BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

Obat tradisional 11/1/2011

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. apoteker Indonesia, masih belum dapat menerima jamu dan obat herbal terstandar

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Biodiversitas adalah berbagai variasi yang ada di antara makhluk hidup dan lingkungannya Sekitar 59% daratan Indonesia merupakan hutan hujan tropis

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

BAB I PENDAHULUAN. bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau

Mengenal Perbedaan Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Serta Obat Untuk Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JAMU DAN OBAT TRADISIONAL CINA DALAM PRESPEKTIF MEDIK DAN BISNIS

UKDW BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PRODUK HERBAL BERBASIS RISET

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat,

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

STANDARISASI BAHAN BAKU HERBAL DENGAN DUKUNGAN LABORATORIUM TERAKREDITASI

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : GALIH SETIA ADI NIM.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

julukan live laboratory. Sekitar jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan.

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat bahan alam,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khasiat sebagai obat. Bahkan, sekitar 300 spesies dimanfaatkan sebagai bahan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN TANAMAN TOGA DENGAN METODE ELECTRE (ELIMINATION ET CHOIX TRADUISANT LA REALITE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non. akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

Penggunaan Obat Herbal Berbasis Bukti (Evidence-Based Herbal Medicine)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makan dengan teratur, istirahat yang cukup, dan rajin berolahraga. Namun, pola

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 003/MENKES/PER/I/2010 TENTANG SAINTIFIKASI JAMU DALAM PENELITIAN BERBASIS PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjalankan segala aktivitas hidupnya. Sehat termasuk manusia seutuhnya meliputi aspek fisik, emosi, sosial,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

I. PENDAHULUAN. kesehatannya banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang tanaman obat. di Indonesia berawal dari pengetahuan tentang adanya

hayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Identifikasi adalah proses untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan dua pertiga merupakan luas lautan. Sedangakan diantara negara-negara di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

DRA. HELNI, APT, M.KES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PUSAT PENGOLAHAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT DAN PUSAT EKSTRAK DAERAH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BAHAN BAKU OBAT

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh mempunyai nama latin Camellia sinensis. Teh merupakan salah satu

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara terbesar ketiga yang mempunyai hutan tropis terluas di dunia dan menduduki peringkat pertama di Asia Pasifik. Hal ini membuat Indonesia kaya akan sumber daya hayati, salah satu diantaranya adalah tanaman yang dapat berkhasiat sebagai obat. Hutan tropis Indonesia merupakan tempat tumbuh bagi 80 persen tanaman obat yang ada di dunia yang terdiri dari 28.000 spesies tanaman, 1000 spesies diantaranya sudah digunakan sebagai tanaman obat. Penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan telah lama dilakukan jauh sebelum ada pelayanan kesehatan formal dengan menggunakan obat-obatan moderen. Namun, negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau yang didiami oleh berbagai suku memungkinkan terjadinya perbedaan dalam pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional. Hal ini disebabkan setiap suku memiliki pengalaman empiris dan kebudayaan yang khas sesuai dengan daerahnya masing-masing. Kehidupan nenek moyang yang menyatu dengan alam menumbuhkan kesadaran bahwa alam adalah penyedia obat bagi dirinya dan masyarakat. Mulai dari sinilah berkembang pengertian obat tradisional. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, obat tradisional merupakan produk yang terbuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam dan secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Depkes, 2007). Obat tradisional juga diterima dengan baik di hampir seluruh negara di dunia, baik negara berkembang maupun negara maju (Oktora, 2006). WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit terutama untuk penyakit kronis, degenerative dan kanker. Data statistik WHO 1 1

