TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

TABEL 5. REVIEW TERHADAP RANCANGAN AWAL RKPD TAHUN 2018 KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

CATATAN HASIL KEGIATAN KESATUAN GERAK PKK-KKB-KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

MATERI TELAAH PROGRAM KKBPK TAHUN 2016 BIDANG KELUARGA SEJAHTERA DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA. Jakarta, 5 September 2016

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PENDUDUK MELALUI PROGRAM KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK)

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

MATRIKS 2.3. RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM ( RADALGRAM ) MARET 2016 PROVINSI ACEH

RUMUSAN RAPAT KERJA DAERAH PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2009

BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

KAMPUNG K B OLEH DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUN DAN PERLINDUNGAN ANAK,PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

MISI MISI VISI PENDUDUK VISI & MISI KEPENDUDUKKAN CATATAN SIPIL & KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TAPIN

RENCANA AKSI TAHUN 2018 DP2KBP3A KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PRESENTASI PROGRAM TAHUN 2007 SEKTOR PENGUATAN KELUARGA SEJAHTERA DIREKTORAT PERAN PEREMPUAN DAN ANAK BRR NAD NIAS

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF V.1 Rencana Program V.1.1. Rencana Program Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB. I TARGET SASARAN KINERJA PELAKSANAAN KEPENDUDUKAN DAN KB PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

Grafik 1. Cakupan Laporan JANUARI 45,67 39,75 FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

ANALISIS DAN EVALUASI PROGRAM KKBPK TAHUN 2015

M ISI V ISI.HOXDUJD %HUNXDOLWDV RENCANA STRATEGIS B K K B N N ILA I-N ILA I

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

KEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

KETERPADUAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KB NASIONAL DENGAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Februari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Data s.d Maret P a g e

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN (RADALGRAM) DATA sd. SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Mei 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Page 1

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

DAFTAR ISI B. PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA C. PROGRAM KETEHANAN DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA D. PROGRAM PENGUATAN PELEMBAGAAN KELUARGA KECIL

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Desember 2012 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011)

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB PROVINSI JAWA TENGAH

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Agustus 2012 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN JULI 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

EVALUASI PROGRAM KKBPK KABID ADPIN

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN FEBRUARI 2013

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Januari 2012 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian

RENCANA KERJA BP3AKB (Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan KB) KECAMATAN PANIMBANG TAHUN 2016

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG TRIAD KRR DI SMAN KECAMATAN KISARAN TAHUN 2013

PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

LAPORAN UMPAN BALIK FEBRUARI 2016 PELAYANAN KONTRASEPSI DAN PENGENDALIAN LAPANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Grafik 1. Cakupan Laporan Kaltim FEBRUARI 24,86 FKB FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA PEMERINTAH. Grafik 2. Cakupan Laporan Kaltara FEBRUARI

Transkripsi:

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI Dr. Junaidi, SE, M.Si (Disampaikan pada Rapat Koordinasi Perwakiltan BKKBN Provinsi Jambi tanggal 1 September 2016) I. LATAR BELAKANG RPJMN 2015-2019 merupakan tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025, yang memberi arah kebijakan memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang. Survei Indikator Kinerja RPJMN 2015 merupakan survei untuk memotret pencapaian program, dan dirancang menghasilkan estimasi parameter tingkat provinsi dan nasional. Tujuan survei adalah untuk mengetahui pencapaian hasil indikator kinerja pencapaian program kependudukan dan KB seperti yang tertuang pada RPJMN 2015-2019, yang meliputi aspek keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pemberdayaan dan ketahanan keluarga, keterpaparan informasi kependudukan dan KB dari media; serta pengetahuan, sikap dan praktek tentang kependudukan. Secara lebih spesifik indikator kinerja yang dihasilkan pada survei ini adalah: 1) Indikator kinerja pada aspek keluarga berencana adalah pengetahuan pasangan usia subur yang mengetahui semua alat/cara KB modern; 2) Indikator kinerja pada aspek kesehatan reproduksi remaja adalah indeks pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja; 3) Indikator kinerja pada aspek ketahanan keluarga adalah persentase PUS anggota Poktan BKB, BKR, BKL, UPPKS yang mendapat pembinaan kesertaan ber-kb, persentase anggota Poktan BKB, BKR, BKL, UPPKS yang melaksanakan 8 (delapan) fungsi keluarga, dan persentase keluarga yang mempunyai pemahaman dan kesadaran tentang 8 fungsi keluarga; 4) Pada aspek keterpaparan informasi kependudukan dan KB dari media, indikatornya adalah persentase PUS, WUS, remaja, keluarga yang mendapat informasi program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga) melalui media massa, media luar ruang, media lini bawah, serta lini lapangan. Pada pengetahuan kependudukan, indikatornya adalah indeks pengetahuan masyarakat tentang issu kependudukan. 1

