BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Dedi Laksono, FKM UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 6.1 Grafik Recordable Injuries by Injury Location

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran faktor-faktor..., Ami Kesumaningtyas, FKM 1 UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi suatu produk cepat menjadi ketinggalan zaman, pasar global tidak

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia di seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik bagi pekerja

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

Kebutuhan dan Tantangan tenaga Kesehatan Masyarakat di Sektor Industri. Konas IAKMI ke-13 Makassar, 3-5 November Topik

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi telah meluas di seluruh kawasan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan pasien menjadi prioritas yang utama dalam setiap pelayanan kesehatan (ECRI Institute, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut catatan World Health Organization (WHO), 45% penduduk dunia dan 58% penduduk yang berusia diatas sepuluh tahun tergolong tenaga kerja. Diperkirakan dari jumlah tenaga kerja di atas, sebesar 35% sampai 50% pekerja di dunia terpajan bahaya fisik, kimia, biologi dan juga bekerja dalam beban kerja fisik dan ergonomi yang melebihi kapasitasnya, termasuk pula beban psikologis serta stress. Data tersebut menunjukkan bahwa pekerja di selurh dunia bekerja ditempat yang penuh dengan berbagai macam bahaya yang mempunyai risiko langsung maupun yang baru diketahui risikonya setelah waktu yang cukup lama yang berisiko menimbulkan kecelakaan maupun gangguan kesehatan. Berdasarkan statistik dari International Labour Office, 120 juta kecelakaan kerja terjadi setiap tahunnya di tempat kerja di seluruh dunia. Bird (1974) dalam (Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980), bahwa kecelakaan kerja menimbulkan kerugian, yaitu berupa cidera dan kerusakan. Salah satu cidera yang diakibatkan karena terjadinya kecelakaan kerja adalah cidera tangan. Tangan dan jari manusia memiliki peran terbesar dalam pekerjaan, sehingga tidak kaget lagi jika cidera tangan adalah cidera yang paling sering terjadi di tempat kerja. Data terkait cidera tangan akibat kerja di Indonesia masih sangat langka, bahkan tidak ada data. Sehingga data-data mengenai cidera tangan yang disajikan adalah data-data yang berasal dari negara lain. Di India, cidera tangan adalah kejadian cidera akibat kerja atau cidera domestik yang paling umum dimana 24% dari 855 cidera akibat kerja yang tercatat adalah cidera tangan (David dan Goel, 2001). Sementara itu, The National Electronic Injury Surveillance System melaporkan bahwa jari dan tangan adalah bagian tubuh yang paling sering mengalami cidera di tempat kerja dan membutuhkan penanganan ruang emergensi rumah sakit. Setiap tahun di Amerika Serikat, 1,08 juta orang ditangani karena cidera tangan akibat kerja. Bureau of Labor Statistics (2006), mencatat bahwa di Amerika Serikat pada tahun 2006, dari 205.000 penyakit dan cidera akibat kerja, 1

2 27%-nya adalah tangan. Dengan tingkat kejadian untuk penyakit dan cidera tangan akibat kerja pada sektor industri swasta adalah 29.6 pekerja penuh waktu per 10.000 pekerja penuh waktu. Rata-rata setiap tahunnya di Turki 70 ribu sampai 80 ribu pekerja berkunjung ke fasilitas kesehatan dikarenakan kecelakaan kerja, 18 ribu (20-25%) pekerja diantaranya menderita cidera tangan, dimana cidera tangan merupakan rangking pertama setiap tahunnya dalam urutan organ dan sistem yang terluka akibat kecelakaan kerja (Social Security Statistics, Turkish Statistical Institute, 2007 dalam Serinken, Karcioglu, dan Sener 2008). Cidera tangan akibat kerja adalah jenis cidera akibat kerja yang paling umum dan merupakan masalah tuntutan pekerjaan yang penting di Australia dan cidera tangan akibat kerja adalah penyebab yang paling umum cidera akibat kerja yang membutuhkan penanganan departemen emergensi di Australia dan juga menyebabkan setiap tahunnya 8400 pekerja masuk rumah sakit. Cidera tangan akibat kerja terbentang dari cidera yang ringan sampai yang sangat parah, paling umum melibatkan jari, dengan jenis cidera yang paling umum adalah luka terbuka dan amputasi adalah tipe cidera yang paling parah (Australian Safety and Compensation Council, Juli 2008). Namun studi mengenai cidera tangan akibat kerja bukan hanya dari sisi tingginya persentase kejadian dan tingkat keparahannya, melainkan juga dari sisi dampak kerugian ekonomi dan hilangnya hari kerja yang ditimbulkan. Laporan dari negara lain menunjukkan bahwa antara 20%-50% klaim asuransi adalah untuk cidera tangan (Leung dan Chan, 1981 dalam Sullivan dan Colville, 1993). Di Amerika Serikat, biaya rumah sakit untuk setiap cidera tangan terhitung sampai US$22.000 (Gaul, 1987 dalam Sullivan dan Colville, 1993) dibandingkan dengan 275 untuk setiap cidera tangan di India (Mathur & Sharma, 1988 dalam Sullivan dan Colville, 1993). Data statistik dari Departemen Buruh di Irlandia menyatakan bahwa 20% dari total manfaat klaim cidera adalah untuk cidera tangan (Havelin, 1990 dalam Sullivan dan Colville, 1993). Studi prospektif yang dilakukan oleh Sullivan dan Colville pada tahun 1990 di Departemen Kecelakaan dan Klinik Tangan Rumah Sakit Beaumont Irlandia terhadap 156 pasien cidera tangan, menunjukkan bahwa total biaya untuk 156 pasien diperkirakan mencapai IR 73.919 dan total biaya terbesar adalah biaya cidera tangan pada pekerja yaitu

