DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU POP D MASIV

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan bahasa di dalam karya sastra terkait dengan sejumlah ragam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI. Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

Laelyana Hardini K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA April 2014

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

ANALISIS DIKSI, GAYA BAHASA, DAN GRAMATIKA PADA LIRIK LAGU-LAGU OPICK SKRIPSI. Oleh Dewi Hajar Khusnul Khuluq NIM

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

ANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

BAB 5 RANCANGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS VIII MTS AL- FATAH CIKEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

Transkripsi:

DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU POP D MASIV SKRIPSI Oleh: Praja Aribawa X1206041 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ii DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU POP D MASIV Oleh: Praja Aribawa X1206041 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ii

iii PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Purwadi. NIP 195401031981031003 Dra. Sumarwati, M.Pd. NIP 196004131987022001 iii

iv PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi: Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M.Pd. Sekretaris : Drs. Suyitno, M.Pd. Anggota 1 : Drs. Purwadi. Anggota 2 : Dra. Sumarwati, M.Pd. Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan, Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 196007271987021001 iv

v ABSTRAK Praja Aribawa. X120604. DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU POP D MASIV. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemakaian diksi dan gaya bahasa pada lirik lagu Pop d Masiv. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah analisis isi. Sumber data adalah dokumen yang berupa lirik lagu Pop d Masiv (album perubahan). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, karena sumber datanya berupa teks. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori yaitu secara penelitian terhadap topik yang sama dengan menggunakan teori yang berbeda dalam menganalisa data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis mengalir, yang meliputi tiga komponen yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan simpulan. Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) berdasarkan hasil analisis diksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu d Masiv terdapat dua diksi yaitu diksi yang bermakna denotatif dan diksi yang bermakna konotatif, hal ini terlihat dari 252 data terdapat 177 data atau 70,2% diksi yang bermakna denotatif dan 75 data atau 29,8% diksi yang bermakna konotatif. Tujuan pemakaian diksi yang bermakna denotatif dalam lirik lagu d Masiv adalah agar pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat; (2) berdasarkan hasil analisis gaya bahasa dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu d Masiv terdapat beberapa gaya bahasa. Gaya bahasa tersebut antara lain: hiperbola, hipalase, misodipolis, litotes, metafora, repetisi, paradox, pars prototo, metonimia, ironi, aliterasi, personifikasi, pleonasme. Gaya bahasa yang paling dominan dalam llirik lagu d Masiv adalah gaya bahasa metafora dengan hasil 18,1% yaitu 8 data ditemukan dari 66 data. Tujuan pemakaian gaya bahasa metafora dalam lirik lagu d Masiv yaitu agar dapat menimbulkan suasana yang sesuai dengan isi lagu. v

vi MOTTO Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadalah: 11) vi

vii PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk: 1. Keluargaku tercinta (Bapak, Ibu, Adik Rois), terima kasih atas semangat, doa, dan segalanya yang kalian berikan kepada saya. 2. Semua penghuni kos Islah (Tejo, Andri, Anton, Totok, Budi) yang telah memberikan senyum kebahagiaan selama bersama kalian. 3. Yuli Suryani yang selalu menjadi semangat bagi saya. 4. Rekan-rekan seperjuangan Bastind 06, terimakasih kalian telah memberikan pengalaman yang luar biasa dan tidak terlupakan. 5. Almamater. vii

viii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan, karunia, rahmat, dan hidayah-nya kepada kita semua, terutama penulis dan keluarga. Hanya kepada-nya kembali segala sanjungan, kepada-nya kami memohon pertolongan dan ampunan, dan atas ridhonya sehingga penulis mampu menyusun skripsi ini dengan baik, yang merupakan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas terselesaikannya skripsi ini, penulis meyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini. 2. Drs. Suparno, M. Pd., ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini. 3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan selaku pembimbing akademik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini. 4. Drs. Purwadi., sebagai pembimbing skripsi I yang senantiasa dengan sabar dan perhatian membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Dra. Sumarwati M.Pd., selaku pembimbing skripsi II yang selalu sabar memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis. 7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. viii

ix Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini serta tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia. Surakarta, Desember 2010 Penulis ix

x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv ABSTRAK... v HALAMAN MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN.... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian... 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 7 1. Bahasa dalam Lagu... 7 a. Karakteristik Bahasa dalam Lagu... 7 b. Ekonomi Bahasa... 9 2. Diksi... 11 a. Pengertian Diksi... 11 b. Jenis-Jenis Makna... 14 3. Gaya Bahasa... 16 a. Pengertian Gaya Bahasa... 16 b. Jenis-Jenis Gaya Bahasa... 25 B. Penelitian Relevan... 31 x

xi C. Kerangka Berpikir... 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 34 B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 34 C. Sumber Data... 35 D. Teknik Pengumpulan Data... 35 E. Validitas Data... 35 F. Analisis Data... 35 G. Prosedur Penelitian... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diksi dalam Lirik Lagu Pop d Masiv... 38 B. Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu pop d Masiv... 82 BAB V PENUTUP A. Simpulan... 99 B. Implikasi... 99 C. Saran... 100 DAFTARPUSTAKA... 101 LAMPIRAN xi

xii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berpikir... 33 2. Model Analisis Mengalir... 36 3. Skema Prosedur Penelitian... 37 xii

xiii DAFTAR TABEL Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian... 34 2. Distribusi Frekuensi dan Presentase Penggunaan Diksi dalam Lirik Lagu D Masiv... 81 3. Distribusi Frekuensi dan Presentase Penggunaan Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu D Masiv... 96 xiii

xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Cover depan CD/Kaset Grup Band d Masiv... 104 2. Biografi Grup Band d Masiv... 105 3. Lirik lagu d Masiv (album perubahan)... 107 4. Lain-lain xiv