Manfaat survei meliputi: a) untuk penilaian keberhasilan program dan kualitas intervensi yang dilakukan BKKBN dan unit unit pengelola program KB; b) sebagai masukan bagi para pengambil kebijakan dalam menyusun strategi pelaksanaan program kedepan. Survei dilakukan di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Responden adalah keluarga dan remaja usia 15-24 tahun belum menikah. Jumlah responden yang berhasil diwawancarai di Indonesia adalah 44.904 keluarga dan 41.885 remaja dan untuk Provinsi Jambi sebanyak 1.069 keluarga dan 1.066 remaja. II. HASIL SURVAI 2.1. Pengetahuan Keluarga dan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Kepada keluarga dan remaja ditanyakan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR), antara lain pengetahuan tentang masa subur, umur sebaiknya menikah dan mempunyai anak pertama, anemia, HIV dan AIDS, napza, dan KB. Persentase keluarga yang mengetahui masa subur wanita adalah 75,9 persen. Angka ini lebih besar dibandingkan secara nasional yang sebesar 73,6 persen. Keluarga yang mengetahui masa subur dengan benar, yaitu di tengah antara dua haid hanya 32,4 persen, dan juga lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 23,3 persen. Selanjutnya terkait pengetahuan tentang apakah remaja perempuan dapat hamil meski hanya sekali hubungan seksual, 68,6 persen keluarga menyatakan mengetahui. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan nasional (69,3 persen). Persentase remaja yang mengetahui masa subur wanita adalah 54,5 persen. Angka ini lebih kecil dibandingkan secara nasional yang sebesar 57,5 persen. Remaja yang mengetahui masa subur dengan benar, yaitu di tengah antara dua haid 23,7 persen, dan lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 17,3 persen. Selanjutnya terkait pengetahuan tentang apakah remaja perempuan dapat hamil meski hanya sekali hubungan seksual, 67,3 persen remaja menyatakan mengetahui. Angka ini lebih tinggi dibandingkan nasional (64,3 persen). 2

Tabel 1. Pengetahuan Keluarga dan Remaja tentang Masa Subur Wanita Pengetahuan Jambi Indonesia Kel. Remaja Kel. Remaja Mengetahui masa subur wanita 75.9 54.5 73.6 57.5 Mengetahui periode masa subur wanita 32.4 23.7 23.3 17.3 Remaja perempuan dapat hamil meski hanya sekali hubungan seksual 68.6 67.3 69.3 64.3 Pengetahuan keluarga tentang umur ideal menikah pertama, melahirkan pertama, umur aman melahirkan termuda dan tertua pada Tahun 2015 sudah bagus. Berdasarkan pengetahuan keluarga, rata-rata umur perempuan sebaiknya menikah 21 tahun, sedangkan laki-laki 25 tahun. Rata-rata umur perempuan punya anak pertama satu tahun lebih tinggi dari umur menikah (22 tahun). Selanjutnya rata-rata umur tertinggi yang aman untuk melahirkan adalah 38,5 tahun. Tingkat pengetahuan ini juga sudah relatif bagus untuk remaja. Tabel 2. Pengetahuan Keluarga dan Remaja tentang Umur Sebaiknya Menikah dan Melahirkan Pengetahuan Jambi Indonesia Kel. Remaja Kel. Remaja Umur perempuan sebaiknya menikah (rata-rata) 21 21.9 20.9 22.2 Umur laki-laki sebaiknya menikah (rata-rata) 25 25.4 24.8 25.5 Umur sebaiknya perempuan punya anak pertama 21.9 22.7 21.9 23.3 Umur terendah yang aman untuk melahirkan 20.5 20.6 20.4 20.8 Umur tertinggi yang aman untuk melahirkan 38.5 38.1 36.1 36.1 Persentase keluarga yang pernah mendengar anemia sebesar 59,8 persen, menurun dibandingkan Tahun 2014 (6 4,4 persen). Dari total keluarga yang mendengar anemia masih banyak yang tidak mampu menyatakan arti anemia dengan benar (41,1 persen menjawab kurang tepat atau tidak tahu). Angka ketidaktahuan/ketidaktepatan ini meningkat dibandingkan Tahun 2014 (36,3 persen) dan lebih tinggi dibandingkan angka nasional (38,9 persen). Persentase keluarga yang pernah mendengar HIV/AIDS Tahun 2015 sebesar 80,4 persen, sedikit meningkat dibanding Tahun 2014 (80,2 persen). Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan nasional (78,6 persen). Umumnya (80,6 persen) k eluarga yang pernah 3

