ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kerangka operasional kerja; 9) Etika penelitian. di SDN Dukuh Kupang II 489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. terkahir orangtua, 3) deskripsi variabel penelitian, yang terdiri dari background

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. & Perry, 2005). Menurut Havighurst (dalam Monks, Konoers & Haditono,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sikap permisif tersebut lebih ditunjukkan secara terbuka dikarenakan pengaruh

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia kurang lebih 12 tahun dengan awitan pubertas. Pada periode 6-12 tahun secara umum merupakan salah satu perubahan yang sangat cepat dan dramatis (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011). Artikel berita online yang dimuat Merdeka.com edisi April 2013, Republika.co.id edisi Juni 2014, dan artikel yang dipublikasikan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasioanal (BKKBN) edisi Juni 2014 menyimpulkan hal yang sama, bahwa fenomena mengenai perilaku seksual pada kelompok usia 10-24 tahun dan masih berstatus sebagai pelajar bukan masalah yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah mengalami pergeseran nilai dan makna jauh dari moral, norma, dan nilai budaya ketimuran Indonesia. Trend berpacaran masa kini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa dan kelompok pra-remaja atau remaja (Oedin, 2013; BKKBN, 2014; Ramadhani, 2014). Menurut Kriswanto (2006), Amaliyasari & Puspitasari (2008), pola perkembangan anak, usia yang paling rawan adalah usia anak sekolah dasar (SD) (10-12 tahun). Pada usia 10-12 tahun, mereka dalam perkembangan pra-remaja, yang mana secara fisik maupun psikologis pada masa ini sedang menyongsong pubertas. Perkembangan aspek fisik, kognitif, emosional, mental, dan sosial anak 1

15 SD membutuhkan cara-cara penyampaian dan intensitas pengetahuan tentang seks dan kesehatan reproduksi yang berbeda dengan tahap-tahap usia yang lain (Kriswanto, 2006; Amaliyasari & Puspitasari, 2008). Pada 6 Mei 2015 penulis melakukan pengumpulan data awal dengan wawancara dan menggali informasi melalui Kepala, Guru Kelas 5, dan Guru Kelas 6 di SDN Dukuh Kupang II 489 Surabaya. Data sekunder hasil dari wawancara menunjukkan temuan bahwa beberapa siswa laki-laki kelas 6 mengarah pada sikap dan perilaku meniru orang dewasa, seperti berkata-kata kotor dan berbau dewasa, yaitu menyebut nama organ-organ kelamin manusia dan mengumpat. Satu siswa laki-laki kelas 6 pernah didapati pihak sekolah menyimpan konten berbau pornografi dan materi dewasa di ponselnya, padahal peraturan yang diterapkan di sekolah siswa dilarang membawa ponsel ke sekolah. Penyelesaian yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah memanggil orangtua siswa berserta dengan menyerahkan bukti yang ditemukan untuk ditunjukkan pada orangtua. Kenakalan lain yang pernah ditemukan sekolah pada anak didiknya di kelas 6 adalah satu siswa mengakui pernah berhubungan seksual dengan pacarnya. Kenakalan lainnya adalah salah satu mengakui pernah menonton film dewasa dan merasa tidak bisa berhenti. Sanksi yang diberikan sekolah adalah siswa dipertemukan dengan orangtuanya, dimediasi oleh Kepala SDN Dukuh Kupang II 489 dan Guru Wali Kelas. Mata pelajaran mengenai reproduksi diajarkan dan diberikan pihak sekolah untuk siswa di kelas 6. Salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual anak SD di lokasi fenomena adalah faktor lingkungan dan dukungan keluarga serta peran dari orangtua, tetapi sejauh ini 2

