PENERIMAAN DAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN TAHUN Rata-rata pertumbuhan PDB 5 tahun terakhir = 19,79% sedangkan Rata-rata

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN PERTIMBANGAN APBN-P 2010

PENDAHULUAN Latar Belakang

Meningkatkan Tax Ratio Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan tax ratio secara bertahap

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

PENERIMAAN PERPAJAKAN SEKTOR EKONOMI TRADABLE DAN NON TRADABLE

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional

TINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I. Oleh : Kelompok II. M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Panama papers yang merupakan fenomena bocornya kumpulan 11,5 juta

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia guna mencapai masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) sangat penting bagi penerimaan Negara karena pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian. Pajak memiliki peranan yang sangat penting karena pajak merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

Optimalisasi Pajak: Tinjauan Kelembagaan dan Politik Anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. Pendahuluan. II. Penyesuaian Besarnya PTKP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan realisasi penerimaan pajak untuk beberapa

B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN DALAM APBN SERTA POTENSI DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mendengar kata Pajak, kebanyakan dari kita akan segera

APAKAH SUBSIDI BBM BEBAN BERAT BAGI APBN?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Kajian Potensi Penerimaan Perpajakan Berdasarkan Pendekatan Makro. Ringkasan eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan di Indonesia berubah yang awalnya official assessment system menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung. kemandirian keuangan suatu negara. Menurut Soemitro (1988) Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, pembangunan maupun untuk biaya rutin negara.

BAB I PENDAHULUAN. negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah (garant), sedangkan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi negara maka penerimaan pajak sebesar-besarnya sesuai ketentuan

PENTINGNYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I 2012

KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS

Adi Syahputra: Perpajakan, 2006 USU Repository 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

Transkripsi:

PENERIMAAN DAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN TAHUN 2013 1. Gambaran Penerimaan Perpajakan Target penerimaan perpajakan pada APBN tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1.193,0 triliun, terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri sebesar Rp1.134,3 triliun dan pendapatan pajak perdagangan internasional sebesar Rp58,7 triliun. Dalam APBN 2013 juga ditetapkan bahwa asumsi pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 6,8 % dan laju inflasi sebsar 4,9%. Dengan kondisi demikian maka pertumbuhan alami pajak tahun 2013 adalah 11,7%. Pertumbuhan alami peneriaam pajak adalah pertumbuhan realisasi pajak secara standar yang dihitung dari inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Artinya, tanpa upaya extraordinary penerimaan pajak akan tumbuh 11,7%. Dengan demikian perlu ada upaya extra effort dari pemerintah agar pertumbuhan pajak di atas pertumbuhan alaminya. Rata-rata pertumbuhan PDB 5 tahun terakhir = 19,79% sedangkan Rata-rata pertumbuhan Pajak 5 tahun terakhir = 21,23%. Pajak tumbuh 0,07% Lebih cepat daripada laju PDB. Dengan growth rate 5 tahun terakhir, pencapaian target penerimaan perpajakan diharapkan dapat lebih tinggi 1. Target penerimaan pajak tiap tahun memang selalu naik, sayangnya realisasi penerimaan perpajakan selama ini cenderung dibawah target yang ditetapkan dalam APBN maupun APBNP kecuali tahun 2008. Untuk tahun 2013 Pemerintah juga sudah memastikan setidaknya ada beberapa sektor yang mengalami penurunan pajak. Kenaikan pendapatan tidak kena pajak dipastikan akan mengurangi penerimaan pajak. Naiknya biaya usaha dengan UMP yang naik juga akan menurunkan laba usaha. Untuk itu, perlu dilihat persoalan-persolan mendasar dalam penerimaan perpajakan selain melihat pada persolan global maupun eksternal. 1 Kajian Penerimaan Pajak, Edi Pambudi Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 1