mendengar HIV/AIDS mengetahui bahaya HIV/AIDS, tetapi hanya 54,4 persen yang mengetahui cara menghindari HIV/AIDS. Selain itu, pengetahuan keluarga tentang penyakit IMS juga masih rendah (44,6 persen) dan juga relatif lebih rendah dibandingkan nasional (50,1 persen). Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan kondisi Tahun 2014 (36,4 persen) telah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Selanjutnya, pengetahuan keluarga tentang NAPZA relatif tinggi 86,8 persen, meskipun sedikit mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2014 (87,6 persen). Persentase remaja yang pernah mendengar anemia sudah relatif baik yaitu sebesar 75,8 persen. Meskipun demikian, dari total remaja yang mendengar anemia masih banyak yang tidak mampu menyatakan arti anemia dengan benar (41,1 persen menjawab kurang tepat atau tidak tahu). Angka ketidaktahuan/ketidaktepatan lebih tinggi dibandingkan angka nasional (33,3 persen). Persentase remaja yang pernah mendengar HIV/AIDS sebesar 92,1 persen. Lebih tinggi dibandingkan nasional (90,4 persen). Umumnya (89,7 persen) remaja yang pernah mendengar HIV/AIDS mengetahui bahaya HIV/AIDS, tetapi hanya 67,0 persen mengetahui cara menghindari HIV/AIDS. Selain itu, pengetahuan remaja tentang penyakit IMS juga masih rendah (49,8 persen) dan lebih rendah dibandingkan nasional (56,9 persen). Selanjutnya, pengetahuan remaja tentang NAPZA relatif tinggi 94,1 persen, dibandingkan nasional yang sebesar 93,4 persen. Dari total remaja yang pernah mendengar mengenai NAPZA, 7.6 persen diantaranya pernah mengkonsumi NAPZA, dengan rata-rata umur pertama kali mengkonsumsi adalah 16,3 tahun. Tabel 3. Pengetahuan Keluarga dan Remaja tentang Anemia, HIV/AIDS, IMS dan NAPZA Pengetahuan Jambi Indonesia Kel. Remaja Kel. Remaja Pernah mendengar mengenai Anemia 59.8 75.8 65 72.3 Tidak tahu/ tidak tepat mengartikan Anemia 41.1 41.1 38.9 33.3 Pernah mendengar mengenai HIV/AIDS 80.4 92.1 78.6 90.4 Mengetahui bahaya HIV/AIDS 80.6 89.7 82 88.5 Mengetahui cara menghindari HIV/AIDS 54.4 67 59.8 68.7 Pernah mendengar penyakit IMS 44.6 49.8 50.1 56.9 Pernah mendengar NAPZA 86.8 94.1 86.8 93.4 Pernah dengar dan pernah konsumsi NAPZA 7.6 7.5 Rata-rata umur pertama kali konsumsi NAPZA 16.3 16 4