2 menyebutkan negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat tradisional sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat tradisional untuk pengobatan primer. Oleh sebab itu, pemberian obat tradisional yang aman dan efektif menjadi faktor penting untuk meningkatkan derajat pelayanan kesehatan secara keseluruhan (WHO, 2003). Berdasarkan hasil survei The National Health Interview Survey (NHIS), pengguna obat tradisional di Amerika Serikat bahkan mencapai 19% pada tahun 2002 (Gardiner, et al., 2007). Di Indonesia, dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional dari 19,8% menjadi 32,8% selama tahun 1980 sampai dengan 2004 (Menkes RI, 2007). Di Indonesia obat tradisional masih digunakan secara luas di berbagai lapisan masyarakat, baik itu di pedesaan maupun diperkotaan. Penggunaan obat tradisional semakin meningkat dengan kecenderungan gaya hidup kembali ke alam (Katno, et. al., 2004). Kecenderungan ini sangat terlihat dari maraknya produk-produk berbahan herbal yang beredar di pasaran. Disamping itu belum meratanya sarana kesehatan juga mahalnya harga obat dan banyaknya efek samping dari obat moderen menjadi faktor pendorong bagi masyarakat untuk mendayagunakan obat tradisional (Pramono, 2002). Dalam the 3rd Conference on Traditional Medicine in ASEAN Countries Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH mengatakan, obat tradisional dapat menjadi bagian penting dari sistem kesehatan formal di negara-negara di dunia, termasuk ASEAN. Di Indonesia untuk memberikan landasan hukum terhadap obat tradisional dikeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS). Salah satu tujuan dari keputusan ini adalah agar tersedianya obat tradisional yang terjamin mutu, khasiat dan keamanannya, teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam pelayanan formal. Meskipun pengguna obat tradisional di kalangan masyarakat sudah sangat banyak namun data tentang alasan dan latar belakang pasien memilih

3 menggunakan obat tradisional masih sedikit. Begitu juga data tentang jenis penyakit yang umumnya diobati dengan menggunakan obat tradisional. Survei sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman tentang variasi penggunaan obat tradisional sehingga dapat memaksimalkan hasil terapi dan menyediakan perawatan medis yang berkualitas kepada masyarakat. Selain itu hasil survei juga dapat digunakan oleh bagi pemerintah daerah setempat sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan program terkait obat tradisional lebih lanjut, seperti untuk mengambil kajian alokasi dana belanja dan regulasi obat tradisional. Hal inilah yang mendorong penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang penggunaan obat tradisional di Masyarakat Kabupaten Tabalong. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat disusun pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : 1. Bagaimana profil penggunaan obat tradisional pada masyarakat di Kabupaten Tabalong? 2. Apa jenis obat tradisional yang secara umum digunakan dan kondisi apa yang paling sering ditangani dengan menggunakan obat tradisional? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui gambaran penggunaan obat tradisional pada masyarakat di Kabupaten Tabalong. 2. Mengetahui jenis obat tradisional yang secara umum digunakan dan kondisi yang paling sering ditangani dengan menggunakan obat tradisional.

4 D. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian obat tradisional Obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh karena itu obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini (Soedibyo, 1998). Menurut Undang-Undang RI No. 23 (1992) obat tradisional didefinisikan sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM RI, 2005) mengelompokkan obat tradisional menjadi 3 jenis, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan dalam bentuk serbuk, seduhan, pil atau cairan. Jamu harus memenuhi standar keamanan dan standar mutu, tetapi tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, cukup dengan bukti empiris. Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman obat, hewan, maupun mineral. Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat moderen. Proses pembuatan fitofarmaka telah terstandarisasi yang didukung oleh bukti ilmiah sampai uji klinis pada manusia. Pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi moderen, tenaga ahli dan biaya yang tidak sedikit (Sinaga, 2008). Berdasarkan penggunaan dan pengakuan obat tradisional pada sistem pelayanan kesehatan, menurut WHO ada 3 sistem yang dianut oleh negara-negara di dunia, yaitu: a. Sistem integratif. Secara resmi obat tradisional diakui dan telah diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Ini berarti obat tradisional telah menjadi komponen dari kebijakan obat nasional, ada sistem registrasi produk dan

5 regulasi. Obat tradisional digunakan di rumah sakit dan sistem asuransi kesehatan, ada penelitian dan pengembangan serta pendidikan tentang obat tradisional. Negara yang menganut sistem integratif ini antara lain ialah RRC, Korea Utara dan Vietnam. b. Sistem inklusif. Mengakui obat tradisional tetapi belum mengintegrasikan pada sistem pelayanan kesehatan. Sistem inklusif ini dianut oleh negara sedang berkembang seperti Nigeria dan Mali maupun negara maju seperti Kanada dan Inggris. Dewasa ini Indonesia juga tergolong negara yang menganut sistem inklusif karena penggunaan obat tradisional belum diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Demikian pula sistem asuransi kesehatan di Indonesia menolak klaim penggunaan obat tradisional. c. Sistem toleran. Sistem pelayanan kesehatan berbasis kedokteran modern tetapi penggunaan beberapa obat tradisional tidak dilarang oleh undang-undang. 2. Penggunaan obat tradisional Penggunaan obat tradisional sebagai alternatif layanan kesehatan tentu sangat tepat menimbang kenyataan semakin melambungnya biaya kesehatan seiring dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang hingga kini belum menentu (Wijayakusuma, 2000). Belakangan penggunaan obat tradisional kian meningkat. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, seperti kecenderungan global untuk kembali ke alam juga faktor promosi melalui media masa yang kian gencar.selain itu minimnya fasilitas kesehatan di daerah terpencil serta mahal atau tidak tersedianya obat moderen membuat masyarakat lebih memilih menggunakan obat tradisional (Dewoto, 2007). Kesalahan persepsi yang paling sering terjadi dimasyarakat adalah bahwa obat tradisional itu aman. Padahal kenyataannya, meskipun obat tradisional aman, masih mungkin terjadi potensi toksik (Gitawati & Handayani, 2008).