0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang usia peradaban manusia, musik selalu termasuk di dalamnya. Ada yang berpendapat bahwa musik bukan murni milik manusia, mungkin musik sudah ada sebelum manusia itu ada. Terlepas dari itu, sadar atau tidak, percaya atau tidak, langsung atau tidak, musik selalu ada dalam hidup kita. Musik mempunyai peran dan kekuatan yang tidak kecil dalam kehidupan manusia. Musik mempunyai banyak fungsi yaitu komunikasi, ekspresi, dokumentasi, identitas, dan hiburan. Bahkan di budaya yang mentabukan beberapa praktik musikpun nyata bahwa musik berperan penting dalam kehidupan masyarakatnya (Regelski, 2006: 3). Musik merupakan salah satu cabang yang sangat digemari oleh masyarakat yang telah sedemikian merasuknya ke dalam kehidupan masyarakat. Musik telah mengibarkan bendera-benderanya di panggung kesenian, konser musik, televisi, toko, pusat-pusat perbelanjaan, di rumah, dan di kantor-kantor pada saat jam istirahat. Musik senantiasa menemani kegiatan manusia. Begitu juga dengan perkembangan teknologi rekaman dan alat-alat yang lebih canggih, yang menyebabkan semua orang dapat lebih mudah menikmati musik. Musik dapat didefinisikan sebagai sebuah ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2001: 413). Bunyi-bunyi tersebut diorganisasikan sedemikian rupa sehingga tidak merupakan bunyi atau tataran asal-asalan saja. (Tarigan, 1986: 23) mendefinisikan musik sebagai: (1) ilmu atau seni menyusun nada atau suara diurutkan, dikombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan keseimbangan; (2) nada dan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat). Dari kedua definisi itu dapat dilihat bagaimana suatu perasaan atau pengalaman jiwa disampaikan dengan kiasan atau bunyi-bunyian yang indah. 1

2 Penelitian tentang lagu (Yayah. B. Lumintaintang, 2004) membuktikan bahwa lagu terutama lagu klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan lagu akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan lagu. Yang dimaksud lagu di sini adalah lagu yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring. Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan lagu juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan lagu. Grace Sudargo (dalam Fillamenta, 2008: 2) berpendapat bahwa seorang musisi dan pendidik mengatakan dasar-dasar lagu klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia. Lagu yang bagus biasanya dapat dinikmati melalui vokal penyanyi dan irama musiknya. Kata-kata indah dan puitis dalam lagu mampu membangkitkan emosi penikmatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa lagu tidak mampu mewakili perasaan manusia, di bimbing dan dilatih kemampuannya untuk mengembangkan bahasanya secara jujur sehingga dapat berbahasa dengan baik dan benar, dan juga dapat mempelajari atau menentukan kosa kata yang baru. Karena semua orang mulai belajar berbicara dengan mempelajari kata-kata secara individual (Keraf, 2000: 64). Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang disusun oleh jalinan kata-kata itu. Istilah diksi bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi (Keraf, 2000: 22-23). Dalam menulis lagu pengarang menggunakan bahasa yang indah sehingga lagu yang diciptakan mempunyai nilai lebih yang bisa dilihat dari bahasanya. Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya sastra. Nurgiyantoro (2002: 272) berpendapat bahwa bahasa dalam seni sastra dapat

3 disamakan dengan cat warna keduanya merupakan unsur bahan, alat, dan sarana yang mengandung nilai lebih untuk dijadikan sebuah karya. Sebagai salah satu unsur terpenting tersebut, bahasa berperan sebagai sarana pengungkapan dan penyampaian pesan dalam sastra. Gaya bahasa termasuk salah satu unsur pembangun nilai kepuitisan dalam puisi, gaya bahasa juga ikut menentukan keindahan puisi dalam segi makna maupun segi keindahan bunyi. Gaya bahasa mengandung kiat penyair untuk mengungkapkan perasaannya atau menggambarkan pemikirannya dalam perasannya atau kata-kata pada bait-bait puisi maupun lirik lagu, salah satunya dengan menggunakan bahasa kias atau gaya bahasa. Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang menarik dalam sebuah puisi. Setiap penulis mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan mempunyai gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang ditulisnya. Pratikno (1984: 50) mengemukakan bahwa sifat, tabiat atau watak seseorang itu berbeda-beda. Sekawan (2007: 146) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah Penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan maksud tertentu. Gaya bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara, setiap orang atau pengarang memiliki cara tersendiri dalam memilih dan menggunakan gaya bahasa. Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa bahasa adalah ucapan, tulisan, pikiran, dan perasaan manusia yang berupa lambang bunyi suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia digunakan untuk berkomunikasi, bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Penyair dengan penguasaan bahasa yang dimiliki, kecermatan, dan ketepatan penggunannya dapat menghasilkan puisi biasa dan dapat berupa puisi lirik lagu. Untuk menuliskan puisi lirik lagu penyair memilih kata-kata yang tepat dan bermakna kias, sangat dalam, dan bergaya bahasa sehingga tuntutan estetika penyair dapat terpenuhi. Penyair menciptakan puisi menggunakan bahasa yang baku dan indah agar dapat