Berdasarkan berbagai item pengetahuan KRR di kalangan keluarga, dapat dihitung indeks komposit pengetahuan keluarga tentang KRR. Untuk Provinsi Jambi, angka ini masih relatif masih rendah, yaitu 46,6 untuk (rentang indeks 0-100). Meskipun demikian jika dilihat secara nasional, indeks Provinsi Jambi masih relatif baik, dimana secara nasional adalah sebesar 45,9. Provinsi Jambi menempati posisi ke 11 tertinggi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Indeks yang sama juga dihitung untuk remaja. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa indeks pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja relatif lebih baik dibandingkan indeks pengetahuan keluarga. Tabel 4. Indeks Pengetahuan Keluarga dan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Indeks Pengetahuan Jambi Indonesia Kel. Remaja Kel. Remaja Masa Subur 33 23.3 27.1 20.3 Umur Sebaiknya Menikah dan Melahirkan 51 56 49.8 54.6 Penyakit Anemia dan HIV/AIDS 39.6 49.2 47 55.9 Narkoba 84 90.7 80.2 88.7 Indeks Komposit Pengetahuan KRR 46.6 49 45.9 49 2.2. Pengetahuan Remaja tentang Keluarga Berencana/PKBR/Genre Pengetahuan remaja tentang suatu alat/cara KB (minimal tahu 1 jenis alat/cara KB) relatif tinggi yaitu sebanyak 98,3 persen. Pengetahuan remaja tentang suntik KB, pil, kondom tinggi, sementara alat/cara KB lainnya relatif rendah. Tabel 5. Persentase Remaja Menurut Jenis Alat/Cara KB yang Pernah Di Dengar Jenis Alat/Cara KB Jambi Indonesia Sterilisasi wanita 12.6 21 Sterilisasi pria 10.4 14.5 Pil 93.6 81.8 IUD 36.9 36.9 Suntik 82.5 76.8 Implan 55.2 45.7 Kondom 90.4 84.8 Metode MAL 12.8 15.5 Kontrasepsi Darurat 7.4 8.8 Pantang Berkala 17.9 18.5 Senggama Terputus 22.2 25 5

Menurut Program Penundaan Usia Perkawinan, usia menikah wanita adalah minimal 20 tahun, dan usia menikah laki-laki 25 tahun. Batasan usia menikah bagi wanita antara lain pertimbangan dari aspek kesehatan yaitu umur yang aman dan sehat untuk kesiapan wanita hamil anak pertama. Remaja menginginkan menikah rata-rata pada usia 23,4 tahun untuk wanita dan 25,7 tahun untuk pria. Keinginan remaja mempunyai jumlah anak di masa mendatang, rata-rata untuk wanita 2,5 anak dan pria 2,6 anak. Sebesar 67,7 persen remaja wanita dan 46,3 persen remaja pria ingin memakai kontrasepsi di masa mendatang Selanjutnya, terkait dengan sosialisasi GenRe, remaja yang mendengar istilah GenRe baru 30,4 persen pada remaja wanita dan pada remaja wanita 25,9 persen. Tabel 6. Remaja menurut rata-rata umur rencana menikah, jumlah anak, keinginan ber KB dan pengetahuan GenRe Uraian Jambi Indonesia Rata-rata umur rencana menikah remaja wanita 23.4 23.8 Rata-rata umur rencana menikah remaja pria 25.7 25.5 Rata-Rata jumlah anak yang diinginkan remaja wanita 2.5 2.4 Rata-rata jumlah anak yang diinginkan remaja pria 2.6 2.6 Persentase remaja wanita akan memakai alat/cara KB dimasa mendatang 67.7 62.5 Persentase remaja pria akan memakai alat/cara KB dimasa mendatang 46.3 42.5 Persentase remaja wanita mengetahui istilah GenRe 30.4 36.2 Persentase remaja pria mengetahui istilah GenRe 25.9 30.7 2.3. Pacaran dan Perilaku Seksual Remaja Persentase remaja laki-laki yang mengakui pernah mempunyai pacar sedikit lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan ( 86,8 persen berbanding 83,7 persen). Dalam mengungkapkan kasih sayang, 89,2 persen remaja mengakui berpegangan tangan, 33,4 persen cium bibir dan 7,9 persen meraba/merangsang. Kepada remaja juga ditanyakan apakah pernah melakukan hubungan seksual. Berdasarkan survei ditemukan bahwa 4,2 persen remaja pria dan 1,1 persen remaja wanita pernah melakukan hubungan seks 6

