BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

EKSPLANASI ILMIAH DAMPAK EL NINO LA. Rosmiati STKIP Bima

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI. Oleh. Komang Arthawa Lila, MS

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN (Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016) Abstrak

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina

USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

I. PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

ANALISIS ANOMALI CURAH HUJAN FEBRUARI 2018 DALAM KAITAN TERJADINYA KARHUTLA DI KALBAR. Fanni Aditya, Firsta Zukhrufiana Setiawati, Ismaharto Adi

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

DAMPAK DIPOLE MODE TERHADAP ANGIN ZONAL

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

I. INFORMASI METEOROLOGI

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Musim Hujan dan Monsun

MEKANISME INTERAKSI MONSUN ASIA DAN ENSO

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

ANALISIS ANGIN ZONAL DI INDONESIA SELAMA PERIODE ENSO

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

MEMPRAKIRAKAN KEDATANGAN FENOMENA EL-NINO TAHUN 2002~2003

ANALISIS KEJADIAN EL NINO TAHUN 2015 DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN TITIK API DI WILAYAH SUMATERA DAN KALIMANTAN, INDONESIA

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Topografi Bali Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km dengan jarak sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8 25 23 Lintang Selatan dan 115 14 55 Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 mdari permukaan laut.gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret1963.Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur (Gambar 2.1) dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, Buyan, Tamblingan, dan Batursebagai daerah wisata. Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km 2 atau 0,29% luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 8 kabupaten, 1 kotamadya, 55 kecamatan, dan 701 desa/kelurahan.ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat kesenian dan peristirahatan, terletak di Kabupaten Gianyar.Nusa Lembongan 5

6 adalah sebagai salah satu tempat menyelam (diving), terletak di Kabupaten Klungkung. Kuta, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan utama pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan, spa, dan lain-lain, terletak di Kabupaten Badung. Gambar 2.1. Peta kondisi topografi wilayah Bali. 2.2 Definisi Kekeringan Kekeringan sulit untuk dapat didefinisikan secara tepat, secara umum kekeringan merupakan suatu kondisi dimana terjadi kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan (Bayong, 2002). Adapun definisi lain kekeringan merupakan suatu fenomena yang normal, biasanya terjadi secara berulang sesuai dengan iklimnya. Kekeringan hampir terjadi dimanapun, walaupun kejadiannya bervariasi dari wilayah yang satu dengan wilayah lainnya.mendefinisikan kekeringan merupakan hal yang sulit karena sangat bergantung pada perbedaan wilayah, kebutuhan, sudut pandang disiplin ilmu. Secara garis besar, kekeringan terjadi akibat kurangnya curah hujan yang turun selama beberapa kurun waktu tertentu dan mengakibatkan kekurangan air untuk beberapa kegiatan, kelompok, di beberapa wilayah (The National Drought Mitigation Center, 2014.

7 Kekeringan berkaitan dengan kondisi rata-rata jangka panjang kesetimbangan antara presipitasi dan evapotranspirasi (yaitu evaporasi + transpirasi) di daerah tertentu pada kondisi yang sering dianggap normal.kekeringan juga berkaitan dengan waktu (adanya penundaan pada awal musim penghujan, sehingga periode musim kemarau lebih panjang) dan tingkat keefektifitasan hujan (yaitu intensitas curah hujan, jumlah kejadian hujan).faktor iklim lainnya seperti temperatur yang tinggi, angin kencang dan kelembapan relatif yang rendah sering dikaitkan sebagai faktor-faktor yang memperparah kekeringan di banyak daerah di dunia. Fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) dan El Nino mempunyai dampak terhadap curah hujan di Indonesia (Bayong, 2008). Fenomena IOD disebabkan oleh interaksi atmosfer laut di Samudera Hindia Ekuatorial, dimana terjadi perbedaan beda temperatur permukaan laut antara Samudera Hindia tropis bagian barat atau pantai Afrika Timur dan Samudera Hindia Tropis bagian timur atau Pantai Barat Sumatera (Yamagata et al., 2000). Periode kekeringan di Indonesia sendiri dipengaruhi oleh peristiwa El Nino di Samudera Pasifik ekuator dan pantai barat Amerika Selatan El Nino mempengaruhi aktivitas curah hujan terutama di bagian timur dari pada bagian barat Kontinen Maritim Indonesia (Bayong, 2002). El Nino menyebabkan variasi iklim tahunan.ketika tahun El Nino, sirkulasi zonal di atas Indonesia divergen, sehingga terjadi subsidensi udara atas. Divergensi massa udara mengakibatkan penyimpangan awan-awan yang terbentuk bergeser ke Pasifik tengah dan timur (Bayong, 2003). Fenomena El Nino dapat menimbulkan bencana kekeringan, banjir, dan bencana lain yang dapat mengacaukan dan merusak pertanian, perikanan, lingkungan, kesehatan, kebutuhan energy, kualitas udara dan sebagainya (Bayong, 2008).

