I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

ABSTRACT PENGARUH PENDIDIKAN, PEKERJAAN, USIA KAWIN PERTAMA, PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).


BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI SOSIAL EKONOMI PUS PENGGUNA MOW DAN MOP DI TANJUNG ANOM

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

I. PENDAHULUAN. mengalami masalah kependudukan. Masalah kependudukan di Indonesia tersebut,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per tahun selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 1,49% (Profil

PENDAHULUAN SUMBER DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRAKTEK KELUARGA BERENCANA (KB) PADA PASANGAN USIA SUBUR MUDA PARITAS RENDAH (PUS MUPAR) JURNAL. Oleh. Ilma Safitri ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di Indonesia. Penemuan Penicillin tahun 1930 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat dunia, secara kuantitas penduduk Indonesia merupakan yang terbesar keempat setelah China, India, dan Amerika Serikat (BKKBN, 2007: 2). Pertumbuhan pendudukan yang tinggi menimbulkan masalah bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup warga negaranya. Di Provinsi Lampung, berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk Lampung 6.741.439 juta jiwa dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu mencapai 7.608.405 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk ada kenaikan di Provinsi Lampung, hal ini terlihat dari tahun 1990-2000 yaitu sebesar 1,17% per tahun dan tahun 2000-2010 yaitu sebesar 1,24% per tahun (BPS, 2010: 10). Sementara itu, Total Fertility Rate (TFR) Provinsi Lampung, berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), sudah dapat diturunkan dari 2,7 pada tahun 2002/2003, menjadi 2,5 tahun 2007 (SDKI, 2007: 32), tetapi pada tahun 2012 TFR di Provinsi Lampung meningkat menjadi 2,7 (SDKI, 2012: 8). Hal ini tidak sesuai dengan sasaran atau target yang harus dicapai dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2 2010-2014 bahwa sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan Program KB adalah menurunnya TFR menjadi 2,36 pada tahun 2014 (SDKI, 2012: 9). Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 909.989 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,47% per tahun (BPS, 2010: 7). Dari jumlah penduduk tersebut, persentase terbesar yaitu sekitar 19,16% berada di Kecamatan Natar. Kecamatan Natar merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang besar yaitu sebanyak 174.396 jiwa. Di Kecamatan Natar terdiri dari 26 desa yang salah satunya Desa Merak Batin, yaitu salah satu desa yang memiliki jumlah penduduk yang banyak yaitu 14.430 jiwa (Monografi Kecamatan, 2013). Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, pemerintah mencanangkan suatu gerakan Keluarga Berencana (KB) dengan mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk mewujudkan penduduk dan keluarga-keluarga yang berkualitas. Idealnya, untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP) dibutuhkan syarat: 1) TFR sekitar 2,1 anak per WUS. 2) NRR (Net Reproductive Ratio) = 1 anak, yaitu rata-rata anak perempuan 1 orang pada setiap keluarga. 3) Keikutsertaan ber-kb minimal 70%. Ketiga syarat tersebut harus dapat dipertahankan selama 40 tahun berturut-turut, tidak boleh

3 mengendor apalagi memburuk (BKKBN, 2007: 3). Kenyataannya masih dijumpai keluarga pasangan usia subur (PUS) yang memiliki anak lebih dari dua orang, seperti halnya yang terdapat pada keluarga pasangan usia subur di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2014. Desa Merak Batin, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan berpenduduk 14.430 jiwa yang terdiri dari 3.310 Kepala Keluarga, dan dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 2.204 Kepala Keluarga dengan jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 5.640 jiwa (Monografi Desa Merak Batin, Tahun 2013). Sebagai gambaran tentang jumlah anak yang dilahirkan pasangan usia subur (PUS) di desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Jumlah Anak Lahir Hidup Pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Setiap Dusun di Desa Merak Batin, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013. No. Dusun Jumlah PUS (orang) Jumlah anak PUS (orang) Rata-rata 1 Merak Batin Induk 253 908 3,57 2 Srikaton 125 323 2,58 3 Pasar Lama 148 401 2,70 4 Citerep 316 766 2,42 5 Tanjung Seneng 310 778 2,50 6 Tanjung Waras 696 1627 2,33 7 Banjarjo 356 837 2,35 Jumlah 2204 5640 2,55 Sumber: PLKB Desa Merak Batin, 2013. Dari Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa rata-rata jumlah anak yang dilahirkan PUS di Desa Merak Batin Tahun 2013 masih tergolong tinggi, yaitu lebih dari 2 orang dengan rata-rata 2,55 anak yang kemungkinan masih dapat menambah anak lagi.

