BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
A CORRELATION BETWEEN TRAINING, PROMOTION, IMAGING AND PUBLIC INTEREST WITH INCREASE OF SALE IN PRODUCT OF BATIK TULIS IN LAWEYAN, SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sebagai Budaya Tak-Benda Warisan Manusia atau Representative List

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Budaya Tak-Benda Warisan Manusia atau Representative List of the

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

BAB I PENDAHULUAN. oleh UNESCO 2 Oktober 2009 di Abu Dabi, tentu saja meningkatkan citra

BAB I PENDAHULUAN. baik dibanding dengan tahun lalu. Kondisi ini tidak lepas dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian yang dilakukan oleh Lumintang (2013) menunjukkan bahwa antara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

PENGEMBANGAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN BERBASIS INDUSTRI KREATIF

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Irian Jaya. Motif-motif tersebut diantaranya bercorak seperti burung, kupu-kupu, dibedakan menjadi batik tulis, cap dan printing.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang perlu digali, dipelihara dilestarikan, dan dilindungi secara

Peran Serta Wanita dalam Melestarikan Kerajinan Batik Tulis Sri Hariyati Fitriasih & Sri Siswanti 6)

BAB I PENDAHULUAN. sektor penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia (Naude

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut juga dengan Batik Girli (Pinggir Kali) 1980-an. Sebab, pionir kerajinan batik di Sregen umunya pernah bekerja

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

IMPLEMENTASI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. dalam acara-acara formal maupun non formal. Dalam era modernisasi dan

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama setiap pembangunan daerah adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS ALUR MARKETING MIX DI INDUSTRI BATIK KAMPOENG BATIK LAWEYAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut mata pencaharian, tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Kerajinan batik merupakan sebuah industri tradisional yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

Bab 2 Tinjauan Pustaka

PEREMPUAN LAWEYAN DALAM INDUSTRI BATIK DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Setiap suku atau ras menduduki daerah dan memiliki kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keanekaragaman dalam hal seni maupun budaya. Hal ini sejalan

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

IDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI KAMPOENG BATIK LAWEYAN SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbanyak di dunia yang memiliki suku bangsa beragam tersebar di seluruh kepulauan di nusantara. Keragaman budaya telah menjadi satu dalam Bhineka Tungal Ika untuk merangkul semua ragam budaya di Indonesia. Keragaman ini menjadikan keunikan tersendiri dari setiap suku bangsa di Indonesia. Salah satunya hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang ada sejak ratusan tahun yang lalu hingga sekarang adalah batik. Seni membatik tersebar hampir di banyak pulau di Indonesia di antaranya Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Madura, dan sebagian Pulau Bali. Anindito Prasetyo (2010) dalam bukunya Batik Karya Agung Warisan Budaya Dunia, menjelaskan; Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir mennunjukan bahwa teknik ini telah di kenal semenjak abad ke 4 SM, dengan di ketemukannya kain pembungkus mumi yang di lapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti Tang serta di India dan di Jepang semasa Periode Nara. Di Afrika teknik seperti batik di kenal oleh Suku Yakuba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. (hlm. 2) Di Pulau Jawa juga banyak terdapat daerah penghasil batik Menurut Widodo (1982 : 2) Kota-kota penghasil batik di antaranya adalah Solo, Yogyakarta, Lasem, Pekalongan, Banyumas, Probolinggo dan lain-lain. Sebagian masyarakat menganggap bahwa Pekalongan, Solo dan Yogyakarta merupakan daerah pusat penghasil batik. Di kota Surakarta atau Solo terdapat dua daerah yang terkenal sebagai daerah penghasil batik yaitu Laweyan dan Kauman. Laweyan pernah memegang peran penting dalam perkembangan batik di Indonesia pada akir abad 19 dan awal abad 20. Kampung Laweyan merupakan daerah yang memiliki peran cukup penting dalam sejarah perkembangan kota Surakarta yaitu sebagai penghasil commit batik. to user 1

