BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern seperti saat ini, banyak sekali kasus-kasus manipulasi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka panjang. Kondisi dan peristiwa yang dialami oleh suatu. perusahaan dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang begitu besar bagi perekonomian dunia. Dalam hal ini auditor. antara pihak dalam dengan pihak auditor.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. hidup perusahaan (going concern). Banyaknya kasus manipulasi data

Judul: Pengaruh Opinion Shopping, Disclosure dan Reputasi KAP pada Opini Audit Going Concern

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak pihak menempatkan auditor sebagai pihak yang paling. mengeluarkan opini going concern. Auditor dalam mengeluarkan opini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

BAB I PENDAHULUAN. usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan. kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat kita lihat dari pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis dalam menjalankan usahanya tidak semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.


BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern (

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang kreditor memiliki kemampuan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari 2007). Going concern. (Syahrul, 2000 dalam Rahman dan Siregar, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. dan Utama, (2013). Menurut IAI (2011), Going concern merupakan. mengurangi secara material skala usahanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para investor memakai laporan keuangan guna menganalisis kondisi

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dari waktu ke waktu perkembangan dunia usaha terus semakin meningkat yang

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan-perusahaan go public yang mengalami kebangkrutan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

diamanati oleh pemilik modal (shareholder) untuk mengelola perusahaan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan banyak kerugian para stakeholder. Perusahaan energi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit yang tinggi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Going concern diartikan sebagai kelangsungan hidup suatu badan usaha (Petronela, 2004). Menurut Setiawan (2006) dalam Santosa dan Wedari (2007), going concern sebagai asumsi bahwa perusahaan dapat mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan keuangan. Jika laporan keuangan disusun dengan dasar going concern berarti diasumsikan perusahaan akan beroperasi secara terus menerus. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK No.1, 2009). Laporan keuangan yang disusun haruslah dapat dipahami, relevan, andal, konsisten dan dapat diperbandingkan sehingga informasi yang dihasilkan dapat menunjukkan kondisi perusahaan sebenarnya. Laporan keuangan adalah media komunikasi yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor. Sebagai media komunikasi, laporan keuangan digunakan pihak-pihak berkepentingan sebagai cerminan untuk melihat kondisi perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak independen yakni auditor yang bertindak untuk menilai kewajaran dan keandalan dari laporan keuangan perusahaan. Penilaian ini dilakukan untuk membuktikan apakah laporan

keuangan telah mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, sehingga keputusan yang tepat dapat diambil oleh pihak yang berkepentingan. Auditor juga memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam menilai apakah ada kesangsian terhadap perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP Seksi 341, 2011). Sementara itu, American Institute of Certified Public Accounting (1988) mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (Januarti, 2008). Hal ini terjadi karena banyaknya kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Sebagai contoh beberapa perusahaan besar di Amerika yaitu Enron, WorldCom, dan Xerox yang saat itu menerima opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion), tetapi sekitar setahun kemudian mengalami kebangkrutan. Kasus bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Weiss (2002) menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan (Tucker et al, 2003). Fakta ini memunculkan pertanyaan mengapa perusahaan yang mendapat Unqualified Opinion bisa berhenti beroperasi serta timbulnya keraguan mengenai reputasi sebuah kantor akuntan publik ketika perusahaan yang diberikan opini

wajar tanpa pengecualian ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Banyaknya kasus tentang manipulasi data keuangan yang tidak dapat dideteksi dan informasi mengenai kelangsungan hidup yang belum diungkapkan oleh auditor menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap independensi auditor itu sendiri. Independensi auditor dalam memberikan opini atas laporan keuangan yang diaudit juga harus mempertimbangkan going concern dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Meskipun auditor tidak bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan, tetapi dalam melakukan audit kelangsungan hidup perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini (Dewayanto, 2011:81). Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada kemampuan penilaian. Penilaian tersebut didasarkan pada kesangsian auditor dalam dirinya sendiri terhadap kemampuan suatu entitas (Saefudin dan Pamudji, 2004). Auditor akan memberikan opini atas hasil penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan. Auditor yang independen akan memberikan opini sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Jika dalam proses identifikasi informasi mengenai kondisi perusahaan auditor tidak menemukan adanya kesangsian besar terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor akan memberikan opini audit non going concern dan opini audit going concern akan diberikan kepada perusahaan yang oleh auditor diragukan kemampuannya dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan. Opini audit