3 IR 41.139 (55.65%). Rata-rata biaya untuk cidera tangan adalah IR 474 per cidera. Total hari kerja yang hilang adalah 1203 hari kerja, dengan hari kerja yang hilang terendah adalah 2 hari kerja (cidera berupa tercabik yang terinfeksi) dan hari kerja yang hilang teringgi adalah 57 hari kerja (amputasi) serta rata-rata hari kerja yang hilang adalah 7,9 hari kerja tiap pasien. 50% cidera tangan terjadi di tempat kerja dan menyebabkan biaya yang lebih besar karena cidera tangan di tempat kerja melibatkan cidera yang lebih serius dan karena pekerja membutuhkan tingkat rehabilitasi tangan yang lebih tinggi untuk dapat kembali bekerja (return to work). Menurut Sullivan dan Colville (1993) dalam The Economic Impact of Hand Injuries, cidera tangan yang terjadi karena kecelakaan kerja dapat menyebabkan konsekuensi yang lebih serius dibandingkan bagian tubuh yang lain baik dari segi kerugian klinis maupun kerugian ekonomi. Oleh karena itu cidera tangan akibat kerja harus dicegah dan dikendalikan dengan baik agar tidak menimbulkan beban bagi perusahaan maupun negara, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Berdasarkan Surveillance for nonfatal occupational injuries treated in hospital emergency departments United States 1996 (1998), cidera tangan akibat kerja dapat dicegah seperti cidera pada bagian tubuh yang lain. Apabila dilihat dari tingginya angka kejadian cidera tangan di tempat kerja dan kerugian biaya yang ditimbulkan, maka di tempat kerja harus diadakan dan dikembangkan program pencegahan cidera tangan akibat kerja, sehingga apabila cidera tangan akibat kerja dapat dikurangi, maka akan mengurangi kerugian biaya yang ditanggung perusahaan maupun negara. Tentunya program tersebut harus mengintervasi faktor-faktor penyebab cidera tangan akibat kerja. Studi yang dilakukan Leung dan Ng terhadap 88 orang pasien cidera tangan akibat kerja di Departemen Kecelakaan Rumah Sakit Kwong Wah Hongkong selama Oktober 1975 Januari 1976, hasilnya menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera tangan 17,24% - nya disebabkan faktor manusia yang terdiri dari kecerobohan (10,2%), tergesa-gesa (5,68%), kelelahan (1,36%). Studi tentang cidera tangan yang terjadi di tempat kerja dan di luar tempat kerja, yang dilakukan oleh Smith, dkk terhadap pasien cidera tangan