Laweyan merupakan wilayah terkenal dan sudah tidak diragukan sebagai daerah penghasil batik. Batik di satu sisi sebagai warisan sejarah kebudayaan sampai saat ini, batik juga menjadi motor pengerak perekonomian masyarakat Surakarta khususnya adalah masyarakat kampung Laweyan. Anindito Prasetyo (2010) dalam bukunya Batik Karya Agung Warisan Budaya Dunia, menjelaskan; Laweyan adalah salah satu sentral batik di Solo. Kampung ini tentunya ada banyak sekali sejarah yang tertinggal di kampung ini dan menjadi icon Batik Solo. Sejarah pembatikan di indonesia berkaitan erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak di lakukan pada masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta (hlm.20) Di era kemerdekaan, Laweyan mengalami puncak-puncak kejayaan saat Pemerintahan Ir Soekarno, karena batik di masa itu di produksi dalam berbagai pesanan, sehingga para pengrajin batik banyak pesanan. Dengan begitu para juragan-juragan di Kampung Laweyan sangat kaya raya, tetapi di era itu generasi penerusnya seperti di ninabobokan, karena memiliki semboyan biar orang tua yang susah, yang penting anak cucu nanti bahagia. Dari sinilah para anak-anak juragan-juragan banyak yang mulai tidak begitu berminat di bidang batik dan memilih bidang lain. Seiring perkembangan zaman batik mulai mengalami kemunduran, Solichul H.A Bakri dalam penelitiannya yang berjudul Potensi Industri Perbatikan di Kampung Batik Laweyan, memberikan penjelasan: Proses regenerasi di kalangan pembatik mengalami hambatan karena generasi muda enggan meneruskan kegiatan industri perbatikan. Padahal mereka berasal dari keturunan pengusaha batik. Mereka lebih suka memilih karier profesional di luar batik, seperti menjadi dokter, pengacara, dosen, atau pengusaha di bidang lain. Selain itu kalangan generasi muda yang berasal dari jalur batik, keminiman regenerasi juga terjadi di jalur non pengusaha, terutama bagi mereka yang mengenyang pendidikan tinggi. Ada indikasi terjadi krisis penerus pelaku batik, antara lain tidak bertambahnya jumlah pengusaha batik sejak dua dasawarsa lalu. Hingga kini, hanya ada 22 pengusaha batik di Laweyan. Banyak dari pengusaha itu yang telah menjalankan usahanya di atas 20 tahun, bahkan ada yang 35 tahun. Hal ini perlu penelitian yang serius dan teliti, agar tidak terjadi pembenaran presepsi secara sepihak saja, dengan asumsi kebudayaan batik telah 2

3 mulai di tinggalkan, tanpa melihat dan mengkaji masalah yang terjadi secara nyata di lapangan. Batik adalah milik seluruh Bangsa Indonesia, yang mana pelestariannya perlu di dukung oleh semua pihak. Jangan sampai peninggalan sejarah hilang seiring modernisasi, karena sejarah kebudayaan merupakan jati diri leluhur bangsa Indonesia pada jaman dahulu, dan seharusnya di lestarikan dan di pertahankan sebagai warisan sejarah di masa sekarang untuk di kembangkan mengikuti perkembangan zaman. Selain sebagai sentral industri batik di Surakarta, Laweyan juga bisa menjadi wisata unik yang penuh dengan muatan budaya. Tentu di perlukan modal yang tidak sedikit untuk mewujudkan ini, tetapi ini merupakan infestasi jangka panjang untuk tetap melestarikan budaya bangsa di masa mendatang. Pemerintah kota Surakarta dalam hal ini, dalam Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 534.05/136-B/1/2004 di jelaskan : Bahwa dalam rangka upaya untuk meningkatkan peran Kampung Laweyan sebagai kawasan batik dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat khususnya usaha batik di Laweyan Surakarta, perlu pengembangan usaha industri batik dengan tetap mempertahankan nilai budaya dan kelestarian lingkungan. Promosi batik di era sekarang ini harus selalu di lakukan, maka perlu memiliki adanya kemampuan mengusai teknologi dan menjaga relasi dengan baik. Kedua hal ini sangat lekat sekali seiring keadaan pasar yang semakin kompetitif baik berupa batik ataupun produk lain di luar batik. Kecermatan dalam mencari peluang pasar harus di perhatikan dengan teliti, salah-satunya dengan selalu meningkatkan kemampuan dan selalu mengikuti perkembangan produk lain. Dalam rangka meningkatkan promosi Wisata Batik Laweyan dapat di lakukan langsung, cetak ataupun elekronik, hal ini sangat membantu dalam era modern saat ini. Saat ini, untuk meningkatkan pencitraan batik di masyarakat dalam rangka meningkatkan penjualan hasil produksi batik perlu adanya inovasi baru dalam rangka mengikuti selera pasar, mulai dari eksistensi Batik Tulis, Batik Cap, dan Batik Printing. Dari ketiga jenis produksi batik ini, hanya batik cap dan printing yang sangat sering di jumpai, karena selain pembuatanya lebih cepat dan harganya relatif terjangkau. Sedangkan commit keadaan to user batik tulis lambat laun mulai di