6 Dalam penggunaan obat tradisional juga memiliki aturan-aturan yang harus diperhatikan agar terhindar dari bahaya toksik, baik dalam pembuatannya maupun penggunaannya, yaitu sebagai berikut. a. Ketepatan bahan. Sebab, tanaman obat terdiri dari beragam spesies yang kadang-kadang sulit dibedakan. Ketepatan bahan sangat menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan. Selain itu, pada satu jenis tanaman umumnya dapat ditemukan beberapa zat aktif yang berkhasiat dalam terapi. Rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping yang timbul harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman obat yang akan digunakan dalam terapi. b. Ketepatan dosis. Sebab, seperti halnya obat buatan pabrik, tanaman obat juga tidak bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi. Misalnya, mahkota dewa hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas. c. Ketepatan waktu penggunaan. Sebab, ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan. Contohnya, kunyit jika dikonsumsi saat datang bulan bisa mengurangi nyeri haid. Namun, jika dikonsumsi pada awal masa kehamilan, berisiko menyebabkan keguguran. d. Ketepatan telaah Informasi. Sebab, ketidaktahuan mengenai fungsi dan manfaat tanaman obat bisa menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan membahayakan. e. Ketepatan cara penggunaan. Sebab, banyak zat aktif yang berkhasiat di dalam satu tanaman obat. Dan, setiap zat tersebut membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Misalnya, daun kecubung, jika diisap seperti rokok, bisa digunakan sebagai obat asma. Namun jika diseduh dan diminum, dapat menyebabkan keracunan atau mabuk. f. Mengenal jenis obat tradisional. Sebab, ada tiga jenis obat tradisional, yaitu jenis jamu, bahan ekstrak alami, dan fitofarmaka. Ketiganya memiliki perlakuan, sifat, dan khasiat yang berbeda-beda.

7 g. Keamanan obat tradisional. Sebab, adakalanya obat tradisional yang beredar sudah dicampur bahan kimiawi. Maka, perlu diperhatikan tentang reaksi dan dosis obat tersebut serta tanggal kadaluarsanya. Dalam skala produksi, perlunya penanganan pascapanen yang tepat guna menghasilkan bahan yang aman dari mikroba dan aflatoksin (Sukmono, 2009). 3. Kebijakan Obat Tradisional Indonesia Obat tradisional telah diterima secara luas di negara-negara yang tergolong berpenghasilan rendah sampai sedang. Bahkan di beberapa negara berkembang obat tradisional telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama. Sementara itu di banyak negara maju penggunaan obat tradisional makin populer. Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu, namun demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai. Mengingat hal tersebut dan menyadari bahwa Indonesia sebagai megacenter tanaman obat di dunia, maka perlu disusun suatu kebijakan obat tradisional nasional yang dapat menjadi acuan semua pihak yang terkait didalamnya. Atas dasar itu kemudian dikeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS). KOTRANAS adalah dokumen resmi yang berisi pernyataan komitmen semua pihak yang menetapkan tujuan dan sasaran nasional di bidang obat tradisional beserta prioritas, strategi dan peran berbagai pihak dalam penerapan komponen-komponen pokok kebijakan untuk pencapaian tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang kesehatan. Tujuan KOTRANAS adalah : a. Mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan (sustainable use) untuk 3digunakan sebagai obat tradisional dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan b. Menjamin pengelolaan potensi alam Indonesia secara lintas sektor agar mempunyai daya saing tinggi sebagai sumber ekonomi masyarakat dan devisa negara yang berkelanjutan.

8 c. Tersedianya obat tradisional yang terjamin mutu, khasiat dan keamanannya, teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam pelayanan kesehatan formal. d. Menjadikan obat tradisional sebagai komoditi unggul yang memberikan multi manfaat yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, memberikan peluang kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan (Menkes RI, 2007).