Risiko

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Posisi Tanggal Laporan 30 Juni Di Yogyakar ta. Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2015 TENTANG PUBLIKASI OLEH PERUSAHAAN PEMERINGKAT EFEK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 19 /PBI/2009 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM

No. 1/5/DPNP Jakarta, 10 Desember 1999 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

INTERNAL AUDIT CHARTER

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

No. 3/30/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat

BAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan

Transkripsi:

No. 10/ 19 /DPNP Jakarta, 30 April 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko, Peraturan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum dan Peraturan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aktiva bank umum, diperlukan pengaturan kembali ketentuan mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Pengaturan kembali ketentuan mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia tersebut dimaksudkan agar penilaian terhadap lembaga pemeringkat lebih obyektif dan transparan. Sehubungan dengan itu, perlu penyempurnaan proses pengakuan lembaga pemeringkat dengan menggunakan beberapa parameter untuk mengukur kriteria independensi, obyektivitas, transparansi, pengungkapan publik, sumber daya dan kredibilitas dari lembaga pemeringkat. Selain

Selain itu, sejalan dengan perkembangan industri pemeringkatan di Indonesia, antara lain berupa pengambilalihan kepemilikan lembaga pemeringkat domestik, juga diperlukan pengkinian atas Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia. Adapun pokok-pokok pengaturan mengenai Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia adalah sebagai berikut: I. UMUM 1. Lembaga pemeringkat merupakan salah satu elemen penting dalam operasional suatu sistem keuangan yang perannya semakin meningkat sejalan dengan pesatnya perkembangan pasar keuangan global dan nasional. 2. Peran lembaga pemeringkat dalam mendukung operasional suatu sistem keuangan antara lain untuk membantu terciptanya transparansi pasar keuangan dan mendorong investasi yang efisien yang dapat mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi. 3. Lembaga pemeringkat yang dapat dipertimbangkan sebagai lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia adalah lembaga pemeringkat yang memenuhi kriteria penilaian (eligibility criteria). 4. Peringkat yang diakui Bank Indonesia merupakan peringkat yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia. 5. Peringkat minimum merupakan peringkat tertentu yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia. 6. Bank Indonesia melakukan pengkinian terhadap daftar lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia berdasarkan hasil penilaian dan pemantauan terhadap lembaga pemeringkat dimaksud. II. KRITERIA

II. KRITERIA PENILAIAN LEMBAGA PEMERINGKAT 1. PRINSIP UMUM Prinsip umum dalam menetapkan kriteria penilaian lembaga pemeringkat antara lain: a. Kriteria penilaian yang ditetapkan tidak menghambat perkembangan industri pemeringkatan namun diharapkan dapat menstimulasi kompetisi yang sehat yang selanjutnya diharapkan dapat mendorong terciptanya disiplin pasar (market discipline). b. Kriteria penilaian ditujukan untuk mendorong agar lembaga pemeringkat menghasilkan peringkat yang dapat diandalkan. c. Kriteria penilaian ditetapkan sesuai dengan standar dan praktek internasional yang sehat untuk mendukung terciptanya konsistensi diantara regulator lainnya, khususnya dalam melakukan penilaian dan pengakuan terhadap lembaga pemeringkat yang berskala regional maupun internasional. d. Kriteria penilaian mengacu pada beberapa standar, prinsip dan kode etik yang berlaku secara internasional, antara lain kriteria yang ditetapkan dalam dokumen International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards (A Revised Framework) oleh Basel Committee on Banking Supervision dari Bank for International Settlements. 2. KRITERIA PENILAIAN Kriteria yang menjadi acuan dalam melakukan penilaian terhadap lembaga pemeringkat adalah: a. Independensi Kriteria ini digunakan untuk menilai tingkat independensi atau kebebasan lembaga pemeringkat dari segala bentuk kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, sosial dan politik, baik secara langsung