3 faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pada anak SD di lokasi fenomena belum dapat disimpulkan lebih jauh. Penelitian lima tahun sekali yang dilakukan oleh Tim Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002, 2007, dan 2012 dengan sampel perempuan dan laki-laki pada rentang usia 10-24 tahun. Sebanyak 2,7% pada kelompok usia 10-19 tahun melakukan hubungan seksual (Ramadhani, 2014). Survei sejenis yang dipublikasikan online oleh Badan Kependudukan dan Keluraga Berencana Nasional (2014) tentang kesehatan reproduksi remaja dengan responden laki-laki dan perempuan pada usia 10-19 tahun yang belum menikah. Sebanyak 8,3% laki-laki dan 1% perempuan dalam rentang usia 10-19 tahun melakukan hubungan seksual. Hampir 80% responden pernah berpegangan tangan. Sebanyak 48,2% laki-laki dan 29,4% perempuan mengaku pernah berciuman. Sebanyak 29,5% laki-laki dan 6,2% perempuan pernah saling merangsang (BKKBN, 2014). Pada berita yang dipublikasi online oleh Okezone.com edisi 6 Desember 2010, survei yang dilakukan oleh Tim Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI), sebanyak 34,7% perempuan dan sebanyak 30,9% laki-laki pada usia 12-19 tahun mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual. Di tahun 2006, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pernah mempublikasikan bahwa kisaran umur anak yang melakukan hubungan seksual pertama kali adalah pada usia 12-19 tahun. Merujuk pada data Terry Hull dkk. (1993) dan Utomo dkk. (2001), Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyebutkan 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi setiap tahunnya, dimana 27% atau kurang lebih 700 ribu pada kelompok usia 12-20

15 tahun yang melakukan aborsi dan sebagian besar aborsi yang dilakukan dengan prosedur tidak aman, sementara itu permasalahan aborsi dengan prosedur tidak aman menyumbang kematian ibu sebanyak 30-35% (Munir, 2010). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) faktor yang diperkirakan menjadi penyebab utama meningkatnya anak usia sekolah yang melakukan perilaku seksual salah satunya karena perilaku pacaran. Fakta lain yang ditemukan anak usia sekolah sekarang ini sudah banyak yang mengerti mengenai aktivitas dalam berpacaran, bahkan termasuk pada kelompok usia dibawah 13 tahun (BKKBN, 2014). Tingginya anak usia sekolah dibawah 13 tahun yang mulai berpacaran memberikan dampak semakin banyaknya yang melakukan hubungan seksual, akibat lain yang paling besar ditimbulkan adalah tingginya angka kehamilan sebelum menikah. Perilaku berpacaran yang dilakukan sampai dengan berciuman berpotensi lebih tinggi untuk melakukan hubungan seksual. Perilaku seksual pada range survei yang paling beresiko adalah ciuman basah. Faktor dari ciuman basah ini, memiliki peluang lebih atau sebanyak 26 kali lebih besar potensinya untuk melakukan hubungan seksual bagi mereka yang melakukan daripada dengan yang tidak melakukan (BKKBN, 2014). Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan/atau sama yang mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, pelukan, ciuman, dan hubungan senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus atau juga diekspresikan seperti 4

5 isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata (Denny N. W. & Quadagno D., 1992; Zawid C. S., 1994). Potter & Perry (2005), menyebutkan bahwa seksualitas dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk dari pengalaman hidup. Pengaruh dan pengalaman seksualitas sering berbeda antara pria dan wanita. Seksualitas dipengaruhi oleh sosiokultural, agama dan etik, dan kondisi psikologis individu (Potter & Perry, 2005). Ada banyak faktor yang melatar belakangi perilaku seksual atau seks bebas di kalangan anak usia sekolah, seperti lemahnya pemahaman agama, kurangnya perhatian orangtua terhadap kondisi dan situasi lingkungan, pergaulan, perkembangan teknologi juga mendorong kecenderungan anak melakukan perilaku buruk yang datang dari luar. Pengaruh buruk itu bisa berupa informasi yang keliru atau sesat mengenai hubungan seksual, misalnya film, buku, teman sebaya yang sama-sama tidak mengerti, dan lain sebagainya. Ini bisa menjadi faktor anak melakukan perilaku seksual aktif. Orangtua juga memiliki peran penting dalam memantau perkembangan dan pergaulan anak sesuai dengan usia perkembangannya. Peran orangtua juga diperlukan dalam memberikan pendidikan seks yang baik dan benar, tujuannya adalah untuk mengantisipasi perilaku seksual pada anak yang akan memasuki usia pra-remaja atau dalam tahapan remaja (Mardiya, 2012). Dari pengumpulan sumber dan referensi oleh penulis yang diperoleh melalui berbagai media dan penelitian yang telah dipublikasikan lebih cendrung pada responden anak SMP dan SMA, dasar dari hasil temuan fenomena ini yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang sama tetapi fokus pada