4 tinggalkan karena harganya sangat mahal. Beberapa usaha keras telah di tempuh pemerintah bekerja sama dengan pengusaha batik di Laweyan untuk melestarikan batik tulis baik dengan kunjungan wisata ataupun menjadi salah satu ekstrakurikuler di sekolahan dan ada sebagian sekolah di Solo yang menjadikanya sebagai Muatan Lokal Sekolah. Hal ini masih mengalami kendala seperti minat masyarakat dan generasi penerus yang kurang tertarik dengan usaha batik tulis. Inilah yang disebut sebuah pergeseran makna, dari batik yang dahulu sebagai identitas dan gaya hidup masyarakat, sekarang nilai-nilai itu bergeser dan mulai hilang seiring perkembangan zaman. Maka tidak hanya di perlukan sebuah pencitraan saja, tetapi nilai ini harus sengaja di tanamkan sebagai sebuah brand yang tentu hal ini tidak akan terkesan ketinggalan zaman, justru akan memiliki kesan unik dan modern. Maka ini akan sangat efektif untuk tetap mempertahankan eksistensi batik tulis yang mana ini adalah cikal dari penciptaan batik di era modern dan masa mendatang, tentu batik tulis harus mendapatkan perlakuan istimewa agar selera pasar terhadap batik tulis meningkat. Tentu hal ini tidak mudah karena di satu sisi batik sebagai warisan budaya yang harus di jaga kelestariannya karena merupakan cikal bakal pembuatan batik di hadapkan dengan cara pandang konsumen yang menginginkan barang murah tanpa melihat nilai seni dan kerumitan dari pembuatanya yang menjadikan batik itu sendiri yang memiliki daya tarik sendiri. Setelah di tetapkannya batik oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi masterpieces of the Oral and intangible Heritage of Humanity sejak 2 Oktober 2009, memberikan dampak yang signifikan terhadap gairah industri perbatikan di Indonesia terutama di Kampung Laweyan yang menjadi salah satu sentral penghasil batik untuk bangkit dan berbenah lebih baik lagi. Seberapa pentingkah batik untuk di pertahankan, tetapi setelah ada negara lain seperti Malaysia mengklaim batik sebagai milik mereka, menunjukan bahwa betapa Bangsa ini merasa kehilangan dan menyadari betapa pentingnya menjaga warisan batik yang di turunkan dari generasi terdahulu kepada generasi di masa mendatang. Batik juga menjadi pangsa pasar yang menjanjikan baik di ranah nasional commit maupun to global. user