langsung maupun tidak langsung terhadap hasil pemeringkatan yang diterbitkan. Parameter yang digunakan untuk mengukur kriteria independensi adalah: 1) Independensi kedudukan dan kondisi lembaga pemeringkat. Kedudukan dan kondisi lembaga pemeringkat tidak berada dibawah tekanan ekonomi dan/atau politik yang dapat mempengaruhi proses dan hasil pemeringkatan; 2) Independensi kegiatan usaha. Lembaga pemeringkat beroperasi sebagai badan usaha yang berdiri sendiri dan terpisah dari kegiatan usaha lainnya yang tidak berkaitan dengan penyediaan jasa pemeringkatan; 3) Independensi prosedur pemeringkatan. Lembaga pemeringkat memiliki prosedur untuk menghindari benturan kepentingan dengan pihak yang diperingkat, yang dapat timbul antara lain karena pihak yang diperingkat dikenakan biaya pemeringkatan; 4) Independensi kontrak perjanjian pemeringkatan. Lembaga pemeringkat mempertahankan independensi dalam setiap kontrak perjanjian pemeringkatan. Independensi harus diperhatikan terutama apabila lembaga pemeringkat melakukan kegiatan usaha lainnya yang berkaitan dengan penyediaan jasa pemeringkatan kepada pihak yang diperingkat; dan 5) Independensi kegiatan operasional. Lembaga pemeringkat memiliki kebijakan, pengamanan operasional dan code of conduct yang dapat menjamin independensi kegiatan operasional lembaga pemeringkat. b. Obyektivitas

b. Obyektivitas Kriteria ini digunakan untuk menilai tingkat obyektivitas dan efektivitas proses pemeringkatan serta metodologi yang digunakan dan dikembangkan, kewajaran dan konsistensi kriteria pemeringkatan, dalam setiap proses penilaian dan penetapan peringkat dari suatu perusahaan (borrower) atau suatu penerbitan surat berharga (issuance). Parameter yang digunakan untuk mengukur kriteria obyektivitas adalah: 1) Obyektivitas prosedur pemeringkatan. Lembaga pemeringkat memiliki prosedur pemeringkatan yang sistematis yang mengacu pada standar internasional dan dirancang untuk menghasilkan peringkat yang dapat diandalkan; 2) Obyektivitas metodologi pemeringkatan. Lembaga pemeringkat memiliki metodologi pemeringkatan yang dapat diandalkan, sistematis, dan melalui tahapan pengujian dan validasi berdasarkan pengalaman historis. Lembaga pemeringkat juga melakukan review secara berkala paling kurang satu kali dalam satu tahun terhadap praktek, prosedur, kriteria dan metodologi pemeringkatan, dengan tujuan untuk memastikan kualitas, konsistensi, dan obyektivitas hasil pemeringkatan; 3) Obyektivitas proses pemeringkatan. Lembaga pemeringkat memiliki Komite Pemeringkat (Rating Committee) untuk memastikan tercapainya obyektivitas, kewajaran, serta analisis yang menyeluruh dalam proses pemeringkatan; 4) Obyektivitas

4) Obyektivitas hasil pemeringkatan. Obyektivitas hasil pemeringkatan antara lain dinilai dari faktor-faktor sebagai berikut: a. Lembaga pemeringkat mengungkapkan seluruh faktor yang mempengaruhi hasil pemeringkatan dan memiliki keberanian untuk menerbitkan suatu peringkat yang tidak popular atau tidak sejalan dengan ekspektasi umum; b. Lembaga pemeringkat memperhatikan batasan (system boundary) yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, untuk pemeringkatan perusahaan, lembaga pemeringkat antara lain harus memperhatikan seluruh sektor usaha dari perusahaan yang terkait dengan pihak yang diperingkat; dan c. Lembaga pemeringkat memperhatikan isu-isu dan peraturan yang berlaku di suatu negara secara spesifik yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeringkatan; dan 5) Obyektivitas standar pemeringkatan. Obyektivitas standar pemeringkatan antara lain dinilai dari faktor-faktor sebagai berikut: a. Lembaga pemeringkat menggunakan standar minimum yang diakui secara internasional (internationally recognised minimum standards) dalam melakukan pemeringkatan, termasuk pemeringkatan terhadap bidang baru; dan b. Memiliki kebijakan mengenai pemeringkatan yang dilakukan atas inisiatif lembaga pemeringkat (unsolicited rating). c. Akses

