BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebanyak 11,2 % anak usia 5-12 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif, gizi dan kesehatan mempunyai andil yang sangat besar. UU Kesehatan No. 36

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

Semuel Sandy, M.Sc*, Maxi Irmanto, M.Kes, ** *) Balai Litbang Biomedis Papua **) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama mengenai gizi yang terjadi di Indonesia antara lain yaitu

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa periode awal kehidupan atau biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. hampir sama dengan anak kebanyakan. Namun takdir berkata lain anak yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena jumlahnya yang besar, selain itu mereka juga sasaran yang mudah dijangkau dan terorganisir dengan baik. Oleh karena itu maka pendidikan kesehatan akan lebih mudah dilaksanakan, mengingat masalah kesehatan pada kelompok umur ini, terutama masalah gizi masih tergolong kedalam masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (1). Beberapa tahun terakhir permasalahan gizi di Indonesia semakin kompleks. Selain kasus malnutrisi seperti Kurang Energi Protein ( KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A ( KVA), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) juga muncul masalah baru seperti kegemukan dan obesitas. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebanyak 11,2 % anak usia 5-12 tahun menderita KEP, 30,7% berstatus gizi pendek dan sangat pendek dan 27,7 % menderita Anemia. Sebaliknya Kelebihan berat badan dan obesitas juga mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat dimana sekitar 18,8% anak usia 5-12 tahun di Indonesia menderita kelebihan berat badan dan obesitas (2,3). Data Riskesdas tahun 2010, di Sumatera Barat diketahui bahwa terdapat anak usia sekolah yang mengalami status gizi lebih (menurut IMT/U) 3,8%. Sementara itu Anak Usia Sekolah yang mengalami gizi kurang (menurut IMT/U ) yang tergolong kedalam kelompok kurus sebanyak 7,6% dan sangat kurus 3,4% (4). Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan masalah gizi, secara langsung adalah kurangnya konsumsi makanan yang sehat, bergizi dan berimbang. Disamping

terdapatnya penyakit terutama penyakit infeksi. Adapun penyebab tidak langsung adalah tidak tercukupinya ketersediaan dan daya beli keluarga anak sekolah terhadap makanan sehat, kurangnya interaksi antara anak sekolah dan ibunya, buruknya sanitasi lingkungan dan tidak memadainya pelayanan kesehatan pada anak sekolah (5,6). Masalah gizi di atas secara tidak langsung juga disebabkan oleh rendahnya pengetahuan anak tentang gizi dan kesehatan. Pengetahuan yang rendah berdampak pada sikap negatif terhadap perilaku gizi seimbang yang nantinya berujung pada asupan gizi yang tidak seimbang. Kekurangan atau kelebihan asupan secara bersamaan akan memicu beban ganda masalah gizi. Keadaan ini tentu saja menghasilkan sejumlah konsekuensi kesehatan yang menurunkan kualitas hidup perorangan dan prospek untuk kemajuan sosial. Penurunan kualitas hidup ini seperti kerentanan terhadap penyakit, resiko penyakit tidak menular yang bahkan sampai menyebabkan timbulnya kematian (7,8). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai gizi adalah melalui pendidikan (9). Namun kurikulum pendidikan di Indonesia belum mengajarkan ilmu gizi secara profesional. Lain halnya dengan di negara maju anak-anak telah mendapatkan pendidikan gizi di kelas melalui pembelajaran. Anak dididik agar paham dan menerapkan perilaku gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari (6). Melalui institusi pendidikan, pemahaman tentang gizi seimbang diharapkan lebih efektif dan lestari sehingga meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) tentang gizi seimbang masyarakat sekolah yang pada gilirannya akan meningkatkan status gizi anak sekolah (2). Seperti yang kita ketahui, didalam pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar dan mengajar yang dalam prosesnya dibutuhkan alat bantu atau media yang

berguna untuk mempermudah penyampaian pesan. Media yang dipilih dalam memberikan pendidikan gizi haruslah media yang menarik dan menyenangkan sehingga mudah diserap oleh anak. Media permainan sangat cocok dalam memberikan pendidikan gizi di Sekolah Dasar terutama pengenalan gizi seimbang pada anak karena masa anak-anak merupakan masa bermain dan pada masa ini juga mereka mulai belajar untuk membuat keputusan sendiri. Permainan yang mudah, menyenangkan, dan bermanfaat merupakan kunci terpenting dalam mendisain jenis permainan. Sehingga, pemberian pengetahuan melalui permainan akan sangat efektif dalam peningkatan pengetahuan anak mengenai gizi seimbang (8). Menurut Pérez- Rodrigo & Aranceta yang dikutip dari hermina (9), bila edukasi itu akan dilakukan perlu mempertimbangkan kebutuhan dan ketertarikan murid, guru, dan sekolah (6). Keuntungan dari pendidikan gizi berbasis permainan yang menyenangkan antara lain anak-anak mempunyai hasrat yang besar untuk ingin tahu dan mau mempelajari lebih jauh. Hal ini didukung oleh pemikiran yang terbuka dibandingkan orang dewasa. Dengan adanya pendidikan kesehatan diharapkan dapat menambah pengetahuan kesehatan anak yang diharapkan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan (2). Penelitian Fikri, dkk tahun 2013 mengatakan bahwa pengetahuan tentang gizi seimbang anak SD di Lingkungan Birena Alhuriyah meningkat dimana > 75% anak mampu menjawab soal dengan benar setelah diberikan edukasi gizi berupa permainan Nutri Roll. Beberapa penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Hermina tahun 2010 menggunakan edukasi gizi berbasis komputer, demikian juga hasil penelitian Dewi tahun 2011 yang menggunakan media permainan ular tangga dalam