Tabel 7. Pacaran dan perilaku seksual remaja Uraian Jambi Indonesia Persentase remaja pria pernah punya pacar 86.8 78.7 Persentase remaja wanita pernah punya pacar 83.7 76.2 Cara ungkapkan kasih sayang Pegang tangan 89.2 86.4 Cium bibir 33.4 31.7 Meraba/Merangsang 7.9 12 Remaja pria pernah melakukan hubungan seks 4.2 9.2 Remaja wanita pernah melakukan hubungan seks 1.1 2.9 2.4 Keterpaparan Media (Keluarga dan Remaja) Persentase keluarga mendapat minimal satu informasi kependudukan, KB dan KRR melalui media massa (cetak dan elektronik) sudah baik dan ini sudah mencapai target indikator kinerja yang ditetapkan (88 persen). Sementara informasi dari media luar ruang relatif masih rendah. Persentase keluarga mendapat minimal satu informasi kependudukan, KB dan KRR melalui media luar ruang tercatat masing-masing 40,1 persen, 55,7 persen dan 38,6 persen, belum mencapai target indikator kinerja yang ditetapkan pada 2015 (88 persen). Selain itu, terkait dengan media luar ruang ini, kondisi yang dicapai Provinsi Jambi juga masih relatif rendah dibandingkan secara nasional. Kondisi yang sama juga terlihat untuk remaja. Sebagaimana halnya pada keluarga, persentase remaja yang mendapatkan informasi kependudukan, KB dan KRR dari media luar ruang juga masih relatif rendah. Tabel 8. Persentase Keluarga dan Remaja Pernah Mendengar Minimal Satu Informasi Kependudukan, KB dan KRR dari Media Massa dan Luar Ruang Indeks Pengetahuan Jambi Indonesia Kel. Remaja Kel. Remaja Informasi Kependudukan Media Massa 96.6 95.1 94.8 96 Media Luar Ruang 40.1 56.6 50.3 63.5 Informasi tentang KB Media Massa 94.9 96.4 94.4 95.7 Media Luar Ruang 55.7 65.8 63.3 68.8 Informasi KRR Media Massa 94.3 96.1 95 97.1 Media Luar Ruang 38.6 50.7 46 58.5 7

2.5 Kegiatan Tribina (Bina Keluarga Balita/BKB, Bina Keluarga Remaja/BKR dan Bina Keluarga Lansia/BKL Dari total keluarga yang mempunyai balita, 17,6 persen menyatakan pernah mendengar BKB dan dari yang pernah mendengar tersebut, 27,6 pernah menjadi anggota BKB. Angka ini relatif lebih rendah dibandingkan nasional, dimana yang pernah mendengar BKB mencapai 25,6 persen dan pernah menjadi anggota BKB 33,1 persen. Dalam survei ditanyakan pengalaman atau praktek keluarga tentang cara pengasuhan dan tumbuh kembang anak balita dan anak remaja. Ada tiga cara pengasuhan dan tumbuh kembang anak ditinjau dari aspek perkembangan fisik/badan, aspek perkembangan jiwa/mental, dan aspek perkembangan sosial. Pengalaman keluarga dalam pengasuhan dan tumbuh kembang balita umumnya masih rendah. Melalui penghitungan indeks komposit berdasarkan pengalaman keluarga dalam pengasuhan dan tumbuh kembang dari aspek fisik, jiwa, dan sosial balita di Provinsi Jambi menunjukkan 52,3 (rentang indeks 0-100). Angka ini juga terlihat sedikit lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 55,2 Dari total keluarga yang mempunyai remaja, hanya 7,9 persen menyatakan pernah mendengar BKR. Angka ini relatif lebih rendah dibandingkan nasional, dimana yang pernah mendengar BKR sebesar 11,8 persen. Dari total keluarga yang mempunyai lansia, hanya 6,9 persen menyatakan pernah mendengar BKL. Angka ini relatif lebih rendah dibandingkan nasional, dimana yang pernah mendengar BKL sebesar 11,6 persen. Tabel 9. Kegiatan Tribina Uraian Jambi Indonesia Pernah mendengar BKB 17.6 25.6 Pernah jadi anggota BKB 27.6 33.1 Indeks komposit pengalaman pengasuhan tumbuh kembang balita 52.3 55.2 Pernah mendengar BKR 7.9 11.8 Pernah jadi anggota BKR - 16.5 Pernah mendengar BKL 6.9 11.6 Pernah jadi anggota BKL - 16.6 8