going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011). O Reilly (2010) menyatakan opini going concern akan berguna untuk pemakai laporan keuangan khususnya investor sebagai bad news mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Masalah yang sering timbul adalah bahwa sulit untuk memprediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan, sehingga menyebabkan auditor mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern. Hal ini disebabkan adanya hipotesis self-fulfilling propecy yang menyatakan bahwa jika auditor memberikan opini going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena akan menyebabkan investor membatalkan investasinya atau kreditor menarik dananya (Venuti, 2007). Penyebab lainnya adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur (Joanna, 1994), pemberian going concern pada perusahaan bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Mutchler (1985) kriteria perusahaan akan menerima opini going concern apabila mempunyai masalah pada pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going concern pada tahun sebelumnya, dalam proses likuidasi, modal yang negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, 2 sampai 3 tahun berturut-turut rugi, laba ditahan negatif. Pertimbangan auditor terhadap kelangsungan usaha entitas merupakan isu penting dalam riset auditing. Boynton, et al. (2002) menyatakan bahwa isu tersebut terkait dengan kewajiban auditor untuk mengevaluasi kemampuan entitas

dalam melanjutkan kelangsungan usaha pada satu periode tertentu dan mengungkapkannya dalam opini audit. Faktor yang mendorong auditor mengeluarkan opini going concern penting untuk diketahui karena opini audit ini dapat dijadikan referensi investor berkaitan dengan investasinya (Junaidi dan Jogiyanto, 2010). Beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern sudah dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia. Namun, hasil penelitian dari satu peneliti dengan peneliti yang lain masih menunjukkan banyak perbedaan sehingga dapat dikatakan bahwa hasilnya tidak konsisten. Junaidi dan Jogiyanto (2010) mengungkapkan bahwa beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang tidak konklusif dan faktor yang mendorong auditor dalam menerbitkan opini going concern berbeda-beda. Pengungkapan laporan keuangan (disclosure) merupakan salah satu faktor yang dianggap berkaitan dengan penerimaan opini audit going concern terhadap perusahaan. Disclosure merupakan informasi yang sangat penting bagi auditor, misalnya, pengungkapan informasi keuangan mengenai konsistensi penggunaan metode akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, kebijakan-kebijakan perusahaan, kerjasama perusahaan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa perusahaan, serta kejadian setelah tanggal neraca dalam hal pemberian opini going concern sehingga akan memudahkan auditor dalam menilai kondisi keuangan perusahaan. Disclosure dibutuhkan oleh para pengguna untuk lebih memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang memungkinkan pihak pengguna untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan (Almilia dan Retrinasari, 2007).

Disclosure yang memadai atas informasi keuangan perusahaan tersebut menjadi salah satu dasar auditor dalam memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan. Penelitian Haron, et al. (2009) menyebutkan bahwa disclosure berpengaruh pada pemberian opini going concern. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian Junaidi dan Hartono (2010) dan Ardiani (2013). Namun hasil tersebut tidak didukung penelitian yang dilakukan oleh Irtani dan Darsono (2012), Sari (2012), Muthahiroh (2013) serta Savitry (2013) yang menyebutkan bahwa disclosure tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan dimana Kantor Akuntan publik (KAP) melakukan perikatan audit dengan auditee (perusahaan) yang sama. Pada saat auditor memiliki keraguan untuk menyatakan opini going concern terhadap perusahaan karena merasa takut kehilangan sejumlah keuntungan yang sangat besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor menjadi tidak independen karena berhubungan dengan auditee agar mendapatkan gaji atau fee yang lebih tinggi dari perusahaan klien yang diterimanya. Auditor kadang lebih banyak memberikan opini going concern terhadap perusahaan-perusahaan kecil yang tidak memiliki banyak masalah daripada perusahaan yang besar karena auditor menganggap perusahaan yang besar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang timbul meskipun auditor salah menyatakan pendapatnya. Perikatan audit yang lama menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga auditor sulit untuk memberikan opini going concern terhadap perusahaan yang dikenal (Munif, 2013). Dengan demikian independensi auditor akan terpengaruh dengan

