BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cara untuk mencapai keadaan tersebut. Adanya pembangunan selain

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkembang secara mandiri dan pendapatan ekonomi daerah. Sektor industri

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kondisi perekonomian negara tidak stabil, hal ini

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, yaitu pendidikan, pengangguran, kesehatan, dan lainnya.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan pada sektor ekonomi, sedang sektor lainnya bersifat menunjang dan melengkapi sektor ekonomi. Pembangunan memberikan dampak positif dan dampak negatif terhadap masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja. Sehingga menjadi masalah serius bagi perekonomian Indonesia, karena jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja berlebihan, sedangkan permintaan tenaga kerja relatif terbatas. Kondisi ini menyebabkan angka pengangguran dan kesenjangan sosial meningkat (Visi GBHN, 1999-2004). Salah satu kegiatan pengembangan dunia usaha diarahkan agar dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat yang dikembangkan menjadi usaha-usaha yang sehat dan tangguh serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja (Amanat GBHN, 1993). Sektor formal merupakan prioritas para tenaga kerja dalam mencari pekerjaan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan sektor formal tidak mampu menampung tenaga kerja sehingga sektor informal menjadi berkembang sebagai penyelamat dalam menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan di negara-negara sedang berkembang (Bernabe, 2002). Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Sektor informal tidak terorganisasi, tidak diatur 1

dan kebanyakan legal tapi tidak terdaftar. Di Negara sedang berkembang 30-70 persen populasi tenaga kerja di perkotaan bekerja di sektor informal (Todaro dan Smith, 2003). Meningkatnya pengangguran menimbulkan masalah sosial yang tidak diinginkan seperti tindakan kriminal pusat-pusat industri dan sektor formal, khususnya bagi masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pendapatan relatif sangat rendah tidak dapat memenuhi syarat minimum pendidikan yang ditetapkan. Sehingga pemerintah pengembangan usaha mandiri disektor informal sebagai terobosan guna memperluas kesempatan kerja (Ihroni, 1995). Sektor informal terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri (ILO, 2000). Konseptualisasi sektor informal mendapat pengertian baru dengan memfokuskan pada kerangka peraturan, dimana status hukum merupakan elemen utama yang membedakan kegiatan informal dan formal. Sehingga untuk memberikan kesempatan pada sektor informal untuk berkembang, maka dibutuhkan deregulasi pasar, hak-hak kepemilikan swasta yang lebih besar dan penghilangan campur tangan pemerintah (Gerxhani, 1999). Sektor informal berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga yang dapat menyerap tenga kerja. Karena modal yang dibutuhkan tidak begitu besar, surat izin usaha dan keterampilan khusus tidak diperlukan (Brata, 2004). Usaha berdagang merupakan salah satu alternatif lapangan kerja yang relatif banyak menyerap tenaga kerja, seperti pedagang di Pasar Aur Kuning 2

Bukittinggi. Dimana, pedagang konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi, merupakan mayoritas dibanding pedagang lainnya. Pedagang konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi mendapatkan barang dagangannya dari produsen tetapi ada juga pedagang yang memproduksi sendiri. Table 1.1 Komposisi Pedagang Menurut Jenis Barang Dagangan Pasar Aur Kuning Bukittinggi Tahun 2012 No. Jenis Dagangan Jumlah Pedagang (orang) 1 Kelontong 20 2 Pakaian/Konveksi 5775 3 Sepatu 54 4 Buah 10 5 Roti 9 6 Beras 5 7 Rumah Makan 7 *Jumlah 5880 Sumber: Dinas Pasar Aur Kuning Bukittinggi 2012 *Terdaftar Di Dinas Pengelolaan Pasar Aur Kuning Bukittinggi PDRB Kota Bukittinggi pada tahun 2009 sebesar 1,92 trilliun rupiah naik 2,18 trilliun rupiah pada tahun 2010, angka ini diperoleh dari penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga berlaku atau naik sebesar 13,75 persen, berdasarkan harga berlaku tersebut belum menunjukkan peningkatan kesejahteraan penduduk karena di dalamnya masih terdapat pengaruh inflasi. Dalam periode yang sama dari penghitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, perekonomian Kota Bukittinggi naik dari 0,97 trilliun rupiah pada tahun 2009 menjadi 1,03 trilliun rupiah pada tahun 2010, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,12 persen (Hefinanur, 2010). 3

Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007 2010 Tahun PDRB Konstan 2000 (jutaan rupiah) 2007 862.157,54 2008 918.914,68 2009 969.590,88 2010 1.028.923,29 Sumber: Bukittinggi Dalam Angka 2011 Kontribusi PDRB Kota Bukittinggi terbesar terletak pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa memberikan kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Bukittinggi. dimana sektor jasa-jasa tetap merupakan sektor yang paling dominan dalam membentuk nilai tambah perekonomian dengan mencatat sumbangan sebesar 24,64 persen, peranan kedua terbesar disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni sebesar 22,40 persen. Sektor angkutan dan komunikasi berada pada posisi ketiga dalam perekonomian Kota Bukittinggi yakni dengan pertumbuhan sebesar 22,03 persen tahun 2010 (Hefinanur, 2010). Tabel 1.3 Persentase Struktur Ekonomi Bukittinggi Menurut Lapangan Usaha Tahun2010 No. Lapangan Usaha Persentase 1 Jasa-jasa 24,64% 2 Perdagangan 22,40% 3 Angkutan dan Komunikasi 22,03% 4 Keuangan 11,86% 5 Industri Pengolahan 10,01% 6 Bangunan 4,52% 7 Pertanian 2,44% 8 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,11% Sumber: BPS Kota Bukittinggi 2012 4

Gambar 1.1 Struktur Ekonomi Bukittinggi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 Sumber: BPS Kota Bukittinggi 2012 Di Kota Bukittinggi terdapat tiga pasar yaitu Pasar Atas, Pasar Bawah dan Pasar Aur Kuning. Dari ketiga pasar tersebut jumlah toko dan petak los mengalami perubahan dari tahun 2009 ke tahun 2010, dimana petak toko berjumlah 3.174 dan petak los berjumlah 5.269 (Bukittinggi dalam Angka, 2011). Pusat perdagangan terletak pada Pasar Aur Kuning, Pasar Bawah dan Pasar Atas. Pasar Aur Kuning merupakan lokasi strategis perdagangan di Kota Bukittinggi. Pasar yang dibangun tahun 1980-an dengan luas lahan 2,3 Ha ini menempati urutan teratas dalam hal jumlah pedagang dibandingkan dua pasar yang lain. 5

Tabel 1.4 Jumlah Pedagang yang Berusaha pada Petak Toko dan Los Menurut Lokasi Kota Bukittinggi Tahun 2012 Lokasi Pasar Petak Toko Petak Los Jumlah Pasar Atas 973 265 1238 Pasar Bawah 704 621 1325 Pasar Aur Kuning 1497 4383 5880 Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bukittinggi 2012 Tabel 1.5 Jenis dan Jumlah Bangunan di Pasar Aur Kuning Bukittinggi Tahun 2012 Jenis Bangunan Jumlah Keterangan Toko/Kios 1.497 Toko adalah bangunan permanen yang secara keseluruhan terbuat dari beton. Kios adalah bangunan sepi permanen yang sebagian dibuat dari kayu dan beton. 60% aktif digunakan = 898 Los 4.383 Los adalah bangunan semi permanen yang pakai atap tanpa dinding pembatas antara satu petak dengan petak yang lain. 50% aktif digunakan = 2.191 MCK 4 Mushalla 4 Kantor Dinas Pasar 1 Pos Pelayanan Kesehatan - Sumber: Dinas Pasar Aur Kuning Bukittinggi 2012 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik membahas pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi, dalam skripsi yang berjudul: Analisis Pendapatan Pedagang Konveksi Pasar Aur Kuning Bukittinggi. 6

1.2 Rumusan Masalah Bagi masyarakat diluar wilayah Kota Bukittinggi khususnya aktivitas diluar sektor pertanian bukan merupakan hal yang baru, hal ini dilatar belakangi oleh : a. Tidak cukupnya pendapatan di sektor pertanian. b. Pekerjaan dan pendapatan di usaha tani bersifat musiman, sehingga diperlukan waktu untuk menunggu. c. Usaha tani mengandung resiko dan ketidak pastian (Suryananto, 2005). Oleh sebab itu perdagangan di Pasar Atas, Pasar Bawah dan Pasar Aur Kuning merupakan sentra dari kegiatan perekonomian masyarakat Kota Bukittinggi secara khusus dan Sumatera Barat secara umum. Kegiatan perekonomian di ketiga pasar ini selalu ramai setiap harinya dan para pengunjung datang dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Barat (Dinas Pasar Aur Kuning, 2012). Pasar Aur Kuning merupakan lokasi strategis perdagangan di Kota Bukittinggi. Pasar yang dibangun tahun 1980-an dengan luas lahan 2,3 Ha ini menempati urutan teratas dalam hal jumlah pedagang dibandingkan dua pasar yang lain. Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah daerah setempat menargetkan ketiga pasar ini sebagai pusat kegiatan perekonomian dan grosir pakaian untuk wilayah yang lebih luas. Menciptakan suasana yang kondusif dalam meningkatkan suasana paerdagangan dikawsan pasar. Menggali potensi dan pengembangan kawasan pasar. Meningkatkan kualitas sumber daya pengelolaan pasar. Alasannya, karena Kota Bukittingi merupakan salah satu daerah 7