4 Hal ini tidak sesuai dengan kebijakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yaitu jumlah anggota keluarga yang ideal adalah 4 orang yang terdiri dari satu ayah, satu ibu, dan dua anak cukup. Keluarga yang memiliki anak 2 dikategorikan sebagai keluarga kecil atau sedikit dan yang memiliki anak > 2 dikategorikan sebagai keluarga besar atau memiliki anak banyak. Keluarga pasangan usia subur (PUS) yang memiliki anak lebih dari dua orang masih dijumpai di Desa Merak Batin, tetapi tidak semua PUS di Desa Merak Batin sudah memiliki anak, hanya 2035 PUS yang sudah memiliki anak yang dilahirkan minimal satu, yang terdiri atas 775 PUS (38,08 persen) yang memiliki anak kurang dari atau sama dengan dua ( 2) anak dan 1260 PUS (61,92 persen) yang memiliki anak lebih dari dua atau (> 2) anak (Monografi Desa Merak Batin, 2013). Banyaknya anak yang dimiliki oleh PUS di Desa Merak Batin ini tidak sesuai dengan visi BKKBN yaitu Penduduk Tumbuh Seimbang 2015. Dalam mencapai kondisi penduduk tumbuh seimbang merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional yaitu mewujudkan pertumbuhan penduduk yang stabil yang ditandai dengan menurunnya angka fertilitas (TFR) menjadi 2,1 per wanita atau Net Reproduction Rate (NRR) sama dengan 1 (BKKBN, 2011: 5). Besar kecilnya jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya, stuktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepi dan pendapatan/kekayaan (Mantra, 2003: 147).

5 Tingkat pendidikan wanita PUS di Desa Merak Batin masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini: Tabel 2. Tingkat Pendidikan Wanita PUS di Desa Merak Batin Tahun 2013. No. Tingkat Pendidikan Jumlah Wanita Persentase (%) PUS 1. Tidak tamat SD 330 14,97 2. Tamat SD-SMP 1071 48,59 3. SMA 637 28,80 4. Perguruan Tinggi 150 6,80 Jumlah Total 2204 100,00 Sumber : PLKB Desa Merak Tahun 2013. Berdasarkan Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa persentase terbesar (48,59 persen) adalah wanita PUS yang memiliki tingkat pendidikan yang tergolong masih rendah. Hal ini dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu 48,59 persen hanya tamat SD - SMP dan wanita pasangan usia subur yang memiliki tingkat pendidikan tinggi hanya 6,80 persen Hal ini dapat diketahui bahwa menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 20), pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau Universitas. Sehingga masih banyak wanita pasangan usia subur di Desa Merak Batin memiliki pendidikan yang rendah yaitu dengan sebagian besar yaitu 48,59 persen wanita PUS hanya tamat SD - SMP. Rendahnya tingkat pendidikan dapat berpengaruh pada jumlah anak yang dilahirkan yaitu semakin rendah tingkat pendidikan cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak sebaliknya dengan tingkat pendidikan yang tinggi dapat berpengaruh atau berdampak pada pembatasan jumlah anak yang