8 2.3 Jenis-jenis kekeringan 2.3.1 Kekeringan Meteorologis (Meteorological Drought) Kekeringan ini berkaitan dengan besaran curah hujan yang terjadi berada dibawah kondisi normalnya pada suatu musim.perhitungan tingkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Intensitas kekeringan berdasarkan definisi meteorologis adalah sebagai berikut; 1. Kering : apabila curah hujan antara 70% - 85% dari kondisi normal (curah hujan dibawah normal) 2. Sangat kering : apabila curah hujan antara 50% - 70% dari kondisi normal (curah hujan jauh dibawah normal) 3. Amat sangat kering : apabila curah hujan < 50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh dibawah normal) Menurut (The National Drought Mitigation Center, 2014), Meteorological drought di definisikan berdasarkan tingkat kekeringan (perbandingan antara jumlah normal atau rata-rata) dengan lamanya masa kering.definisi Meteorological Drought harus dianggap sebagai wilayah khusus karena kondisi atmosfer yang mengakibatkan kekurangan curah hujan sangat bervariasi dari wilayah satu dengan wilayah lainnya.beberapa contoh dari meteorological drought mengidentifikasi kekeringan berdasarkan jumlah hari dengan curah hujan kurang dari threshold yang telah ditetapkan.langkah ini hanya cocok untuk ambang pintu daerah yang karakteristik dengan curah hujan yang turun sepanjang tahun seperti wilayah hutan hujan tropis, beriklim lembab subtropics, atau beriklim lembab di lintang menengah. 2.3.2 Kekeringan Pertanian Menurut (The National Drought Mitigation Center, 2014) kekeringan pertanian atau Agricultural Drought berhubungan erat dengan karakteristik kekeringan meteorologi (Meteorological Drought) maupun kekeringan hidrologi (Hydrological Drought) yang berpengaruh pada pertanian dengan focus pada kekurangan curah hujan, perbedaan antara evapotranspirasi potensial dan actual,

9 deficit air tanah, berkurangnya air tanah atau tingkat reservoir, dsb. Kebutuhan air untuk tanaman bergantung pada kondisi cuaca, karakteristik biologis dari tanaman tertentu, tahap pertumbuhan, dan sifat-sifat fisis dan biologis tanah.definisi yang baik mengenai agricultural drought harus dapat menjelaskan variable kerentanan tanaman selama tahap-tahap pertumbuhan tanaman sejak awal masa pertumbuhan. 2.3.3 Kekeringan Hidrologis Menurut BNPB pada tahun 2014, kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah.kekeringan hidrologis diukur dari ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah.ada jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awal terjadinya kekeringan (Gambar 2.2). Gambar 2.2. Diagram pembagian kekeringan menurut sudut pandang keilmuan terhadap waktu. Sumber : http://drought.unl.edu/whatis/concept.htm Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah sebagai berikut : 1. Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran dibawah periode 5 tahunan 2. Sangat Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh dibawah periode 25 tahunan