c. Akses oleh Publik (Transparansi) Kriteria ini digunakan untuk menilai keterbukaan lembaga pemeringkat kepada publik atas seluruh informasi yang terkait dengan hasil pemeringkatan, termasuk asumsi dan latar belakang penerbitan hasil pemeringkatan. Parameter yang digunakan untuk mengukur kriteria transparansi adalah: 1) Transparansi proses pemeringkatan. Lembaga pemeringkat memiliki prosedur yang sistematis mengenai transparansi proses pemeringkatan yang mengacu pada standar internasional serta best practices; 2) Transparansi hasil pemeringkatan. Lembaga pemeringkat mempublikasikan seluruh hasil pemeringkatan setelah mendapat persetujuan pihak yang diperingkat sehingga dapat diakses secara tidak terbatas dan tanpa biaya oleh setiap pihak, baik pemeringkatan yang dilakukan atas inisiatif pihak yang diperingkat (solicited rating) maupun atas inisiatif lembaga pemeringkat (unsolicited rating). Lembaga pemeringkat tidak diperbolehkan memberikan lebih dahulu hak akses atas informasi hasil pemeringkatan kepada pelanggan; 3) Transparansi hasil pemantauan peringkat. Lembaga pemeringkat mempublikasikan hasil pemantauan dan penyesuaian peringkat (jika ada) melalui penetapan watch list, serta pencantuman periode terakhir dilakukan pengkajian secara menyeluruh; 4) Transparansi

4) Transparansi faktor-faktor yang mempengaruhi pemeringkatan. Lembaga pemeringkat mempublikasikan latar belakang pemikiran termasuk faktor-faktor kritikal dalam analisis dan pengambilan keputusan untuk setiap hasil pemeringkatan, hasil pemantauan, dan penyesuaian peringkat sebagaimana dimaksud pada angka 2) dan angka 3), dengan tetap berpegang pada prinsip kerahasiaan informasi; 5) Transparansi proses, kriteria dan metodologi pemeringkatan. Lembaga pemeringkat mempublikasikan proses, kriteria dan metodologi pemeringkatan serta penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan. Publikasi mencakup pula hal-hal yang bersifat struktural seperti metodologi yang digunakan untuk mengevaluasi risiko-risiko material yang terkandung dalam berbagai instrumen keuangan dan industri tertentu, serta asumsi, ekspektasi, dan argumentasi yang mendasari analisis hasil pemeringkatan; dan 6) Transparansi mekanisme proses pemeringkatan. Lembaga pemeringkat mengungkapkan mekanisme yang digunakan dalam proses pemeringkatan. Mekanisme tersebut antara lain seperti: (i) analisis statitistik atas informasi publikasi, (ii) analisis statitistik atas informasi publikasi yang dikonfirmasikan melalui diskusi antara analis pemeringkat dan pihak yang diperingkat, dan/atau (iii) analisis atas informasi publikasi dan non-publikasi yang diperoleh selama diskusi antara lembaga pemeringkat dan pihak yang diperingkat. d. Pengungkapan

d. Pengungkapan Publik (Disclosures) Kriteria ini digunakan untuk menilai pengungkapan segala sesuatu mengenai lembaga pemeringkat sehingga memungkinkan publik maupun otoritas yang berwenang melakukan penilaian terhadap independensi, obyektivitas, kapabilitas, dan operasional lembaga pemeringkat, serta pemenuhan terhadap ketentuan yang berlaku. Parameter yang digunakan untuk mengukur kriteria pengungkapan publik adalah: 1) Kemudahan akses. Lembaga pemeringkat menyediakan kemudahan akses bagi publik agar tercipta pemahaman yang lebih baik terhadap lembaga pemeringkat, proses pemeringkatan, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan lembaga pemeringkat; 2) Pengungkapan benturan kepentingan. Lembaga pemeringkat mengungkapkan kebijakan dan prosedur termasuk aktivitas yang berkaitan dengan benturan kepentingan; 3) Pengungkapan perubahan internal. Lembaga pemeringkat mengungkapkan perubahan internal yang bersifat material yang dapat mempengaruhi kemampuan lembaga pemeringkat untuk menerbitkan peringkat yang dapat diandalkan; dan 4) Pengungkapan informasi yang terkait dengan metodologi pemeringkatan. Lembaga pemeringkat mengungkapkan informasi baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang memungkinkan publik melakukan perbandingan metodologi pemeringkatan. e. Sumber