4 di Edinburg, hasilnya menunjukkan bahwa kecelakaan yang mengakibatkan cidera tangan disebabkan kegagalan peralatan atau kurangnya ketrampilan (8%), kecerobohan (47%), kondisi lingkungan (20%), kekerasan dan alkohol (12%), dan sisanya penyebab yang tidak spesifik. Studi yang dilakukan David dan Goel terhadap pekerja perkebunan tebu di India, hasilnya menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera tangan 63% - nya terkait dengan kecerobohan. Studi yang dilakukan oleh Sorock, dkk terhadap pasien cidera tangan akibat kerja dari 23 klinik kesehatan kerja di lima negara bagian Amerika Serikat selama tahun 1997-2000, hasilnya menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera tangan disebabkan kecerobohan (17%), terganggu (14%), kecelakaan kerja yang aneh (12%), kerepotan (10%), performa mesin atau peralatan yang tidak seperti biasa (8%), tidak diketahui (5%), tangan tergelincir (5%), metode yang tidak seperti biasa (5%), atau tindakan teman sepekerjaan (4%). Hasil studi-studi tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor penyebab terbesar kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera tangan adalah faktor manusia. Oleh karena itu salah satu program pencegahan cidera tangan yang dikembangkan di tempat kerja adalah kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja. Dimana menurut Planek (1998), kampanye keselamatan dilakukan untuk memfokuskan perhatian pekerja pada sebuah masalah kecelakaan. Jadi, kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja dilakukan untuk memfokuskan perhatian pekerja pada masalah cidera tangan akibat kerja agar faktor manusia yang dapat menyebabkan cidera tangan akibat kerja dapat dikurangi. Sementara itu Cooper (2001) menyebutkan bahwa kampanye keselamatan digunakan secara meluas di banyak industri untuk mengedukasi para pekerja agar bekerja secara aman dan kampanye keselamatan diyakini hemat biaya, dengan alasan sederhananya adalah kampanye keselamatan dapat menjangkau jumlah pekerja yang banyak. TOTAL E&P INDONESIE yang merupakan salah satu kontraktor bagi hasil migas (minyak dan gas bumi) terbesar di Indonesia dimana sektor migas adalah sektor yang berisiko tinggi terhadap kejadian cidera tangan akibat kerja. PEC Primer Safety Management, Inc., menyebutkan bahwa sepertiga (sekitar 30%) kecelakaan kerja di industri minyak dan gas adalah cidera tangan. Bahkan

5 pada tahun 2007, cidera tangan dan jari akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE mencapai lebih dari 50% dan secara umum aktifitas-aktifitas pekerjaan yang terdapat kejadian tersebut adalah aktifitas pekerjaan drilling (DRL), construction (CONS), logistics (LOG), well servicing (WLS), dan production (PRD). Hal tersebut mendorong dilakukannya kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di seluruh aktifitas pekerjaan tersebut pada tahun 2008 yang dilakukan oleh divisi/departemen yang berkaitan dengan aktifitas pekerjaan tersebut masingmasing, kecuali di aktifitas pekerjaan drilling dan construction yang telah dimulai sejak tahun 2007. Boulanger, dkk (2007) menyebutkan bahwa keberhasilan atau efektifitas kampanye keselamatan dilihat dari segi perubahan pengetahuan, kesadaran, sikap, niat berperilaku, perilaku, dan statistik (jumlah kecelakaan, keparahan, cidera). Namun di TOTAL E&P INDONESIE menilai efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan, hanya dilihat dari indikator perubahan statistiknya, yaitu jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja. Oleh karena itu, untuk melihat keberhasilan atau efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja yang dilakukan pada tahun 2008 di masing-masing aktifitas pekerjaan di TOTAL E&P INDONESIE, yaitu dengan cara membandingkan jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja pada tahun 2007 dengan tahun 2008. Apabila jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja pada tahun 2008 mengalami penurunan, maka kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja pada masing-masing aktifitas pekerjaan, dapat dikatakan efektif. Begitu pula sebaliknya, jika jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja pada tahun 2008 mengalami kenaikan/tidak mengalami perubahan, maka kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja pada masingmasing aktifitas pekerjaan, dapat dikatakan tidak efektif. Hasilnya berdasarkan data dari Divisi HSE TOTAL E&P INDONESIE (2009) menggambarkan bahwa pada periode tahun 2008, hanya kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja yang dilakukan di aktifitas pekerjaan drilling yang dapat dikatakan efektif, sementara itu pada aktifitas pekerjaan lainnya dapat dikatakan tidak efektif. Namun belum ada penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektifnya kampanye keselamatan cidera tangan yang dilakukan pada aktifitas pekerjaan drilling dan tidak efektifnya kampanye