memberikan pendidikan gizi terhadap anak sekolah terbukti meningkatkan pengetahuan gizi anak sekolah secara signifikan (2,10,11). Memahami pentingnya gizi bagi kesehatan dan pentingnya menerapkan konsep gizi seimbang pada anak sekolah, lari estafet ini didisain semenarik dan sekreatif mungkin agar menjadi permainan yang menyenangkan dan mudah dimainkan dimana saja. Pada dasarnya lari estafet adalah cabang atletik. Atletik sebagai aktivitas fisik sangat baik untuk kesegaran jasmani. Sejalan dengan prinsip gizi seimbang bahwa melakukan aktivitas fisik / olah raga teratur adalah termasuk perilaku gizi seimbang. Dengan alasan tersebutlah maka lari estafet yang dimodifikasi ini sangat cocok dalam mengenalkan gizi seimbang kepada anak usia sekolah (12). Selain alasan diatas hal ini juga diperkuat dengan studi awal yang dilakukan. Studi awal ini memberikan gambaran bahwa rendahnya pengetahuan murid kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) 19 Kecamatan Luhak Nan Duo tentang Gizi Seimbang, dimana 7 dari 10 (70%) anak tidak mengetahui apa itu Gizi seimbang, 6 dari 10 (60%) anak tidak mengetahui apa itu makanan sehat dan bergizi, dan 4 dari 10 (40%) anak tidak tahu jenis makanan yang bergizi. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengembangkan sebuah metode yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang gizi seimbang pada anak usia sekolah. Sebagai langkah awal peneliti menerapkan metode lari estafet ini pada murid kelas V di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupten Pasaman Barat, sehingga dapat diketahui pengaruh pendidikan gizi metode lari estafet terhadap peningkatan pengetahuan murid sekolah dasar kelas V di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016.

1.2 Perumusan Masalah Pengetahuan gizi anak usia sekolah di Indonesia masih rendah. Hal ini dibuktikan dari beberapa penelitian sebelumnya. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengetahuan gizi anak peneliti tertarik mengembangkan suatu metode berbentuk permainan yang peneliti sebut lari estafet gizi. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pendidikan gizi metode lari estafet memberikan pengaruh terhadap pengetahuan murid kelas V tentang gizi seimbang di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupten Pasaman Barat tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi metode lari estafet terhadap perubahan pengetahuan tentang gizi seimbang pada murid kelas V di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik murid kelas V di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi. 2. Mengetahui jumlah yang menjawab benar setiap item pertanyaan tentang gizi seimbang pada murid kelas V di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi. 3. Mengetahui distribusi rata-rata pengetahuan murid kelas V tentang gizi seimbang di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi. 4. Mengetahui perbedaan rata-rata pengetahuan murid kelas V tentang gizi seimbang di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi.

5. Mengetahui perbedaan rata-rata pengetahuan murid kelas V tentang makan makanan yang beraneka ragam di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi. 6. Mengetahui perbedaan rata-rata pengetahuan murid kelas V tentang memantau berat badan secara teratur di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi. 7. Mengetahui perbedaan rata-rata pengetahuan murid kelas V aktivitas fisik di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi. 8. Mengetahui perbedaan rata-rata pengetahuan murid kelas V tentang pola hidup sehat di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat (Pihak Sekolah) penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap anak usia sekolah tentang gizi seimbang sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku gizi seimbang yang nantinya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 2. Bagi Pemerintah (Dinas Kesehatan) penelitian ini dapat memberi masukan bahwa betapa pentingnya pendidikan gizi di sekolah, dengan demikian program-program kesehatan untuk sekolah dasar teraplikasi sesuai target. 3. Bagi peneliti lain penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan dalam penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengaruh pendidikan gizi metode lari estafet terhadap pengetahuan tentang gizi seimbang pada murid kelas V di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupten Pasaman Barat tahun 2016. Penelitian ini

bersifat kuantitatif dengan metode penelitian quasi eksperimen memakai rancangan One Group Pretest-Postest. Penelitian ini melibatkan murid kelas V di SDN 19 Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat tahun 2016.