10 3. Amat Sangat Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh dibawah periode 50 tahunan 2.4 El Nino dan Pengaruhnya di Indonesia 2.4.1 Pengertian El Nino El Nino adalah penampakan air permukaan laut yang panas yang tidak normal di wilayah Pasifik Equator bagian Timur dan Tengah.Ada pula yang mengartikan El Nino sebagai penampakan air permukaan laut yang panas dari waktu ke waktu di wilayah Pasifik Equator bagian Timur sepanjang pantai Peru dan Equator (Wiratno, 1998). El Nino merupakan sirkulasi dengan arah timur-barat yang terjadi dikawasan Samudera Pasifik Equator (Gambar 2.3).Fenomena El Nino merupakan pergerakan yang terjadi di atmosfer dan lautan karena interaksi dinamis antara atmosfer dan lautan Pasifik Equator (Yulihastin, 2009).Interaksi antara atmosfer dan lautan ini ditunjukkan dengan peningkatan atau penurunan suhu permukaan laut yang melebihi suhu klimatologisnya (suhu rata-rata 30 tahun) sehingga menimbulkan penyimpangan (anomali). Jika anomali positif yang terjadi berarti suhu permukaan lautnya lebih panas dari biasanya, maka terjadilah El Nino, sebaliknya, jika anomali negatif yang terjadi suhu lebih dingin dari kondisi normalnya sehingga terjadilah La Nina. Meteorologi, kondisi normal mengacu pada nilai rata-rata unsur meteorologi seperti tekanan udara, suhu dan angin dalam periode tahunan.nilai normal berhubungan dengan ketidakpastian yang bergantung pada jumlah tahun pengamatan. Simpangan baku dari nilai rata-rata menurun dengan bertambahnya waktu pengamatan. Dalam memilih panjang periode yang sesuai diperlukan kompromi dari semua pihak dengan periode cukup panjang sehingga kesalahan baku yang dihitung kecil tetapi juga jangan terlalu panjang. Para ahli sepakat memilih periode 30 tahun untuk menyatakan kondisi normal.

11 2.4.2 Pengaruh El Nino di Indonesia Penelitian pengaruh El Nino terhadap curah hujan di wilayah Indonesia telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya antara lain Yamagata (2003); McBride dkk. (2003). Hasil penelitian Yamagata (2003), mengatakan bahwa pengaruh El Nino yang kuat terjadi diwilayah Indonesia bagian timur, semakin ke barat pengaruh dari El Nino semakin melemah. Berdasarkan penelitian Hendon (2003) Hujan di wilayah Indonesia terkait erat dengan fenomena El Nino, pengaruh El Nino sangat signifikan pada periode JJA(Juni, Juli, Agustus) - SON, akan tetapi pada periode DJF MAM pengaruh El Nino terhadap curah hujan di wilayah Indonesia tidak terlalu signifikan. Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan Harijono (2008) sangat jelas terlihat bahwa curah hujan wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena El Nino (Gambar 2.4). Pengaruh El Nino terhadap curah hujan paling kuat dirasakan di wilayah Indonesia bagian timur dan tengah, semakin ke barat El Nino kurang berpengaruh terhadap kondisi curah hujan di wilayah tersebut. Hasil penelitian ini mempertegas hasil peneletian sebelumnya yang telah dilakukan Yamagata (2003). Indonesia mengalami kekeringan selama terjadinya El Nino, dan pada kondisi normal (tidak ada El Nino) merupakan pusat perawanan konveksi terbesar di dunia, perawanannya bergeser kearah timur, menjadi daerah subsidensi (turunannya massa udara) yang berakibat sulitnya, terbentuk awan konveksi yang mendatangkan hujan selama kejadian El Nino, langit di atas wilayah Indonesia cerah, tidak tertutup awan. Adanya awan tersebut tidak mungkin terjadi hujan karena kelembaban relatifnya sangat rendah.hujan bisa terbentuk kalau kelembaban relatif dalam awan tersebut melebihi 65% jumlah sebabnya hujan buatan tidak membuahkan hasil (Wiratno, 1998).El Nino melalui fenomena kekeringannya berpengaruh langsung terhadap kesediaan pangan yang selanjutnya berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia.

12 a. b. Gambar 2.3. Kondisi suhu muka laut di Samudera Pasifik Ekuatorial (a) Keadaan Normal (b) Keadaan El Nino. Gambar 2.4. Pengaruh El Nino terhadap Curah Hujan di Indonesia Timur Tengah Sebagian Barat Indonesia (warna kuning, orange dan coklat) (Harijono, 2008)