e. Sumber Daya (Resources) Kriteria ini digunakan untuk menilai kemampuan lembaga pemeringkat dalam mengelola usaha penyediaan jasa pemeringkatan, baik dari aspek sumber daya manusia (human resources) maupun aspek sumber daya keuangan (financial resources) yang memungkinkan lembaga pemeringkat beroperasi secara independen dan profesional. Parameter yang digunakan untuk mengukur kriteria sumber daya adalah: 1) Sumber daya manusia. Aspek sumber daya manusia antara lain dinilai dari faktorfaktor sebagai berikut: a. Memiliki kebijakan dan prosedur yang memadai mengenai pengadaan, pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia; b. Mengungkapkan informasi dan mengkinikan kualifikasi dan pengalaman dari analis yang melakukan pemeringkatan, serta sektor maupun pihak-pihak yang diperingkat oleh analis tersebut; dan 2) Kinerja keuangan. Memiliki kemampuan dan kinerja keuangan yang baik. f. Kredibilitas Kriteria ini digunakan untuk menilai pengakuan dan akseptabilitas oleh pasar terhadap keberadaan lembaga pemeringkat sebagai penyedia jasa pemeringkatan yang dapat diandalkan. Parameter yang digunakan untuk mengukur kriteria kredibilitas adalah: 1) Izin

1) Izin otoritas yang berwenang. Memiliki izin dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) atau otoritas yang berwenang; 2) Kebijakan penyebaran informasi. Memiliki kebijakan dan prosedur internal untuk mencegah penyalahgunaan dan/atau penyebaran informasi non-publikasi kepada pegawai atau pihak yang tidak berwenang serta pihak eksternal yang dapat memperoleh keuntungan atas informasi tersebut; dan 3) Track record. Memiliki track record dalam penerbitan hasil pemeringkatan yang dapat diandalkan. Pendekatan dalam menilai track record antara lain dilakukan melalui evaluasi terhadap studi terjadinya default (default study). Untuk lembaga pemeringkat yang baru berdiri, maka penilaian track record dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah dan pengalaman analis pemeringkat yang dimiliki. III. LEMBAGA PEMERINGKAT DAN PERINGKAT YANG DIAKUI 1. Berdasarkan penilaian terhadap pemenuhan kriteria sebagaimana tercantum pada angka II, maka Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran 1. 2. Dalam rangka penerapan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan risiko pasar dan penilaian kualitas aktiva bank umum, maka Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat

Peringkat Investasi Minimum (Investment grade) Dalam Rangka Menggolongkan Surat Berharga yang Dimiliki Bank dalam Kategori Kualifikasi (Qualifying) dan atau Dinilai Lancar adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran 2 3. Dalam rangka penilaian kualitas aktiva bank umum, maka Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat Minimum Dalam Rangka Menggolongkan Surat Berharga yang dimiliki Bank yang Dinilai Kurang Lancar adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran 3. IV. PENGKINIAN DAFTAR LEMBAGA PEMERINGKAT DAN PERINGKAT YANG DIAKUI 1. Bank Indonesia melakukan pengkinian atas Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia berdasarkan hasil penilaian dan pemantauan terhadap pemenuhan kriteria penilaian sebagaimana dimaksud pada angka II baik secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. 2. Untuk keperluan pemantauan sebagaimana dimaksud pada angka 1 tersebut di atas, Bank Indonesia dapat meminta agar lembaga pemeringkat menyampaikan laporan kinerja keuangan tahunan yang telah diaudit. Disamping itu Bank Indonesia dapat meminta informasi secara tertulis mengenai setiap perubahan yang bersifat material, antara lain perubahan struktur organisasi atau manajemen, formasi analis pemeringkat, prosedur pemeringkatan, serta kinerja keuangan yang dapat mempengaruhi kemampuan lembaga pemeringkat dalam menghasilkan peringkat yang dapat diandalkan, atau informasi lain apabila diperlukan. 3. Lembaga

3. Lembaga pemeringkat dikeluarkan dari Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia apabila: a. Berdasarkan hasil penilaian Bank Indonesia Lembaga pemeringkat tidak memenuhi kriteria penilaian sebagaimana dimaksud pada angka II; b. Lembaga pemeringkat diketahui secara sengaja memberikan informasi yang keliru (misleading); c. Lembaga pemeringkat dikenakan sanksi yang berdampak negatif terhadap kelangsungan usaha lembaga pemeringkat oleh otoritas yang berwenang; dan atau d. Lembaga pemeringkat melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait, antara lain menciptakan pasar semu atau insider trading dan atau melakukan rekayasa untuk menghasilkan peringkat yang lebih tinggi dari yang seharusnya. Sebelum mengeluarkan lembaga pemeringkat dari daftar lembaga pemeringkat yang diakui, Bank Indonesia akan melakukan klarifikasi terhadap permasalahan yang menyebabkan lembaga pemeringkat tersebut akan dikeluarkan dari daftar lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia. Lembaga pemeringkat wajib menanggapi permintaan klarifikasi tersebut dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. V. LAIN-LAIN 1. Permohonan pencantuman lembaga pemeringkat dalam Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada Bab IV angka 1 di atas diajukan secara tertulis kepada Bank Indonesia up. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350. 2. Proses