6 keselamatan cidera tangan yang dilakukan pada aktifitas-aktifitas pekerjaan lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008. 1.2 Perumusan Masalah Pada tahun 2007, cidera tangan dan jari akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE mencapai lebih dari 50% dan secara umum aktifitas-aktifitas pekerjaan yang terdapat kejadian tersebut adalah aktifitas pekerjaan drilling, construction, logistics, well servicing, dan production. Hal tersebut mendorong dilakukannya kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di seluruh aktifitas pekerjaan tersebut pada tahun 2008 yang dilakukan oleh divisi/departemen yang berkaitan dengan aktifitas pekerjaan tersebut masingmasing, kecuali di aktifitas pekerjaan drilling dan construction yang telah dimulai sejak tahun 2007. Dengan membandingkan statistik kejadian cidera tangan akibat kerja pada tahun 2007 dengan tahun 2008, maka dapat dikatakan bahwa hanya kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja yang dilakukan pada tahun 2008 di aktifitas pekerjaan drilling, yang efektif, sementara itu pada aktifitas pekerjaan lainnya dapat dikatakan tidak efektif. Karena hanya di aktifitas pekerjaan drilling yang jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja pada tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007, sementara di aktifitas pekerjaan lainnya kejadian cidera tangan akibat kerja pada tahun 2008 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007. Namun belum ada penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektifnya kampanye keselamatan cidera tangan yang dilakukan pada aktifitas pekerjaan drilling dan tidak efektifnya kampanye keselamatan cidera tangan yang dilakukan pada aktifitas-aktifitas pekerjaan lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008.

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya pengaruh media terhadap efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008. 2. Diketahuinya pengaruh sifat pesan terhadap efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008. 3. Diketahuinya pengaruh jangkauan target terhadap efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008. 4. Diketahuinya pengaruh keterlibatan target dalam perencanaan dan seleksi bahan terhadap efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menjadi pengalaman berharga dalam keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja sehingga dapat diterapkan di tempat kerja maupun masyarakat luas. Selain itu, penelitian ini juga dapat mengembangkan wawasan berfikir dan dapat menerapkan teori-teori yang didapat di bangku perkuliahan.

8 1.4.2 Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi yang tepat dan sesuai bagi manajemen TOTAL E&P INDONESIE mengenai cara dan pendekatan melakukan kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja yang efektif. 1.4.3 Bagi FKM UI Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi serta masukkan dalam pengembangan kurikulum keselamatan dan kesehatan kerja di FKM UI. Selain itu, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu dan dijadikan sebagai tambahan referensi bagi penelitian sejenis yang lebih lanjut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008. Didasarkan pada cara pengumpulan, pengolahan, dan analisis datanya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sedangkan dari segi tujuannya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Jenis metode penelitian deskriptif yang digunakan adalah studi perbandingan (comparative study), yaitu studi yang dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan yang terdapat pada kampanye keselamatan cidera tangan di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008 yang efektif dengan yang tidak efektif. Variabel yang dilihat persamaan dan perbedaannya mencakup media, sifat pesan, jangkauan target, dan keterlibatan target dalam perencanaan & seleksi bahan kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja. Dimana efektif atau tidaknya kampanye ditentukan dari segi statistik, yaitu jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja. Unit analisis dalam penelitian ini adalah aktifitas pekerjaan, yang terdiri dari drilling, construction, logistics, well servicing, dan production. Dimana di dalam aktifitas-aktifitas pekerjaan tersebut terdapat divisi/departemen yang berkaitan dengan aktifitas pekerjaan tersebut masing-masing. Pada aktifitas

9 pekerjaan drilling terdapat Departemen Drilling (DWL/DRL), pada aktifitas pekerjaan construction terdapat Divisi Project (PJC) dan Divisi Facilities Engineering (ENG), pada aktifitas pekerjaan logistics terdapat Departemen Marine (DWL/MAR) dan Departemen Logistics (DWL/LOG), pada aktifitas pekerjaan well servicing terdapat Departemen Well Servicing (DWL/WLS), dan pada aktifitas pekerjaan production terdapat Divisi Field Operation (FO). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui telaah dokumen, kecuali untuk mendapatkan informasi mengenai variabel media dan jangkauan target juga dilakukan dengan cara wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang penanggung jawab kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di masing-masing divisi/departemen. Berdasarkan rincian divisi/departemen yang berkaitan dengan aktifitas pekerjaan tersebut masing-masing, maka jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 7 (tujuh) orang. Proses telaah dokumen dan wawancara dilakukan selama 1 Juni-21 Juni 2009.