2.6 Pemahaman dan Kesadaran Delapan Fungsi Keluarga Dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas, BKKBN membagi fungsi keluarga menjadi 8 fungsi keluarga, yaitu agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Setiap fungsi dalam delapan fungsi keluarga mempunyai makna dan peran penting dalam keluarga, yang diharapkan dapat menjadi pijakan dan tuntunan keluarga dalam menjalani roda kehidupan. Berkaitan dengan hal tersebut melalui survei ini ditanyakan kepada keluarga tentang pemahaman, kesadaran, dan pengalamannya dalam menjalankan fungsifungsi tersebut. Tahun 2015 ditetapkan target 10 persen keluarga memiliki pemahaman dan kesadaran tentang 8 fungsi keluarga. Berdasarkan hasil wawancara tentang 8 fungsi keluarga, kebanyakan responden menjawab dua jawaban di masing-masing fungsi keluarga, untuk itu dibuat penghitungan satu angka yang dapat mencerminkan pemahaman dan kesadaran tentang delapan fungsi keluarga. Secara umum persentase keluarga yang memahami dan melaksanakan minimal dua nilai di masing-masing 8 (delapan) fungsi keluarga adalah 5.4 persen. Angka ini masih relatif jauh dari target yang ditetapkan di tahun 2015 sebesar 10 persen. Selain itu, jika dibandingkan dengan angka secara nasional yang sebesar 15,6 persen, capaian yang diperoleh oleh Provinsi Jambi masih relatif tertinggal. 2.7 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Keluarga dan Remaja Tentang Kependudukan Berkaitan dengan pengetahuan keluarga tentang isu kependudukan, telah ditetapkan indikator kinerja: Keluarga dan remaja yang mengetahui tentang isu kependudukan. Untuk mendapatkan angka tentang isu kependudukan dilakukan penghitungan komposit indeks pengetahuan keluarga dan remaja tentang isu-isu kependudukan, yang mencakup unsur-unsur dampak buruk pertambahan penduduk, pengaturan pertambahan penduduk, persiapan masa tua, dampak urbanisasi, usia produktif, dan menjaga lingkungan. Indeks pengetahuan tentang isu kependudukan adalah sebesar 34,9 untuk keluarga dan 39,0 untuk remaja (rentang indeks 0 100). Angka yang dicapai Provinsi Jambi ini masih tergolong rendah dan masih dibawah angka nasional yang sebesar 36,9 (keluarga) dan 40,4 (remaja) 9

Tabel 10. Indeks Pengetahuan Keluarga dan Remaja tentang Isu Kependudukan Indeks Pengetahuan Jambi Indonesia Kel. Remaja Kel. Remaja Dampak buruk pertambahan penduduk 36.4 41 38 43.6 Pengaturan pertambahan penduduk 47.5 49.2 46.8 49.6 Persiapan masa tua 48.1 48.9 48 49.1 Dampak urbanisasi 20.8 32.1 23.2 31 Usia produktif 30.2 34.2 31.9 35.2 Menjaga lingkungan 26.2 28.8 33.4 34.1 Indeks Komposit 34.9 39 36.9 40.4 III. REKOMENDASI 3.1 Keluarga Perlu bimbingan dan pembinaan secara langsung dari petugas KB dan pihak terkait kepada kelompok BKB, BKR, BKL. Pengetahuan/wawasan para anggota kelompok dan masyarakat secara umum perlu terus ditingkatkan, melalui pemberian KIE tentang KB, Kependudukan dan KRR di berbagai kesempatan pertemuan yang ada di masyarakat. Diharapkan kegiatan ini juga dapat meningkatkan pemakaian KB para anggota kelompok kegiatan. Untuk pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak perlu mengembangkan kualitas dan keterpaduan kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita dengan PAUD dan Posyandu. Sekaitan dengan hal tersebut perlu mengintensifkan pertemuan lintas sektor, pembinaan petugas lapangan KB, kaderisasi kader Poktan, serta pelatihan bagi kader dan pengurus Poktan. Untuk kelompok lanjut usia perlu pembinaan dan meningkatkan kualitas kehidupan keluarga lansia dan lansianya. Dalam rangka peningkatan keterpaparan media perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas KIE KKB melalui berbagai media. Selain itu perlu meningkatkan produksi media dan materi KIE, ketersediaan dan kemudahan akses informasi KKB, serta mengembangkan materi dan prototype media KIE KKB sesuai kebutuhan dan segmentasi sasaran. Untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan praktek (PSP) kependudukan di kalangan keluarga, perlu sosialisasi tentang masalah kependudukan melalui berbagai media massa dan media luar ruang. 10

