BAB I PENDAHULUAN. untuk bermasyarakat serta berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan. otonomi untuk menentukan nasibnya sendiri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pengamatan dan analisis mengenai Sistem Pemutusan

SURAT PERJANJIAN KERJA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN MENGENAI PROSES

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dan Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hakikat manusia tidak hanya sebagai makhluk individu melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam hubungan kerja adalah

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Anda Stakeholders? Yuk, Pelajari Seluk- Beluk Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Hubungan Industrial

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

STANDARISASI PEMUTUSAN

Pemutusan Hubungan Kerja

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

Definisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 19. (19/1948) Peraturan tentang susunan dan kekuasaan Badan-badan Kehakiman. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Makalah Ketenagakerjaan Sengketa Hubungan Industrial (Hukum Perikatan) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi penempatan Tenaga Kerja.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 butir 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hubungan Industrial adalah kegiatan yang mendukung terciptanya

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN)

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Harvarindo, 2009, hal. 503

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK

BAB III KETENTUAN HUKUM MENGENAI KEJAHATAN TERHADAP KEMERDEKAAN BURUH. strafbaar feit yang memiliki arti sama. Beberapa pendapat para ahli hukum

Pada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan MAKNA PHK BAGI PEKERJA

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan

SURAT PERINGATAN. No. 001/HRD-SP/CV-PREBU/XII/2016

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM M E M U T U S K A N

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bahwa hal ini

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan mendorong

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN-BADAN KEHAKIMAN DAN KEJAKSAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan Tuhan untuk saling berinteraksi, bermasyarakat, dan saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan pribadi, kebutuhan untuk bermasyarakat serta berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan dasar (naluri), walaupun manusia membutuhkan manusia lainnya dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, tetapi manusia tetap memiliki otonomi untuk menentukan nasibnya sendiri. Pada awalnya, kegiatan perekonomian tidak mempunyai susunan atau struktual yang teratur. Namun, setelah peradaban manusia berkembang dan semakin meningkatnya kebutuhan hidup, maka mulailah manusia mempelajari bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, atau bagaimana usaha usaha untuk mencapai kemakmuran. Adapun kegiatan pokok ekonomi yang dilakukan manusia yaitu kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi adalah kegiatan manusia untuk menggunakan barang atau jasa secara berangsurangsur atau sekaligus habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan. Adanya kegiatan konsumen dan kegiatan produsen maka adanya hubungan yang terbentuk yaitu hubungan industrial. Hubungan industrial adalah kegiatan yang mendukung terciptanya hubungan yang harmonis antara 1

2 pelaku bisnis yaitu pengusaha, karyawan, dan pemerintah, sehingga tercapai ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha. Tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan yang saling membutuhkan. Pengusaha tidak akan dapat menghasilkan produk barang ataupun jasa jika tidak didukung oleh pekerja, demikian pula sebaliknya. Pada Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 Pasal 1 ayat (16) Hubungan Industrial didefinisikan sebagai Suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/ atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Meskipun suatu perjanjian kerja atau perjanjian perburuhan telah berlaku bagi para pihak yang telah mengikat masing-masing pihak namun dalam pelaksanaannya seringkali tidak sejalan seperti yang diharapkan, sehingga menimbulkan perselisihan. Timbulnya perselisihan antara pengusaha dengan pekerja/buruh biasanya berpangkal dari adanya perasaan kurang puas. Dimana pengusaha memberikan kebijakan yang menurut pertimbangannya sudah baik dan dapat diterima oleh pekerja/buruh, namun kenyataannya pekerja/buruh yang bersangkutan memiliki pemikiran dan pandangan yang berbeda-beda, maka akibatnya kebijakan yang diberikan oleh pengusaha menjadi tidak sejalan sehingga terjadilan perselisihan-perselisihan. Selain masalah perselisihan hubungan industrial antara pihak pekerja/buruh dan