4 diterangkan melalui kata konkrit dan majas atau gaya bahasa. Sejalan dengan pengertian tersebut dikemukakan Efendi (dalam Waluyo, 1987: 24) dalam puisi terdapat bentuk permukaan yang berupa larik, bait, dan pertalian makna larik dan bait. Penyair berusaha mengkonkritkan pengertian-pengertian konsep dan abstrak dengan menggunakan pengimajinasian, pengiasan, dan perlambangan. Gaya bahasa merupakan bentuk retorika, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan dan mempengaruhi penyimak atau pembaca. Puisi tidak dapat dilepaskan dari bahasa kias, pengimajinasian, dan perlambangan atau gaya bahasa. Penggunaan gaya bahasa dalam puisi terutama puisi lirik lagu banyak digemari oleh penyair dalam hal ini pencipta lirik lagu, karena dapat menimbulkan kesan indah sekaligus banyak makna seperti karya grup band d Masiv, banyak ditemukan penggunaan gaya bahasa dan cara pengungkapannya yang berbeda dengan penyair lain. Kiat penyair untuk mengungkapkan perasaannya atau menggambarkan pemikirannya dalam rangkaian kata-kata pada bait-bait puisi maupun lirik lagu, salah satunya dengan menggunakan bahasa kias atau gaya bahasa. Sejalan dengan pengertian tersebut (Moeliono, 1998: 63) mengemukakan bahwa kiasan berarti bahasa yang mempergunakan kata-kata yang susunan dan artinya sengaja disimpangkan, dengan maksud agar memperoleh kesegaran dan kekuasaan ekspresi. Dalam menulis lagu pada umumnya pengarang menggunakan bahasa yang indah atau bahasa yang khas, sehingga lagu yang diciptakan mempunyai nilai lebih yang bisa dilihat dari bahasanya. Pengarang menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan diterima sehingga isi karangan dalam sebuah lagu mudah untuk diketahui maksudnya. D'Masiv merupakan salah satu grup musik asal Indonesia yang saat ini sedang melambung namanya dan dibentuk pada tanggal 3 Maret 2003. Grup ini terdiri dari lima orang, nama d'masiv berasal dari bahasa Inggris "massive" sebagai semacam pengharapan agar bisa meraih hasil sebaik mungkin di kancah musik nasional. Nama mereka mulai melambung setelah berhasil memenangkan kompetisi musik A Mild Live Wanted pada tahun 2007. D'Masiv akhirnya merilis album pertama pada tahun 2008 dengan lagu "Cinta Ini Membunuhku" sebagai

5 lagu andalannya. Lagu ini sangat populer sehingga semakin melambungkan nama mereka dalam musik nasional. Album d Masiv berisi kumpulan syair lagu Pop yang sangat indah. Lagulagu dalam grup band d Masiv hingga sekarang masih sering ditampilkan dan dinikmati oleh pencinta musik pop. Seperti puisi, lagu juga mengandung unsur gaya bahasa yang merupakan cara pengungkapan perasaan penyair. Secara umum, gaya bahasa lagu terdiri dari tema, diksi, dan majas. Sayuti (2002: 28) menjelaskan bahwa: (1) tema merupakan ide yang mendasari atau melatarbelakangi sebuah karya; (2) diksi merupakan teknik pemilihan kata-kata yang indah dan mampu mewakili perasaan penyair; (3) majas merupakan pemberian kata-kata yang mempunyai makna tambahan yang lebih dalam, lebih halus, bahkan didramatisir untuk mencapai maksud yang sebenarnya. Djohan (2003: 16) berpendapat bahwa setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh komposer dan dibawakan dengan suara indah penyanyi. Penelitian ini menganalisis lirik lagu-lagu d Masiv karena memiliki ketertarikan liriknya yang bervariasi. Penemuan diksi dan gaya bahasa dalam syair lagu ini dirumuskan melalui identifikasi paparan tiap bait dalam setiap syair lagu. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti terdorong untuk menganalisis diksi dan gaya bahasa pada lirik lagu Pop d Masiv (album perubahan). Analisis terhadap lirik lagu pop d Masiv ini peneliti membatasi pada segi diksi dan gaya bahasa. Pada segi diksi peneliti akan meninjau dari makna denotatif dan konotatifnya, adapun dari segi bahasa penulis akan menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu pop d Masiv (album perubahan).

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diketahui rumusan masalah yang timbul dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pemakaian diksi yang terdapat dalam lirik lagu Pop d Masiv ditinjau dari makna denotatif dan konotatifnya? 2. Bagaimanakah pemakaian gaya bahasa dalam lirik lagu Pop d Masiv? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk. 1. Mendeskripsikan pemakaian diksi yang terdapat dalam lirik lagu Pop d Masiv ditinjau dari makna denotatif dan konotatifnya. 2. Mendeskripsikan pemakaian gaya bahasa dalam lirik lagu Pop d Masiv. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis a. Untuk memperkaya perbendaharaan pengetahuan tentang diksi dan gaya bahasa. b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan serta dapat memberikan kontribusi untuk pembaca. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai diksi dan gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu Pop d Masiv. b. Sebagai tinjauan pustaka dan bahan penelitian-penelitian selanjutnya.