15 perilaku seksual anak SD. Penelitian mengenai analisis faktor perilaku seksual pada anak SD belum banyak dilakukan dan dipublikasikan. Penulis tertarik untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada anak SD. Teori yang akan digunakan dalam penelitian analisis faktor perilaku seksual anak SD adalah teori TPB (Theory of Planned Behavior) dengan alasan seperti yang dikutip oleh Fishbein dan Ajzen (1975), TRA memberikan bukti ilmiah bahwa instensi untuk melakukan suatu tingkah laku dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1) Sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) dan norma subjektif (subjective norm) (Fishbein & Ajzen, 1975; Ajzen I., 2005; Nursalam, 2013). TRA dan TPB berfokus pada konstruksi teoritis yang berkaitan dengan faktor instensi individu sebagai penentu dari kemungkinan melakukan perilaku tertentu. TRA dan TPB menganggap predictor terbaik perilaku adalah niat terhadap perilaku dan persepsi sosial normatif mengenai itu (perceived behavioral control). TPB merupakan perluasan dari TRA dengan menambah konstruksi perceived behavioral control. TPB menyampaikan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya intensi/niat untuk berperilaku (Nursalam, 2013). Fenomena dan permasalahan yang telah diuraikan cukup menggambarkan persoalan yang mengancam kelompok usia sekolah maupun kelompok pelajar diberbagai tingkatan. Resiko dari perilaku seksual dini atau perilaku seksual yang dilakukan oleh anak usia sekolah dapat merugikan diri mereka sendiri. Sejatinya seorang pelajar memiliki tanggung jawab sebagai penerus masa depan Bangsa Indonesia. Kerugian dan resiko yang bisa terjadi oleh mereka, seperti kehamilan diluar nikah dan tidak diinginkan, putus sekolah, rasa rendah diri, menikah di usia 6

7 muda, dan perceraian dini. Resiko lainya adalah aborsi, penyakit menular seksual, gangguan saluran pada reproduksi, dan berbagai gangguan tekanan psikoseksual dimasa lanjut. Hal inilah yang semestinya bisa disadari oleh remaja karena jangan sampai menyesal ketika semuanya sudah terlambat (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013). Salah satu upaya untuk menangani masalah perilaku seksual pada kelompok anak usia sekolah adalah dengan mencari dan menganalisis faktorfaktor yang dapat mendorong penyebab perilaku seksual, khususnya di SDN Dukuh Kupang II 489 Surabaya. Hal ini bertujuan untuk mengontrol dan meminimalkan faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku seksual pada anak SD, lebih jauh untuk mencari cara yang tepat dalam menangani permasalahan dalam hal ini. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap masalah dan faktorfaktor yang melatarbelakangi perilaku tersebut. 1.2 Identifikasi Masalah Faktor yang Mempengaruhi 1. Sikap Individu Intention (niat) dalam berperilaku 2. Pengetahuan 3. Normative beliefs 4. Control beliefs Respons Perilaku Terjadi perilaku seksual pada anak SD Fenomena yang ditemukan: 1. 1,85% siswa mengakui pernah berhubungan seksual pranikah dengan pacarnya. 2. 1,85% siswa yang mengaku pernah menonton film dewasa dan merasa tidak bisa berhenti. Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Perilaku Seksual pada Anak SD Kelas 6 Tahun Ajaran 2014-2015 di SDN Dukuh Kupang II 489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang Surabaya. Sumber: Data Primer yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak SDN Dukuh Kupang II 489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang Surabaya (Tahun ajaran 2014 2015)