6 dilahirkan, dimana hal ini dapat tejadi melalui meningkatnya usia kawin pertama, karena tingginya tingkat pendidikan dan penggunaan alat kontrasepsi. Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki wanita PUS di Desa Merak Batin berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan yang memerlukan keahlian yang memadai dengan imbalan yang lebih baik. Hal ini yang menyebabkan wanita pasangan usia subur di Desa Merak Batin tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga dan hanya sebagian wanita yang bekerja. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 3 Berikut ini: Tabel 3. Pekerjaan Wanita PUS di Desa Merak Batin Tahun 2013. No. Pekerjaan Jumlah Wanita PUS Persentase (%) 1. Tidak Bekerja 1.473 66,84 2. Bekerja 731 33,16 Jumlah Total 2.204 100,00 Sumber : PLKB Desa Merak Batin Tahun2013. Berdasarkan Tabel 3, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar 1.473 (66,84 persen wanita PUS) di Desa Merak Batin hanya sebagai ibu rumah tangga, sedangkan yang bekerja hanya 731 persen (33,16 wanita PUS). Hal ini dapat diketahui karena masih banyaknya wanita PUS yang memiliki pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang sehingga sulit untuk mencari pekerjaan. Menurut Muchtar dan Purnomo (2009: 5) wanita yang bekerja di luar rumah cenderung mempunyai anak lebih sedikit, sedangkan wanita yang hanya mengurus rumah tangga mempunyai anak lebih banyak. Untuk mengatasi tingkat kelahiran bayi tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan perkawinan usia pertama. Usia kawin pertama dapat diduga berkaitan dengan banyaknya

7 jumlah anak yang dilahirkan, karena dengan usia kawin yang relatif muda maka masa melahirkan lebih lama, sehingga memperbesar kemungkinan bagi seorang ibu untuk melahirkan banyak anak. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, pasal 6 ayat 2 Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Seperti halnya yang terdapat di Desa Merak Batin, masih terjadi rendahnya usia kawin pertama wanita PUS, hal ini dapat terlihat dari data perkawinan yang terjadi selama lima tahun terakhir, tetapi berdasarkan data yang diperoleh dari KUA Kecamatan Natar, tidak semua perkawinan PUS tercatat di KUA, hal ini disebabkan karena tidak semua PUS menikah di KUA Kecamatan Natar, berikut ini merupakan perkawinan yang tercatat di KUA Kecamatan Natar selama lima tahun terakhir dari tahun 2009 sampai 2013 yaitu pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Usia Kawin Pertama wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013. No. Usia Tahun Kawin 2009 2010 2011 2012 2013 1. 20 50 60 74 64 131 (64,11) (55,55) (52,11) (49,23) (65,18) 2. >20 28 48 68 66 70 (35,89) (44,45) (47,89) (50,77) (34,82) Jumlah 78 108 142 130 201 (100,00) (100,00) (100,00) (100,00) (100,00) Sumber: KUA Kecamatan Natar Tahun, 2013. Total 379 (57,51) 280 (42,48) 659 (100,00) Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa usia kawin pertama selama 5 tahun terakhir dari tahun 2009-2013 di Desa Merak Batin, yaitu wanita PUS lebih banyak menikah pada usia kawin pertama kurang dari atau sama dengan 20 tahun ( 20) sebanyak

8 379 (57,51 persen), dibandingkan yang menikah pada usia dewasa yaitu usia kawin lebih dari 20 tahun (>20) sebanyak 280 (42,48 persen). Rata-rata usia kawin pertama di Desa Merak Batin dari tahun 2009-2013 ada peningkatan yaitu pada tahun 2009 rata-rata usia kawin pertama yaitu 17 tahun, kemudian pada tahun 2010-2012 rata-rata usia kawin pertama meningkat menjadi 18 tahun, kemudian pada tahun 2013 meningkat yaitu dengan rata-rata usia kawin pertama yaitu umur 19 tahun yang dimana masih tergolong rendah. Dimana rata-rata usia kawin di tingkat Provinsi Lampung dan Nasional yaitu 19,38 tahun dan rata-rata usia kawin pertama di tingkat Nasional yaitu 19,70 tahun (BPS, 2010: 5). Tren usia kawin pertama wanita PUS yang menikah pada usia kurang dari atau sama dengan 20 tahun ( 20) cenderung meningkat dari tahun 2009-2013. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran wanita PUS di Desa Merak Batin untuk menunda perkawinan masih rendah, karena masih terjadi usia kawin pertama yang tergolong rendah yaitu pada usia kurang dari atau sama dengan 20 tahun, dimana hal ini menunjukan bahwa pendewasaan usia pernikahan (PUP) diduga belum berjalan dengan maksimal di Desa Merak Batin. Menurut BKKBN (2013: 37) yang menyatakan pendewasaan usia pernikahan (PUP) untuk meningkatkan usia kawin pertama yaitu mencapai usia minimal 21 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria, karena semakin rendah usia kawin pertama, maka masa perkawinannya menjadi lebih lama dan masa reproduksinya menjadi semakin panjang yang kemungkinan semakin besar memberi kesempatan untuk melahirkan. Usia kawin pertama yang meningkat seharusnya diiringi dengan penurunan fertilitas, sementara usia kawin pertama bukan merupakan