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bahasa dalam Lagu a. Karakteristik Bahasa dalam Lagu Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Sebagai bahasa resmi negara, kedudukan bahasa Indonesia telah diatur dalam UUD 1945 pasal 36. Bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dituntut untuk mampu menjadi bahasa pembangunan yakni memantapkan peranan bahasa Indonesia sebagai sarana pembangunan bangsa dan sarana pembinaan kehidupan budaya bangsa. Bahasa Indonesia merupakan pendukung kebudayaan bangsa Indonesia. Semakin tinggi kebudayaan bangsa Indonesia semakin tinggi bahasa Indonesia. Lagu merupakan suatu hasil dari kebudayaan. Lagu atau lirik menggunakan bahasa untuk menyampaikan maksud atau tujuan dari penyanyi kepada pendengar. Bahasa merupakan objek linguistik karena pada hakikatnya bahasa merupakan seperangkat bunyi yang langsung kita dengar dari penutur bahasa, yang dimaksud dengan bunyi adalah bunyi bahasa. Lagu merupakan unsurunsur bunyi bahasa yang dilantunkan penyanyi berdasarkan tinggi rendahnya suara (not), sehingga bunyi bahasa itu lebih nikmat untuk didengar. Perkembangan lagu-lagu yang liriknya berbahasa Indonesia dewasa ini cukup menggembirakan, tidak terlepas dari peranan bahasa Indonesia, baik dalam perbendaharaan kosa katanya yang dapat mewakili tujuan-tujuan atau ide-ide dari penyanyi. Bahasa mempunyai bentuk yang baku atau standar. Bahasa baku atau bahasa standar ialah salah satu diantara beberapa dialek suatu bahasa yang dipilih dan ditetapkan sebagai bahasa resmi yang digunakan dalam semua keperluan resmi (Badudu, 1992: 42). Bahasa Indonesia yang baku adalah bahasa tulis. Berbahasa lisan yang baku adalah berbahasa seperti bentuk dan 7

8 susunan tulis. Penggunaan bahasa Indonesia dalam lirik lagu mempunyai ciri khas tersendiri sebab lirik lagu mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Lagu pada dasarnya ungkapan perasaan, luapan hati dari penyanyi itu sendiri, oleh karena itu lagu (nyanyian) bisa membuat orang terhibur, terpesona, dan bahkan terlena apabila lirik-lirik lagu yang dilantunkan penyanyi mengena di hati pendengar. Melalui bahasa manusia dapat mengekspresikan apa yang telah dirasakan atau dipikirkan. Pikiran dan perasaan tersebut direalisasikan dalam bentuk ragam bahasa verbal dan non verbal. Rakhmat (1994: 35) mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Purwitasari (2009: 57), berpendapat bahwa Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakan simbol, khususnya simbol verbal dalam pemikiran dan berkomunikasi. Bahasa terbagi menjadi bahasa verbal dan non verbal. Kata verbal sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verbum yang sering pula dimaksudkan dengan berarti atau bermakna melalui kata-kata, atau yang berkaitan dengan kata yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan. Komunikasi verbal adalah bahasa, kata-kata dengan aturan tata bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Tata bahasa meliputi tiga unsur yaitu: (1) fonologi; (2) sintaksis; dan (3) semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

9 Larry L. Barker (dalam Mulyana, 2005 : 7) berpendapat bahwa bahasa mempunyai tiga fungsi yaitu: (1) penamaan (naming atau labeling); (2) interaksi; dan (3) transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Dalam fungsinya sebagai sarana hiburan bahasa lagu (lirik) mempunyai sasaran informasi yang tepat, enak didengar dan dimengerti oleh pendengar sehingga apa yang diinginkan oleh penyanyi sampai kepada pendengar. Bahasa lagu atau lirik haruslah sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif. Bahasa sederhana mengandung pengertian bahasa yang strukturnya tidak rumit, terutama struktur lirik lagunya. Kata-kata dalam lirik lagu tidak hanya dimengerti oleh penyanyi tetapi juga harus dimengerti dan dipahami oleh pendengar. Bahasa dalam lirik lagu sebaiknya teratur, artinya dalam lirik lagu di tempatkan pada urutan strukturnya sehingga lagu tersebut nikmat untuk didengar dan tidak sulit memahami maknanya. Bahasa dalam lirik lagu harus efektif dan efisien tidak bartele-tele, tetapi juga tidak terlalu hemat dengan kata-kata sehingga maknanya tidak jelas dan mempunyai makna yang kabur atau makna ambigu. Bahasa dalam lagu sebaiknya mempunyai pengertian yang dapat diterima dan logis, sehingga ide yang diungkapkan melalui bahasa itu dapat diterima oleh pendengar. b. Ekonomi Bahasa Dalam semua bahasa di dunia, penutur-penutur berusaha untuk menghemat tenaga dalam pemakaian bahasa dan memperpendek tuturantuturannya, sejauh hal itu tidak menghambat komunikasi, dan tidak bertentangan dengan budaya tempat bahasa tersebut dipakai. Sifat hemat itu dalam bahasa lazim disebut ekonomi bahasa (Verhaar, 2006: 85). Bahasa yang efektif adalah bahasa yang menyampaikan informasi secara tepat, efisien, serta jelas, dan tidak berlebih-lebihan. Unsur yang selalu menggunakan, kata-kata yang berlebihan disebut sifat Dekonatis (mubazir). Bahasa lagu sangat penting memperhatikan ekonomi bahasa sebab dapat menimbulkan pengertian yang rancu sehingga lagu yang dilantunkan