15 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian Analisis Faktor perilaku Seksual Pada Anak SD di SDN Dukuh Kupang II 489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang Surabaya adalah: 1. Adakah pengaruh antara background factors: kategori faktor personal (sikap), kategori faktor sosial (usia, jenis kelamin, agaman, dan pendidikan), kategori informasi (pengetahuan) dengan Behavioral beliefs. 2. Adakah pengaruh antara background factors: kategori faktor personal (sikap), kategori faktor sosial (usia, jenis kelamin, agaman, dan pendidikan), kategori informasi (pengetahuan) dengan Normative beliefs. 3. Adakah pengaruh antara background factors: kategori faktor personal (sikap), kategori faktor sosial (usia, jenis kelamin, agaman, dan pendidikan), kategori informasi (pengetahuan) dengan Control beliefs. 4. Adakah pengaruh antara Behavioral beliefs dengan intention (niat). 5. Adakah pengaruh antara Normative beliefs dengan intention (niat). 6. Adakah pengaruh antara Control beliefs dengan intention (niat). 7. Adakah pengaruh antara Intention (niat) dengan perilaku seksual anak SD di SDN Dukuh Kupang II 489 Surabaya. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4. 1 Tujuan Umum Tujuan umum dilakukan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang melatarbelakangi anak usia sekolah di SDN Dukuh Kupang II 489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang Surabaya dalam melakukan perilaku seksual. 8

9 1.4. 2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis pengaruh antara background factors: kategori faktor personal (sikap), kategori faktor sosial (usia, jenis kelamin, agama, dan pendidikan), kategori informasi (pengetahuan) dengan Behavioral beliefs. 2. Menganalisis pengaruh antara background factors: kategori faktor personal (sikap), kategori faktor sosial (usia, jenis kelamin, agama, dan pendidikan), kategori informasi (pengetahuan) dengan Normative beliefs. 3. Menganalisis pengaruh antara background factors: kategori faktor personal (sikap), kategori faktor sosial (usia, jenis kelamin, agama, dan pendidikan), kategori informasi (pengetahuan) dengan Control beliefs. 4. Menganalisis pengaruh antara Behavioral beliefs dengan intention (niat). 5. Menganalisis pengaruh antara Normative beliefs dengan intention (niat). 6. Menganalisis pengaruh antara Control beliefs dengan intention (niat). 7. Menganalisis pengaruh antara Intention (niat) dengan perilaku seksual anak SD di SDN Dukuh Kupang II 489 Surabaya. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5. 1 Manfaat Subjek Hasil dari penelitian ini dapat menambah inrfomarsi pada subjek penelitian diharapkan mendapat tambahan pengatahuan mengenai faktor yang melatarbelakangi perilaku seksual pada anak usia sekolah, resiko yang harus mereka hadapi dari perbuatan mereka, informasi kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual yang sesuai.

15 1.5. 2 Manfaat Masyarakat 1. Bagi sekolah lokasi penelitian dapat digunakan sebagai bahan modifikasi sistem pendidikan seksual yang tepat dan sesuai dengan usia anak didik. 2. Bagi institusi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk memperluas informasi mahasiswa keperawatan dalam bidang keperawatan anak mengenai pola perkembangan seksual anak usia sekolah. 1.5. 3 Manfaat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang Keperawatan Anak mengenai pola perkembangan anak pada usia sekolah di SDN Dukuh Kupang II 489 Surabaya. Mengidentifikasi dan mengontrol faktor-faktor yang melatarbelakangi anak sekolah dalam melakukan perilaku seksual serta memberikan solusi yang sesuai dengan pola perkembangan anak usia sekolah 10