9 satu-satunya upaya penurunan fertilitas, upaya yang lain yaitu dengan penggunaan alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur (PUS). Secara umum, wanita PUS di Desa Merak Batin yang menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebanyak 1.518 (68,0 persen) dan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu 686 (32,0 persen), PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi memiliki berbagai alasan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi (PLKB Kecamatan Natar, 2013). Dari jumlah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 1.518 (68,0 persen), jenis alat kontrasepsi (KB) yang dipakai PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan 2014, dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Jenis Alat Kontrasepsi Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013. No. Alat Kontrasepsi Akseptor KB Persentase (%) Non Metode Kontrasepsi Jangka 1106 72,86 Panjang (Non MKJP) 1. SUNTIK 645 42,49 2. PIL 450 29,64 3. KONDOM 11 0,73 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 412 27,14 5. IMPLANT/SUSUK KB 222 14,62 6. IUD (Intra Uterine Device) 144 9,48 7. MOP/Vasektomi 26 1,72 8. MOW/Tubektomi 20 1,32 Jumlah 1518 100,0 Sumber: PLKB Desa Merak Batin Tahun 2013. Berdasarkan data pada Tabel 5, diketahui bahwa jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB dibagi menjadi dua yaitu alat kontrasepsi Metode

10 Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). Jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh PUS adalah suntik (42,49 persen) dan pil (29,64 persen) menempati urutan kedua. Kedua jenis alat kontrasepsi tersebut merupakan metode kontrasepsi Non MKJP, yaitu alat kontrasepsi jangka pendek yang tingkat kegagalannya relatif tinggi jika dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOW/Tubektomi, MOP/Vasektomi, Implant/Susuk. Jadi, dapat diketahui bahwa wanita PUS yang menggunakan alat kontrasepsi banyak menggunakan jenis alat kontrasepsi Non MKJP dibanding dengan MKJP. Sedangkan alat kontrasepsi Non MKJP memiliki efektifitas yang rendah dan resiko kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat kontrasepsi MKJP yang diduga berdampak pada jumlah anak yang dilahirkan seperti terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan diharapkan. Berdasarkan latar belakang masalah, maka ingin diteliti tentang pengaruh lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Banyaknya jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. 2. Pendidikan wanita PUS yang rendah.

11 3. Banyaknya wanita PUS yang tidak bekerja. 4. Rendahnya usia kawin pertama wanita PUS. 5. Keikutsertaan PUS sebagai akseptor KB masih rendah. 6. Penggunaan alat kontrasepsi oleh wanita PUS yang tidak teratur. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Lama pendidikan wanita PUS. 2. Jenis pekerjaan wanita PUS. 3. Usia kawin pertama wanita PUS. 4. Penggunaan alat kontrasepsi oleh wanita PUS. 5. Banyaknya jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan lama pendidikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan jenis pekerjaan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS? 3. Apakah ada pengaruh yang signifikan usia kawin pertama terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS?

12 4. Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS? 5. Apakah ada pengaruh yang signifikan lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh lama pendidikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. 2. Untuk mengetahui pengaruh jenis pekerjaan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. 3. Untuk mengetahui pengaruh usia kawin pertama terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. 4. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. 5. Untuk mengetahui pengaruh lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. F. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan geografi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.

13 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian yang sejenis di lokasi lain. 3. Hasil penelitian ini, diharapkan berguna bagi pembaca dalam melakukan penelitian tentang banyaknya jumlah anak yang dilahirkan PUS. G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014. 2. Ruang lingkup subjek penelitian adalah semua wanita pasangan usia subur (PUS) yang memiliki anak lahir hidup minimal satu di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014. 3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Desa Merak Batin Tahun 2014. 4. Ruang lingkup ilmu adalah Demografi. Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial (Donald J. Bague dalam Pollard dan Yusuf, 1989: 12).