10 mengandung unsur-unsur pengertian yang rancu, menyebabkan pendengar mengalami kesulitan mencerna makna dari lagu yang dilantunkan. Prinsip ekonomi bahasa menekankan bahwa setiap pengguna bahasa selalu berusaha menghemat tenaga dalam kegiatan berbahasa. Penghematan ini diaplikasikan melalui berbagai cara, karena bahasa itu ada yang berbentuk bahasa lisan dan tulisan, penghematan antara kedua bentuk tersebut serupa tapi tidak sama. Dalam bahasa lisan, bentuk ekonomi bahasa tampak pada bentuk-bentuk singkatan atau abreviasi, seperti singkatan (gelar, nama lembaga, atau istilah), akronim, dan inisial. Penyingkatan-penyingkatan ini bertujuan menghemat tenaga ketika menulis karena bentuk singkatan tentunya mengurangi jumlah huruf yang harus dituliskan. Apapun bentuknya yang jelas, prinsip ekonomi bahasa berarti pengguna bahasa selalu berusaha semudah dan seminim mungkin menggunakan tenaga ketika berbahasa. Selain itu, perubahan-perubahan yang utamanya berupa penghilangan itu selalu bersifat tidak mengubah makna tuturan. Penghilangan fonem umumnya terjadi dan produktif pada ragam bahasa nonstandar atau nonformal sebab hanya pada ragam inilah bahasa dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan dan kehendak pengguna selama tidak berubah total dan menjadi suatu bahasa baru. Penghilangan fonem dalam tuturan ragam formal atau ragam baku tidak seproduktif ragam nonformal karena ragam ini bersifat kaku, tidak mudah berubah, dan tetap karena menjadi standar bahasa yang bersangkutan. Penghilangan fonem dalam tuturan ragam formal sebatas terjadi pada abreviasi dan pembakuan kata yang mengalami gejala penambahan fonem seperti protesis, epentesis, atau paragog pada bentuk nonbakunya. Bahasa dalam lirik lagu menggunakan struktur bahasa yang baik sehingga tidak menimbulkan kesalahan seperti penggunaan kata-kata yang mubazir. Bahasa lagu yang liriknya berbahasa Indonesia sebaiknya menghindari pengaruh dari bahasa daerah dan bahasa asing yang berlebihan, sebab kosa kata dalam bahasa Indonesia masih mampu mewakili keadaan atau

11 situasi yang ingin diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak menimbulkan salah kaprah bagi pendengarnya. 2. Diksi a. Pengertian Diksi Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi (Keraf, 2000: 22-23). Diksi merupakan salah satu unsur yang ikut membangun keberadaan karya sastra berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh pengarang untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan yang bergejolak dan menggejala dalam dirinya. Pemahaman terhadap penggunaan diksi menjadi salah satu pemandu pembaca menuju pemahaman makna karya sastra secara baik dan menyeluruh (Sayuti, 2002: 143). Pengarang sangat cermat dalam memilih kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata ditengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan lirik lagu, disamping memilih kata yang tepat, pengarang mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari katakata tersebut. Kata-kata diberi makna baru dan tidak bermakna diberi makna menurut kehendak pengarang (Waluyo, 1995: 72). Begitu pentingnya pilihan kata dalam karya sastra sehingga ada yang menyatakan bahwa diksi merupakan esensi penulisan karya sastra. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai dasar bangunan setiap karya sastra sehingga dikatakan bahwa diksi merupakan faktor penentu seberapa jauh seorang pengarang mempunyai daya cipta yang asli. Pernyataan tersebut tidak berlebihan karena kesan dan