2. Persoalan Struktur Perpajakan Dengan melihat trend perkembangan penerimaan perpajakan dan trend perkembangan PDB selama 4 dasawarsa sejak tahun 1969 hingga tahun 2008 nampak bahwa terjadi pertumbuhan sangat pesat (pola eksponensial) setelah melewati tahun 1984. Seiring jalan dengan trend PDB, perubahan sistem pemungutan pajak dari official assessment (pajak dibayar oleh masyarakat dihitung dan ditetapkan oleh otoritas pajak) menjadi self assessment (perhitungan dan penetapan pajak dibayar oleh masyarakat pembayara pajak) memberikan dorongan pertumbuhan penerimaan perpajakan. Determinan terbesar dari PDB adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencapai rata-rata 70% dari total PDB, sedangkan determinan paling dominan dari penerimaan perpajakan adalah Pajak Penghasilan (PPh) Non Migas dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang rata-rata proporsinya kebetulan sama dengan determinan penentu dari PDB, yaitu sebesar 70%. Sehingga, jika kita plot keduanya terhadap PDB dalam grafik menunjukkan pola yang mirip. Tinjauan Struktur Dasar Setelah 40 Tahun Perjalanan... Trend PPh Non Migas Eksponensial mengikuti trend PDB 25000 20000 15000 10000 5000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 Self Assessment Awal Tax Reform 1969/1970 1971/1972 1973/1974 1975/1976 1977/1978 1979/1980 1981/1982 1983/1984 1985/1986 1987/1988 1989/1990 1991/1992 1993/1994 1995/1996 1997/1998 1999/2000 2001 2003 2005 2007 1969/1970 Self Assessment 1972/1973 1975/1976 1978/1979 1981/1982 1984/1985 Awal Tax Reform 1987/1988 ppn 1990/1991 1993/1994 1996/1997 pdb 1999/2000 2002 2005 2008 pphnm pdb Trend PPN juga Eksponensial mengikuti trend PDB 600000 500000 400000 300000 200000 100000 Determinan PDB terbesar: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (~70%) membentuk trend determinan Penerimaan Perpajakan terbesar (~70%) Sumber : Kajian Penerimaan Perpajakan, Edi Pambudi Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 2

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa pertumbuhan penerimaan pajak sangat berkorelasi dengan pertumbuhan PDB karena komponen terbesar dari keduanya mempunyai pola yang sama atau dengan kata lain penerimaan pajak sangat dominan didorong oleh besaran pengeluaran konsumsi rumah tangga. Persoalan kedua adalah terjadi ketidakseimbangan sebaran antara jumlah wajib pajak menurut kelompok besarnya omset dengan besarnya kontribusi per kelompok tersebut pada penerimaan pajak. Wajib pajak yang mempunyai omset sangat besar dan dilaporkan ke kantor pajak ternyata sangat kecil dari keseluruhan jumlah wajib pajak, namun kontribusi mereka dalam penerimaan pajak paling dominan. Sebaliknya, jumlah wajib pajak dalam kelompok yang omsetnya kecil sangat besar dan kontribusi mereka pada urutan kedua. Gambaran lebih jelas ditunjukkan dengan tabel berikut: Groups of Gross Sales % Num. Taxpayer % Tax Paid Up to Rp 1 Million 74.85 8.85% Rp 1 Million Rp 10 Million 1.20 1% Rp 10 Million Rp 50 Million 3.00 2% Rp 50 Million Rp 100 Million 2.39 0.31% Rp 100 Million Rp 500 Million 7.51 0.37% Rp 500 Million Rp 1 Billion 3.01 0.45% Rp 1 Billion Rp 10Billion 5.78 4.31% Rp 10 Billion Rp 100 Billion 1.90 10.36% Above Rp 100 Billion 0.35 75.32% Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 3

Sumber : Kajian Penerimaan Perpajakan, Edi Pambudi Wajib pajak yang omset dilaporkan lebih dari Rp 100 milyar jumlahya hanya sebesar 0,35% dari seluruh jumlah wajib pajak yang terdaftar tetapi menyumbang 75,32% dari total pajak yang diterima. Sedangkan wajib pajak yang omset dilaporkan tidak lebih dari Rp 1 juta jumlahnya mencapai 74,85% dari semua wajib pajak yang ada dan memberikan masukan pajak sebesar 8,85% dari pajak yang diterima. Kondisi ini bisa mengkuatirkan, bila kelompok wajib pajak dengan omset besar mengalihkan investasinya ke negara lain (perfect capital mobility) akibat dibebani pajak yang semakin besar berakibat penerimaan pajak akan merosot (potential loss sebesar 75,32%). Sebaran ini juga menunjukkan keadaan yang tidak seimbang. Persoalan lalu muncul dengan diberlakukannya UU Perpajakan yang menganut sistem pemungutan mandiri (self assessment). Pertama, masyarakat yang memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tidak sepenuhnya melaksanakan kewajiban pokok pajaknya, yaitu melaporkan surat pemberitahuan pajak (SPT). Padahal ini menjadi ukuran utama kinerja Ditjen Pajak selain pencapaian target. Tingkat kepatuhan penyampaian SPT ini terus merosot dari tahun ke tahun berbanding terbalik dengan pencapaian target yang terus meningkat. Akibatnya, pondasi perpajakan di Indonesia sangat rapuh karena peningkatan target penerimaan tidak ditopang dengan peningkatan kepatuhan wajib pajaknya. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 4