lamanya hubungan dengan auditee yang sama (Espahbodi, 1991). Junaidi dan Hartono (2010) menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan Junaidi dan Hartono (2010) yang mengungkapakan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern namun penelitian Junaidi dan Hartono tidak didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Louwers (1998), Lennox (2004), yang menyatakan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern, hasil penelitian yang juga diungkapkan oleh Widyantari (2011) dan Suprobo (2011). Banyaknya penelitian yang telah dilakukan untuk menguji faktor yang memepengaruhi penerimaan opini audit going concern seperti yang dilakukan oleh Haron et al. (2009), Junaidi dan Hartono (2010), Ardiani (2013) mengungkapkan disclosure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern tetapi penelitian tersebut tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan Irtani dan Darsono (2012), Sari (2012), Muthahiroh (2013) serta Savitry (2013). Selain itu penelitian mengenai audit tenure yang dilakukan Junaidi dan Hartono (2010) yang mengungkapakan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern namun hasil tersebut tidak didukung oleh penelitian Louwers (1998), Lennox (2004), Widyantari (2011) dan Suprobo (2011) yang menyatakan bahwa audit tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketidak konsistenan hasil riset dari berbagai penelitian terdahulu dimana hasilnya masih berbeda beda pada tingkat signifikannya. Penelitian ini mengembangkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan semua perusahaan yang terdaftar di BEI. Perusahaan manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect, yang merupakan risiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan yang lain. Periode penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2008-2012 dan memiliki variabel independen disclosure dan audit tenure sementara periode pada penelitian sebelumnya yaitu 2003-2008. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perlu untuk melakukan penelitian dengan tema sentral Pengaruh Disclosure dan Audit Tenure Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang mengemukakan fenomenafenomena mengenai disclosure dan audit tenure, maka dapat ditetapkan permasalahan dalam bentuk identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh disclosure terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Bagaimana pengaruh Audit Tenure terhadap penerimaan opini audit going concern. 3. Bagaimana pengaruh Disclosure dan Audit Tenure secara bersama-sama terhadap penerimaan opini audit going concern. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui : 1. Pengaruh disclosure terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. pengaruh audit tenure terhadap penerimaan opini audit going concern. 3. Pengaruh disclosure dan audit tenure secara bersama-sama terhadap pergantian auditor. 1.4 Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat terkumpul data yang dapat mengungkap informasi mengenai pengaruh disclosure dan audit tenure terhadap penerimaan opini audit going concern dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan audit dan menambah khasanah perpustakaan, memberikan kontribusi bagi pengembangan teori yang

berkaitan dengan pengaruh disclosure dan audit tenure terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan Kantor Akuntan Publik (KAP), investor dan calon investor dalam membuat keputusan investasi bagi dan bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik yang berkaitan dengan pergantian auditor, bagi auditor independen sebagai pedoman, bahan diskusi dan referensi bagi auditor dalam melaksanakan proses auditnya terutama dalam hal pemberian opini audit terhadap klien yang menyangkut masalah pemberian opini audit going concern. 3. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk referensi tambahan dan menjadi acuan atau kajian bagi penulisan di masa yang akan datang. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dan mempermudah dalam pembahasan dan penelaahannya dalam penelitian ini, maka penulis mencantumkan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis, konsep disclosure, audit tenure dan penerimaan opini audit going concern.

Bab III Metode Penelitian terdiri dari uraian variabel penelitian dan definisi operasionalnya, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari gambaran unit analisis, hasil penelitian, dan pengaruh antar variabel-variabel yang diteliti. BAB V Kesimpulan dan Saran.