12 pengertian pembaca diperoleh melalui diksi. Pilihan kata yang tepat dan cermat yang dilakukan pengarang dalam mengukuhkan pengalamannya dalam karya sastra, membuat kata-kata tersebut terkesan tidak hanya merekat dan menempel, tetapi dinamis dan bergerak serta memberikan kesan yang hidup. Kata-kata semacam itu tidak hanya sekadar menjadi tanda tertentu, sekaligus menjadi sebuah dunia karya sastra itu sendiri. Oleh karena itu untuk memahami dan menikmati karya sastra, pembaca atau penikmat tidak boleh mengabaikan unsur diksi. Seperti kosakata, bahasa kiasan, bangunan citra, dan sarana retorika (Sayuti, 2002: 143-144). Jika diamati secara cermat terdapat sejumlah pengarang yang mempergunakan kata-kata yang mempunyai makna konotatif yang bersifat umum dan konvensional. Akan tetapi banyak pengarang yang mempergunakan kata-kata konotatif ciptaannya sendiri yang bersifat pribadi, dan inkonvensional. Pengarang ada yang gemar memilih dan menggunakan bentuk-bentuk kata dasar, dan ada pula yang lebih menyukai kata-kata yang sudah mengalami proses morfologis, semuanya diorientasikan pada kepentingan ekspresi (Sayuti, 2002: 144). Dalam karya sastra penempatan kata-kata sangat penting artinya dalam rangka menumbuhkan suasana puitik yang akan membawa pembaca kepada penikmatan dan pemahaman yang menyeluruh dan total. Beberapa pengarang senang mempergunakan kata-kata biasa, yakni kata-kata sederhana yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata semacam ini dengan cepat dan tidak terlalu sukar dimengerti oleh pembaca, karena kata-kata tersebut menampilkan efek kejelasan bersifat langsung. Dalam kehidupan sehari-hari ditemukan orang-orang yang sulit mengungkapkan maksudnya dan sangat miskin variasi bahasanya, tetapi ada orang-orang yang sangat boros dan mewah mengobralkan perbendaharaan katanya, namun tidak ada isi yang tersirat di balik kata-kata itu, setiap anggota masyarakat harus mengetahui bagaimana pentingnya peranan kata dalam komunikasi sehari-hari sehingga tidak terjebak kedalam dua ekstrim tersebut.

13 Syarat-syarat komunikasi masyarakat kontemporer harus menguasai sejumlah besar kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan kekayaannya itu menjadi jaringanjaringan kalimat yang jelas dan efektif, sesuai dengan kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku, untuk menyampaikan rangkaian pikiran dan perasaannya kepada anggota-anggota masyarakat. Mereka yang luas kosa katanya memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih kata yang harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Perbedaan pengarang, zaman, latar belakang sosial budaya, pendidikan dan agama, memberi warna terhadap perbedaan dalam pemilihan kata. Pengarang dari Jawa dengan bahasa Jawa kurang puas menggunakan istilah bahasa Indonesia untuk kata-kata khas Jawa yang padan. Pengarang hendaknya mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan tepat, seperti yang dialami oleh batinnya. Pemilihan kata dalam hal itu disebut dengan diksi. Keraf (2002: 76) berpendapat bahwa pilihan kata merupakan hasil yang diperoleh para leksigraf yang berusaha merekam sebuah kata, bukannya menentukan makna sebuah kata supaya digunakan para pemakainya. Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro, 1998: 290). Champan (dalam Nurgiyantoro 1998: 290) berpendapat bahwa pemilihan kata dapat melalui pertimbangan-pertimbangan formal tertentu yaitu: (1) pertimbangan fonologis, misalnya kepentingan alitrasi, irama, dan efek bunyi tertentu; (2) pertimbangan dari segi metode, bentuk, dan makna yang dipergunakan sebagai sarana mengkonsentrasikan gagasan. Dalam hal ini, faktor personal pengarang untuk memilih kata-kata yang paling menarik perhatiannya berperan penting. Pengarang dapat memilih

14 kata atau ungkapan tertentu sebagai siasat untuk mencapai efek yang diinginkan. Persoalan diksi dan pilihan kata bukanlah persoalan yang sederhana. Ketepatan pemilihan kata atau diksi untuk mengungkapkan suatu gagasan diharapkan fungsi yang diperoleh akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Keraf (2002: 23) mengungkapkan bahwa istilah diksi digunakan untuk menyatakan kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, yang meliputi persoalan, fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan. Dengan demikian, persoalan diksi sebenarnya jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu, karena tidak sekedar untuk memilih kata-kata yang dipilih untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi menyangkut masalah frase, gaya bahasa dan ungkapan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, (1) pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi; (2) pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar; (3) pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. b. Jenis-jenis Makna Bentuk kata lazim dibicarakan dalam tatabahasa setiap bahasa. Bagaimana bentuk sebuah kata dasar, bagaimana menurunkan kata baru dari bentuk kata dasar atau gabungan dari bentuk-bentuk dasar biasanya dibicarakan secara terperinci dalam tatabahasa, yang sering diabaikan masalah makna kata. Ketepatan pilihan kata atau kesesuaian pilihan kata tergantung pula pada makna yang didukung oleh bermacam-macam bentuk itu (Keraf, 2004: 35).

15 Makna kata dibedakan atas makna yang bersifat denotatif dan makna kata yang bersifat konotatif (Keraf, 2004: 28). 1) Makna Denotatif Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual, makna denotasional atau makna kognitif karena dilihat dari sudut pandang yang lain. Pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Denotatif adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran (Zgusta, 1971: 208). Dalam beberapa buku pelajaran, makna denotatif sering juga disebut makna dasar, makna asli, atau makna pusat. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa makna denotatif adalah makna sebenarnya dan apa adanya. Kata yang mengandung makna denotatif mudah dipahami karena tidak mengandung makna yang rancu walaupun masih bersifat umum. Makna yang bersifat umum ini maksudnya adalah makna yang telah diketahui secara jelas oleh semua orang. 2) Makna Konotatif Makna konotatif sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki

16 nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotatif, tetapi dapat disebut berkonotatif netral, positif dan negatifnya nilai rasa sebuah kata seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya referen kata itu sebagai sebuah perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif maka bernilai rasa yang positif; dan jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif maka akan bernilai rasa negatif. Zgusta (1971: 38) berpendapat bahwa makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Kridalaksana (1983: 91) berpendapat bahwa aspek makna sebuah kata atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa makna konotatif adalah suatu makna stimulus dan respon yang mengandung nilai-nilai emosional. Nilai-nilai tersebut dapat berupa nilai rasa positif ataupun nilai rasa negatif. 3. Gaya Bahasa a. Pengertian Gaya Bahasa Sebelum dijabarkan lebih lanjut tentang gaya bahasa, terlebih dahulu akan dijelaskan secara singkat mengenai stilistika. Secara etimologis stylistics berkaitan dengan style (gaya), dengan demikian stylistics dapat diterjemahkan dengan ilmu tentang gaya yang erat hubungannya dengan linguistik. Tuner (dalam Pradopo, 2005: 161) mengemukakan bahwa. Linguistik merupakan ilmu yang berupaya memberikan bahasa dan menunjukkan bagaimana cara kerjanya, sedangkan stylistics merupakan bagian dari linguistik yang memusatkan perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa, yang walaupun tidak secara eksklusif, terutama pemakaian bahasa dalam sastra. Gaya dalam ini tentu saja mengacu pada pemakaian atau penggunaan bahasa dalam karya sastra (Pradopo, 2005: 161). Sebelum ada stilistika, bahasa karya sastra sudah memiliki gaya yang memiliki keindahan.

17 Gaya adalah segala sesuatu yang menyimpang dari pemakaian biasa. Penyimpangan tersebut bertujuan untuk keindahan. Keindahan ini banyak muncul dalam karya sastra, karena sastra memang syarat dengan unsur estetik. Segala unsur estetik ini menimbulkan manipulasi bahasa, plastik bahasa dan kado bahasa sehingga mampu membungkus rapi gagasan penulis (Endraswara, 2003: 71). Dapat dikatakan bahwa setiap karya sastra hanyalah seleksi beberapa bagian dari suatu bahasa tertentu (Pradopo, 2005: 162). Hubungan antara bahasa dan sastra sering bersifat dialektis. Sastra sering mempengaruhi bahasa sementara itu sastra juga tidak mungkin diisolasi dari pengaruh sosial dan intelektualitas. Analisis stilistika digunakan untuk menemukan suatu tujuan estetika umum yang tampak dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya. Dengan demikian, analisis stilistika dapat diarahkan untuk membahas isi. Penelitian stilistika berdasarkan asumsi bahwa sastra mempunyai tugas mulia (Endraswara, 2003: 72). Lebih lanjut, Suwardi menambahkan bahwa bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus membawa makna. Gaya bahasa sastra berbeda dengan gaya bahasa sehari-hari. Gaya bahasa sastra digunakan untuk memperindah teks sastra. Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus dan mengandung arti leksikal "alat untuk menulis" (Aminuddin, 2009: 72). Aminuddin juga menjelaskan bahwa dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Sedangkan Scharbach (dalam Aminuddin, 2009: 72) menyebut gaya sebagai hiasan, sebagai sesuatu yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai serta sebagai perwujudan manusia itu sendiri. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan gagasannya dalam wacana ilmiah dengan cara pengarang dalam kreasi cipta sastra, dengan demikian akan menunjukkan adanya perbedaan meskipun dua pengarang itu berangkat dari satu ide yang sama.

18 Secara umum, gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, dan sebagainya (Keraf 1984: 113). Dengan demikian, segala perbuatan manusia dapat dipergunakan untuk mengetahui siapakah dia sebenarnaya atau segala perbuatan dapat memberikan gambaran sendiri. Dalam hubungan dengan karya sastra, terdapat berbagai pengertian atau pendapat tentang gaya yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengertian tersebut. Istilah gaya berpadanan dengan istilah stylus (Aminuddin, 1995:1). Secara umum makna stylus adalah bentuk arsitektur, yang memiliki ciri sesuai dengan karaktristik ruang dan waktu. Semantara itu kata stylus bermakna alat untuk menulis sesuai dengan cara yang digunakan oleh penulisnya. Terdapat dimensi bentuk dan cara tersebut menyebabkan istilah style selain dikatagorikan sebagai nomina juga dikatagorikan sebagai verbal. Secara etimologis stylistics berhubungan dengan kata style, artinya gaya, sedangkan stylistics dapat diterjemahkan ilmu tentang gaya. Cunningham (1966: 15) menyebutkan bahwa gaya ialah cara pengungkapan dalam tulisan atau ujaran, penyeleksian ungkapan yang khas, cara yang khas dalam menggungkapkan pikiran melalui kata-kata yang runtut atau kiasan yang berbeda kesannya bila diungkapkan dengan cara yang lain. Pendapat ini lebih tegas, karena Cunningham lebih menekankan pada pengolahan bahasa sebagai media yang akan berubah menjadi karya sastra. Enkvist (dalam Aminudin, 1995: 28) memberikan definisi style, antara lain: (1) bungkus yang membungkus inti pemikiran atau pertanyaan yang telah ada sebelumnya; (2) pilihan antara berbagai pernyataan yang mungkin, (3) sekumpulan ciri pribadi; (4) penyimpangan dari pada norma atau kaidah dan; (5) hubungan antar satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih luas dari pada sebuah ayat. Pada masa Renaissance style diartikan sebagai cara menyusun dan menggambarkan sesuatu secara tepat dan mendalam sehingga dapat menampilkan nilai keindahan tertentu sesuai dengan impresi dan tujuan pemaparannya (Aminuddin 1995: 31).