5 Hal inilah yang salah satunya di gagas oleh FPKBL (Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan) yang di pimpin oleh Ir. Alpha Fabela Priyatmono, MT untuk turut menjaga dan mewadahi dari aspirasi dan masukan dari para pengusaha batik dalam meningkatkan Kampung Laweyan. FPKBL juga memberikan informasi kepada setiap pengunjung dan para wisatawan yang datang ke Kampung Laweyan. Data Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan 2013 menunjukan jumlah pengrajin batik di Kampung Laweyan adalah 57 pengrajin, 17 batik tulis dan sisanya terbagi di antara batik cap, batik printing,dan sisanya pengrajin rumahan berskala kecil. Untuk lebih rinci dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel.I.1 Data batik tulis di Kampung Laweyan No Nama Pengusaha Alamat 1 Batik Mahkota Sayangan Kulon RT. 01/III Laweyan 2 Batik Gunawan Design Sutono RT 02/II Laweyan 3 Batik Puspa Kencana Jl. Sidoluhur RT 03/II Laweyan 4 Batik Gres Tenan Sutono RT 02/II Laweyan 5 Batik Putra Laweyan Lor Pasar RT 01/I Sido Luhur 6 Batik Cipta Asri Jl. Tiga Negeri 40/132 Sentono 7 Batik Pulo Jawa Sutono RT 02/II Laweyan 8 Batik Mas Pandono Sutono RT 02/II Laweyan 9 Batik Sido Luhur Jl. Sido Luhur RT 01//II laweyan 10 Batik Adityan Lor Pasar RT 01/I Laweyan 11 Batik Merak Manis Kidul Pasar RT 03/I Laweyan 12 Batik Doyohadi Sayangan Kulon RT. 01/III Laweyan 13 Batik Cempaka Sutono RT 02/II Laweyan 14 Batik Amelia Sutono RT 02/II Laweyan 15 Batik Adityan Klaseman 16 Batik Putra Bengawan Sentono 17 Batik Putri Kencana Kramat Sumber : data FPKBL Dari data ini batik tulis memiliki ruang sempit untuk meningkatkan eksistensinya dalam zaman modern saat ini, minimnya peminat dan minimnya generasi muda yang tertarik untuk mengembangkannya. Seiring bertambahnya pabrik-pabrik yang memproduksi batik dengan skala besar yang tentu bukan

6 tandingan pengrajin lokal seperti di Kampung Laweyan, ini akan menambah semakin sulitnya ruang gerak batik tulis untuk berkembang. Sesuai dengan latar belakang yang telah di uraikan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Antara Pelatihan, Promosi, Pencitraan, dan Minat Masyarakat dengan Meningkatkan Penjualan Hasil Produksi Batik di Kampung Batik Laweyan. Peneliti memilih lokasi penelitian di Kampung Batik Laweyan Surakarta. Karena disini dirasa cocok untuk dilakukan penelitian karena tersedia cukup data yang relevan bagi pelaksanaan penelitian ini, sehingga peneliti akan mengkajinya lebih lanjut di dalam skripsi dengan judul HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN, PROMOSI, PENCITRAAN DAN MINAT MASYARAKAT DENGAN PENINGKATAN PENJUALAN HASIL PRODUKSI BATIK TULIS DI LAWEYAN SURAKARTA B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara pelatihan batik tulis dengan peningkatan 2. Apakah ada hubungan antara promosi batik tulis dengan peningkatan 3. Apakah ada hubungan antara pencitraan batik tulis dengan peningkatan 4. Apakah ada hubungan antara minat masyarakat dengan peningkatan 5. Apakah ada hubungan bersama antara pelatihan, promosi, pencitraan,dan minat masyarakat dengan C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara pelatihan membatik dengan peningkatan penjualan hasil produksi batik.

7 2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara Promosi batik dengan peningkatan penjualan hasil produksi batik. 3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara Pencitraan batik dengan peningkatan penjualan hasil produksi batik. 4. Untuk mengetahui adanya hubungan antara minat masyarakat terhadap batik tulis dengan peningkatan penjualan hasil produksi batik. 5. Untuk mengetahui adanya hubungan antara pelatihan, promosi, pencitraan, dan minat masyarakat dengan penjualan hasil produksi batik. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini untuk mengembangkan kajian budaya batik tulis pada masyarakat batik Laweyan Surakarta. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Sebagai masukan dan reverensi pelatihan, promosi, pencitraan, dan minat masyarakat di Laweyan dalam upaya peningkatan penjualan hasil produksi batik tulis. b. Bagi Pengusaha batik Sebagai masukan untuk mengetahui pelatihan, promosi, pencitraan, dan minat masyarakat di Laweyan dalam upaya peningkatan penjualan hasil produksi batik tulis. c. Bagi Masyarakat Memberikan informasi bagaimana proses pelatihan, promosi, pencitraan, dan minat masyarakat di Laweyan dalam upaya peningkatan penjualan hasil produksi batik tulis. d. Bagi Peneliti Untuk mengkaji pelatihan, promosi, pencitraan, dan minat masyarakat di Laweyan dalam upaya peningkatan penjualan hasil produksi batik tulis.