3.2 Remaja Pada aspek kesehatan reproduksi remaja (KRR), perlu meningkatkan sosialisasi tentang KRR secara ekstensif dan intensif kepada remaja melalui berbagai media. Media yang digunakan dan dioptimalkan untuk sosialisasi meliputi a) media massa, yaitu TV, koran/majalah, internet dan media luar ruang (poster dan spanduk); b) petugas, yaitu guru, petugas KB, bidan/perawat; c) forum pertemuan, yaitu sekolah, karang taruna, pertemuan keagamaan, dan pertemuan PKK. Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan, sikap, dan praktek (PSP) remaja tentang KRR meningkat. Sasaran kegiatan sosialisasi KRR ditujukan kepada para remaja sejak dini (remaja mulai usia 10 12 tahun), mengingat pada kelompok usia ini sebagian diantaranya sudah mengalami akilbaliq (mendapat haid bagi remaja wanita dan mengalami mimpi basah bagi remaja pria). Hal ini dimaksudkan agar remaja mempunyai pengetahuan KRR yang memadai dan diharapkan mereka akan berperilaku KRR yang sehat dan positif. Sasaran lain dalam sosialisasi KIE KRR adalah orang tua, khususnya ibu. Ibu memerlukan peningkatan/penguatan pemahaman KRR, melalui pemanfaatan dan pengoptimalan berbagai media maupun forum yang sesuai dan berjalan di masyarakat (PKK/Bina Keluarga Remaja). Penyampaian KIE tentang substansi KRR agar difokuskan pada kualitas pengetahuan tentang KRR, khususnya saat masa subur yang tepat, bahaya risiko kehamilan remaja, pencegahan penularan HIV dan AIDS, dan akibat mengkonsumsi NAPZA. Pada aspek KB dan GenRe, perlu meningkatkan sosialisasi/kie kepada remaja tentang perencanaan usia menikah yang matang, yaitu dari aspek kesehatan, kejiwaan, sosial, ekonomi, melalui berbagai media dan forum sesuai yang ada di masyarakat. Untuk istilah GenRe, agar disosialisasikan kepada masyarakat/remaja tentang singkatan GenRe, maksud GenRe, dan mencakup isi/muatan kampanye GenRe. Rata rata umur rencana menikah bagi remaja pria dan wanita sudah sesuai dengan target, namun untuk mencapai peningkatan usia perkawinan tersebut, remaja perlu mendapatkan kesempatan dan kemudahan, misalnya pendidikan, kursus kursus, keterampilan, maupun kegiatan olahraga di lingkungannya. Materi KIE perlu ditambah dengan substansi NKKBS dan pola penggunaan kontrasepsi rasional. Aspek lainnya yang 11

direkomendasikan adalah peningkatan sosialisasi GenRe pada berbagai media dan forum pertemuan formal dan informal. Dalam hal keterpaparan media terhadap informasi Kependudukan dan KB, perlu menggalakkan KIE tentang masalah kependudukan, agar remaja sejak dini peduli terhadap masalah masalah kependudukan. Media yang digunakan untuk KIE meliputi media massa (televisi, koran, internet) dan media luar ruang (poster, s panduk). Juga mengoptimalkan forum pertemuan remaja di masyarakat (Remaja masjid, Karang Taruna, PIK-Remaja). Selain itu, perlu mengintensifkan KIE tentang KB dan KRR kepada remaja melalui media massa (televisi, koran, radio), media luar ruang ( spanduk, poster, brosur); melalui guru, petugas KB, bidan/perawat; dan melalui forum pertemuan remaja yang ada di masyarakat. Untuk meningkatkan Pengetahuan Sikap Perilaku kependudukan di kalangan remaja perlu mengembangkan dan menyebarluaskan materi pendidikan kependudukan melalui jalur formal, informal, dan non formal. Selain itu perlu meningkatkan kerjasama dengan mitra terkait untuk mengintegrasikan dan mengimplementasikan pendidikan kependudukan. Sosialisasi tentang kependudukan juga perlu dilakukan melalui berbagai media massa, media luar ruang, dan lomba-lomba lainnya (karya tulis, pidato, poster, blogger). 12