19 Pada masa neoklasik, style diartikan sebagai bentuk penggungkapan ekspresi kebahasaan sesuai dengan kedalaman emosi dan sesuatu yang ingin di refleksikan pengarang secara tidak langsung. Dalam karya sastra istilah gaya atau style mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 2009: 72). Salbach dalam (Aminuddin, 2009: 72) berpendapat bahwa "gaya sebagai hiasan, sebagai sesuatu yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai serta sebagai perwujudan manusia itu sendiri". Sebenarnya gaya bahasa, secara intitutif pada umumnya telah dimengerti. Akan tetapi, sukar membuat batasan dan merumuskan pengertiannya tentang gaya bahasa. Ada bermacam-macam batasan dan pengertian mengenai gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan fungsi tertentu. Dalam karya sastra yang efektif tentu ada fungsi estetik yang menyebabkan karya yang bersangkutan bernilai seni. Nilai seni dalam karya sastra disebabkan oleh adanya gaya bahasa dan fungsi lain yang menyebabkan karya sastra menjadi indah seperti adanya gaya bercerita atau pun penyusunan alurnya. Dalam mempergunakan bahasa untuk melantunkan gagasannya, penyair tentu saja memiliki pertimbangan di dalam mendayagunakan gaya bahasa. Dengan demikian, penyair mestinya mempunyai tujuan tertentu dalam hal itu. Penyair mempergunakan gaya bahasa tertentu, bisa jadi merupakan suatu upaya guna menguatkan maksud yang disampaikanya. Kemampuan dalam mengolah dan mendayagunakan gaya bahasa menentukan berhasil tidaknya suatu karya sastra. Gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan nilai seni. Hartoko dan Rahmanto (1986: 137) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah cara yang khas dipakai seseorang untuk mengungkapkan diri (gaya pribadi). Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana (2005 : 12) bahwa gaya bahasa itu susunan perkataan yang terjadi karena perasaan dalam hati pengarang dengan sengaja atau tidak,

20 menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca, gaya bahasa itu selalu subjektif dan tidak akan objektif. Gaya bahasa adalah cara mengekspresikan bahasa dalam prosa ataupun puisi. Gaya bahasa adalah bagaimana seorang penulis berkata mengenai apa pun yang dikatakan (Abram, 1981: 190). Sejalan dengan pengertian tersebut (Kridalaksana, 1983: 49-50) salah satu pengertiannya adalah pemanfaatannya atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; lebih khusus adalah pemakaian ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, dan lebih luasnya gaya bahasa itu merupakan keseluruan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra". Gaya bahasa dalam arti umum adalah penggunaan bahasa sebagai media komunikasi secara khusus, yaitu penggunaan bahasa secara beragam dengan tujuan untuk ekspresivitas, menarik perhatian atau untuk membuka pesona (Pradopo, 1990: 139). Tarigan (1986: 5) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Dale (dalam Tarigan 1986: 5). Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa yang khas dan dapat diidentifikasi melalui pemakaian bahasa yang menyimpang dari penggunaan bahasa sehari-hari atau yang lebih dikenal sebagai bahasa khas dalam wacana sastra. Penyimpangan penggunaan bahasa biasanya berupa penyimpangan terhadap kaidah bahasa, banyaknya pemakaian bahasa daerah, pemakaian bahasa asing, pemakaian unsur-unsur daerah dan unsur-unsur asing. Gaya bahasa atau style menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok atau tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki keabsahan, pilihan kata secara individual, frasa, klausa dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan

21 seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya (Keraf, 2004). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan gaya adalah tatanan yang bersifat lugas, jelas, dan menjauhkan unsur-unsur gaya bahasa yang mengandung makna konotatif. Sedangkan pengarang dalam wacana sastra justru akan menggunakan pilihan kata yang mengandung makna padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif. Selain itu, tatanan kalimatkalimatnya juga menunjukkkan adanya variasi dan harmoni sehinnga mampu menuansakan keindahan dan bukan hanya nuansa makna tertentu saja. Oleh sebab itu masalah gaya dalam sastra akhirnya juga berkaitan erat dengan masalah gaya dalam bahasa itu sendiri. Sudjiman (1998: 13) berpendapat bahwa sesungguhnya gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi, secara tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Ratna (2009: 84) berpendapat bahwa gaya bahasa bukan sekedar saluran, tetapi alat yang menggerakkan sekaligus menyusun kembali dunia sosial itu sendiri. Gaya bahasa baik bagi penulis maupun pembaca berfungsi untuk mengeksplorasi kemampuan bahasa khususnya bahasa yang digunakan. Stilistika dengan demikian memperkaya cara berpikir, cara pemahaman, dan cara perolehan terhadap substansi kultural pada umumnya. Retorika merupakan penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis yang diperoleh melalui kreativitas pengungkapan bahasa, yaitu bagaimana seorang pengarang menyiasati bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasannya. Pengungkapan bahasa dalam sastra mencerminkan sikap dan perasaan pengarang yang dapat digunakan untuk