2. Proses penilaian dan pengkinian Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia dilakukan dengan tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku tentang lembaga pemeringkat. 3. Penggunaan jasa lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia oleh Bank menjadi tanggung jawab Bank yang bersangkutan. VI. KETENTUAN PENUTUP Dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia ini, maka Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/8/DPNP tanggal 31 Maret 2005 tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 30 April 2008. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, MULIAMAN D. HADAD DEPUTI GUBERNUR

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/ 19 /DPNP tanggal 30 April 2008 Lampiran 1 Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia Perusahaan Pemeringkat Peringkat Jangka Pendek Peringkat Jangka Menengah dan Jangka Panjang Moody s P-1; P-2; P-3; NP Aaa; Aa1; Aa2; Aa3; A1; A2; A3; Baa1; Baa2; Baa3; Ba1; Ba2; Ba3; B1; B2; B3; Caa1; Caa2; Caa3; Ca; C Standard and Poor s A-1; A-2; A-3; B; B-1; B-2; B-3; C; D Fitch Ratings F1+; F1; F2; F3; B; C; D PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) PT. Moody s Indonesia PT. Fitch Ratings Indonesia ida1; ida2; id A3; ida4; id B; id C; id SD; idd ID-1; ID-2; ID-3; ID-4 F1+(idn); F1(idn); F2(idn); F3(idn); B(idn); C(idn); D(idn) AAA; AA+; AA; AA-; BBB+; BBB; BBB-; BB+; BB; BB-; B+; B; B-; CCC+; CCC; CCC-; CC; C; D AAA; AA+; AA; AA-; A+; A; A-; BBB+; BBB; BBB-; BB+; BB; BB-; B+; B; B-; CCC; CC; C; RD; D idaaa; id AA+; id AA; id AA-; idbbb+; id BBB; id BBB-; id BB+; idbb; id BB-; id B+; id B; id B-; idccc; id SD; id D Aaa.id; Aa1.id; Aa2.id; Aa3.id; A1.id; A2.id; A3.id; Baa1.id; Baa2.id; Baa3.id; Ba1.id; Ba2.id; Ba3.id; B1.id; B2.id; B3.id; Caa1.id; Caa2.id; Caa3.id; Ca.id; C.id AAA(idn); AA+(idn); AA(idn); AA-(idn); A+(idn); A(idn); A-(idn); BBB+(idn); BBB(idn); BBB-(idn); BB+(idn); BB(idn); BB-(idn); B+(idn); B(idn); B-(idn); CCC(idn); CC(idn); C(idn); DDD(idn); DD(idn); D(idn); E

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/ 19 /DPNP tanggal 30 April 2008 Lampiran 2 Lembaga Pemeringkat dan Peringkat Investasi Minimum (Investment Grade) Dalam Rangka Menggolongkan Surat Berharga yang Dimiliki Bank dalam Kategori Kualifikasi (Qualifying) atau Dinilai Lancar Peringkat Investasi Minimum Perusahaan Pemeringkat Surat Berharga Surat Berharga Jangka Pendek Jangka Menengah dan Jangka Panjang Moody s P-3 Baa3 Standard and Poor s A-3 BBB- Fitch Ratings F3 BBB- PT. Pemeringkat Efek ida4 idbbb- Indonesia (Pefindo) PT. Moody s Indonesia ID-3 Baa3.id PT. Fitch Ratings Indonesia F3(idn) BBB- (idn)

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/ 19 /DPNP tanggal 30 April 2008 Lampiran 3 Lembaga Pemeringkat dan Peringkat Minimum Dalam Rangka Menggolongkan Surat Berharga yang Dimiliki Bank yang Dinilai Kurang Lancar Peringkat Minimum Lembaga Pemeringkat Surat Berharga Surat Berharga Jangka Pendek Jangka Menengah dan Jangka Panjang Moody s NP Ba1 Standard and Poor s B BB+ Fitch Ratings B BB+ PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) idb idbb+ PT. Moody s Indonesia ID-4 Ba1.id PT. Fitch Ratings Indonesia B (idn) BB+ (idn)