3 pihak pengusaha dalam satu perusahaan sekarang yang marak terjadi adalah Pemutusan Hubungan Kerja. Pemutusan Hubungan Kerja (yang selanjutnya disingkat PHK) dapat diartikan sebagai pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara perkerja/buruh dan pengusaha/majikan. Setiap alasan PHK mengandung konsekuensi yang berbeda, khususnya mengenai hak para pekerja/buruh yang di PHK karena ada yang karena PHK pekerja tersebut harus mendapatkan uang pesangon, uang penggantian hak dan uang penghargaan masa kerja. Akan tetapi, walaupun aturan soal PHK dan konsekuensi yang harus diterima oleh pekerja dan atau dilakukan oleh pengusaha sudah diatur dalah Undang-Undang Ketenagakerjaan dengan rinci akan tetapi persoalan PHK selalu menjadi perdebatan. Ada pekerja yang menganggap tidak pantas untuk di PHK, ada yang menganggap proses PHK yang dikenakan padanya tidak sesuai prosedur bahkan ada pelaku usaha yang telah melakukan PHK akan tetapi tidak mau membayar uang pesangon atau pengganti hak. Persoalan PHK ini tidak hanya menjadi perdebatan biasa antara pekerja dan pengusaha. Akan tetapi persoalan ini bahkan tidak sedikit yang kemudian masuk ke pengadilan hubungan industrial untuk memperoleh putusan pengadilan.

4 B. KASUS POSISI Menarik masalah Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja hal ini dapat dilihat dari salah satu contoh kasus yang akan dikaji oleh penulis. Penulis menemukan permasalahan hukum yang menarik dalam putusan nomor 38/G/2011/PHI/PN.Bdg. Setelah membaca hasil dari putusan, terdapat penyimpangan hukum yang terjadi di dalam kasus tersebut yakni perusahaan tempat Penggugat bekerja memutuskan hubungan kerja karena Penggugat sakit dan sering tidak masuk. Dilain pihak, terdapat pengaturan dalam Undang - Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa : apabila pekerja sakit perusahaan masih harus membayar upah pegawai dan membiayai pengobatan pegawai selama 1 (satu) tahun sebelum pegawai diberhentikan. Peraturan tersebut terdapat dalam Pasal 153 butir a Undang - Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan : pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus. Di dalam putusan diketahui bahwa Penggugat sakit semenjak Oktober 2009 dan sering tidak masuk kerja dan puncaknya pada Februari 2010 Penggugat tidak masuk kerja selama 3 (tiga) minggu berturut turut. Penggugat sudah melampirkan surat dokter ditambah izin via SMS kepada Wakil Direktur Perusahaan Penggugat dan disarankan untuk berobat ke

5 dokter. Penggugat telah berupaya untuk datang ke perusahaan dengan diantar oleh anak Penggugat, namun dalam perjalanan menuju lokasi perusahaan terhambat oleh banjir besar sehingga Penggugat tidak dapat mencapai lokasi perusahaan milik Tergugat. Penggugat tetap berusaha memaksakan diri hadir ke perusahaan beberapa hari setelah banjir untuk bekerja dan diantar oleh anak Penggugat. Namun beberapa saat kemudian, Penggugat mengalami kondisi badan yang drop sehingga hampir pingsan yang waktu itu juga diketahui oleh Wakil Direktur Perusahaan Penggugat, kemudian Penggugat pulang meninggalkan perusahaan. Pada tanggal 22 Februari 2010 Penggugat tidak menghadiri sidang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Pengadilan Hubungan Industrial. Pada tanggal 2 Maret 2010 Penggugat menyampaikan 3 (tiga) surat keterangan dokter melalui pegawai perusahaan Tergugat yang datang menjenguk ke rumah Penggugat untuk disampaikan kepada Wakil Direktur Perusahaan Penggugat dan telah diterima dengan baik. Pada tanggal 8 Maret 2010, Penggugat telah kedatangan utusan dari perusahaan Tergugat bernama Sdr. Erwin dengan maksud menyampaikan bahwa Penggugat telah diberhentikan pertanggal 5 Maret 2010 dengan kebijakan sebesar 2 (dua) bulan gaji. Penggugat menerima putusan Pemutusan Hubungan Kerja, akan tetapi Penggugat mengatakan bahwa Penggugat menginginkan hak hak Penggugat sesuai dengan perundang undangan yang berlaku dan hal itu disampaikan oleh Sdr. Erwin kepada Tergugat. Tergugat bersikeras bahwa

6 hanya akan memberikan uang penghargaan sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) tetapi Penggugat menolak. Berdasarkan permasalahan hukum diatas penulis akan membahas tentang pelanggaran Pasal 153 butir a Undang - Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tentang PHK. Jelas bahwa Penggugat sakit dan surat dokter terlampir tetapi karena alasan Tergugat perusahaan dalam keadaan merugi karena terkena banjir besar dan perusahaan tidak mau merugi lebih besar dengan membiayai pengobatan Penggugat maka dari itu Penggugat diberhentikan dari pekerjaannya. Penggugat merasa hal itu tidak adil maka dari itu Penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial untuk meminta hak haknya.