perlintasan yang menghubungkan beberapa daerah di luar Provinsi Sumatera Barat (Visi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bukittinggi, 2012). Untuk merealisasikan rencana tersebut, pemerintah daerah setempat membangun beberapa sentra-sentra perdagangan dan sarana pendukungnya. Tujuannya adalah untuk memberikan palayanan yang cepat serta kenyamanan bagi para pengunjung yang datang berbelanja ke pasar tersebut (Visi dan Misi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bukittinggi, 2012). Setelah melihat latar belakang masalah, maka perlu diketahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pedagang dan berapa besar pengaruh faktor faktor tersebut khususnya terhadap Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi. Berdasarkan rumusan masalah, beberapa masalah yang telah diidentifikasi yang juga mendukung rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Berapa besar pengaruh jam kerja terhadap pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi? 2. Berapa besar pengaruh modal dagang terhadap pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi? 3. Berapa besar pengaruh pengalaman berdagang terhadap pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi? 4. Berapa besar pengaruh tingkat pendidikan pedagang terhadap pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi? 5. Berapa besar pengaruh umur pedagang terhadap pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi? 8

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa tujuan dan kegunaan penelitian adalah : 1. Menganalisis pengaruh jam kerja terhadap pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi. 2. Menganalisis pengaruh modal dagang terhadap pendapatan Pedagang Konveks di Pasar Aur Kuning Bukittinggi. 3. Menganalisis pengaruh pengalaman berdagang terhadap pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi. 4. Menganalisis pengaruh tingkat pendidikan pedagang terhadap pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi. 5. Menganalisis pengaruh umur terhadap pendapatan Pedagang Konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat penelitian ini bagi penulis sendiri untuk memperluas wawasan penulis mengenai teori pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang khusunya. Dan juga penelitian yang dilakukan ini juga menjadi prasyarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. 2. Dapat bermanfaat bagi Pedagang Konveksi Pasar Aur Kuning Bukittinggi untuk meningkatkan pendapatan mereka. 3. Diharapkan Pemerintah Daerah dapat membina dan mengarahkan Pedagang Konveksi guna peningkatan pendapatan pedagang. 9

3. Dapat menjadi sumber informasi bagi akademisi yang ingin melakukan penelitian serupa menyangkut dengan pendapatan pedagang dan faktorfaktor yang mempengaruhi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar lebih terarahnya pembahasan dalam tulisan ini maka penulis membatasi pada aspek-aspek yang sesuai dengan judul sebagai berikut: a. Unit analisis dalam masalah ini adalah Pedagang Konveksi yang ada di Pasar Aur Kuning Bukittinggi. b. Pedagang Konveksi yang termasuk dalam penelitian ini adalah Pedagang Konveksi yang berada di Pasar Aur Kuning Bukittinggi yang menjual pakaian, baju dan celana yang menempati los-los pada umumnya. 1.6 Sistematika Penulisan Agar pembahasan skripsi ini dapat dipahami secara jelas, maka penulis membagi skripsi ini dalam 5 (lima) bab sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dari studi ini, permasalahan penelitian yang berupa pertanyaan kajian. Berdasarkan perumusan masalah maka dikemukakan tujuan dan kegunaan penelitian. Pada bagian terakhir dalam bab ini akan dijabarkan sistematika penulisan. 2. Bab II Kerangka Teori dan Metodologi Penelitian Bab ini berisi tentang teori-teori dan penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini. Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu, maka dibentuk kerangka pemikiran dan penentuan hipotesis awal dan metodologi penelitian. 10

3. Bab III Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, keadaan geografis, kependudukan dan keadaan ekonomi. 4. Bab IV Penemuan Empiris dan Analisis Bab ini berisi mengenai analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dan pembahasan mengenai hasil analisis dari objek penelitian. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini adalah bab terakhir, dalam bab ini menyajikan secara singkat kesimpulan yang diperoleh dalam pembahasan serta saran. 11