Corporate Income Tax Collection vs Tax Returns Filed billions rupiahs 20000 40000 60000 80000 100000 Sumber : Kajian Penerimaan Perpajakan, Edi Pambudi 3. Tax Ratio Rasio penerimaan perpajakan terhadap produk domestik bruto/pdb (tax ratio) Indonesia tahun 2009 2012 berkisar antara 11,0 persen 12,3 persen. Besarnya penerimaan perpajakan dalam perhitungan tax ratio tersebut hanya memperhitungkan penerimaan perpajakan yang dipungut oleh Pemerintah pusat, tidak termasuk penerimaan pajak daerah dan SDA migas. Jika penerimaan pajak daerah dan SDA migas dimasukkan dalam perhitungan tax ratio, maka tax ratio Indonesia tahun 2009 2012 menjadi lebih tinggi, yaitu berkisar antara 14,1 persen 15,8 persen. Perhitungan tax ratio yang memasukkan penerimaan pajak daerah dan SDA migas merupakan tax ratio dalam arti yang lebih luas. Perkembangan tax ratio Indonesia tahun 2009 2012 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. 2002 2004 2006 2008 year Art25CO-A Fitted values percentage 30 32 34 36 38 40 2002 2004 2006 2008 year Art25CO Fitted values Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 5

Perkembangan Tax Ratio Indonesia Tahun 2009-2012 (triliun rupiah) 2009 2010 2011 2012 Penerimaan Perpajakan (1) 619.9 723.3 873.9 1021.8 SDA Migas (2) 125.8 152.7 193.5 201.1 Penerimaan Pajak Daerah (3) 45.1 47.7 63.6 81.6 PDB (4) 5613.4 6422.2 7427.1 8274 Tax Ratio (arti sempit) = 1 : 4 11.0% 11.3% 11.8% 12.3% Tax Ratio (arti luas) = (1+2+3) : 4 14.1% 14.4% 15.2% 15.8% Sumber : Kementerian Keuangan Penerimaan Pajak daerah tahun 2010-2012 merupakan data APBD Untuk melihat perbandingan tax ratio antar negara perlu menggunakan Tax Ratio berdasarkan OECD Model. Tax Ratio Indonesia 2010 adalah 14,64%, sama dengan Philipina. India 10,9%, Thailand 17%, Malaysia 15,5%, dan Amerika Serikat 18,4%. Tax Ratio RI 2012 based on OECD Model adalah 15,4%. 2 Selain lingkup penerimaan perpajakan, hal lain yeng perlu diperhatikan dalam perhitungan tax ratio adalah komponen Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam teknis perhitungan dapat menimbulkan perdebatan, terkait dengan validitas perhitungannya. Termasuk dalam hal ini adalah masalah klasik berupa konsep harga yang secara konsep mengandung makna distorsi, proses imputasi dalam penghitungan PDB serta kemungkinan tidak tercatatnya sektor informal bahkan ekonomi bawah tanah (underground economy). Dalam proses perhitungan PDB riil, patokan tahun yang menjadi basis perhitungan juga bisa menjadi sangat politis karena biasanya dipilih untuk tahun yang tingkat inflasinya rendah agar hasil agregasi PDB menjadi tinggi. 4. Saran : Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaporan dan pembayaran pajak, tidak hanya fokus pada peningkatan jumlah pendaftaran NPWP. Menyusun upaya extraordinary untuk meningkatkan tax ratio. *** Penulis : Martiasih Nursanti, SE 2 http://www.pajak.go.id/content/news/dirjen-pajak-tax-ratio-indonesia-tinggi-ada-kesalahanpenghitungan-tax-ratio Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 6