manusia diantaranya penyakit mata konjungtivitis, keratitis, dan glaukoma.

dokumen-dokumen yang mirip
FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV PEMBAHASAN. menggunakan pemrograman Microsoft Visual Basic.NET

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

PENERAPAN METODE FUZZY TSUKAMOTO UNTUK MEMPREDIKSI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT (STUDI KASUS : PT. AMAL TANI PERKEBUNAN TANJUNG PUTRI BAHOROK)

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

ke dalam suatu ruang output. Orang yang belum pernah mengenal logika fuzzy pasti

Aplikasi Prediksi Harga Bekas Sepeda Motor Yamaha. Menggunakan Fuzzy Logic

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3) maupun nongelar (D-

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

: Sistem Pendukung Keputusan, Siswa berprestasi, Tsukamoto

1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyakit mata merupakan salah satu penyakit yang jumlah

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI)

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

BAB III LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN SISTEM PENGUNDIAN SEPAKBOLA MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

BAB 2 LANDASAN TEORI

MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR

Himpunan Tegas (Crisp)

IMPLEMENTASI FUZZY RULE BASED SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI BUAH MANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

4-5-FUZZY INFERENCE SYSTEMS

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri.

METODOLOGI PENELITIAN

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana

MATERI KULIAH (PERTEMUAN 12,13) Lecturer : M. Miftakul Amin, M. Eng. Logika Fuzzy. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Mengukur Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kinerja Dosen Menggunakan Metode Fuzzy Mamdani

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 2. LANDASAN TEORI

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

STUDY TENTANG APLIKASI FUZZY LOGIC MAMDANI DALAM PENENTUAN PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDY KASUS: SMP PEMBANGUNAN NASIONAL PAGAR MERBAU)

Perancangan Aplikasi Rekomendasi Pemilihan Lokasi Rumah dengan Memanfaatkan Fuzzy Database Metode Tahani

Penentuan Jumlah Produksi Kue Bolu pada Nella Cake Padang dengan Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno

SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB

BAB 2 LANDASAN TEORI

Versi Online tersedia di : JURNAL TECH-E (Online)

Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Permintaan dan Persediaan Dengan Logika Fuzzy Menggunakan Metode Mamdani

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL PENYAKIT KAMBING MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE TSUKAMOTO

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Menurut Gorry dan Scott (1970) dalam Turban (2005) Sistem Pendukung

LOGIKA FUZZY. By: Intan Cahyanti K, ST

Metode Tsukamoto untuk Mendiagnosa Penyakit Infeksi pada Manusia

BAB III METODE PENELITIAN

DENIA FADILA RUSMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

BAB II LANDASAN TEORI

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol.1, No.1 September Ali Mulyanto 1, Abdul Haris 2, Manajemen Informatika 1, Teknik Informatika 2.

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya mengenai Pariwisata di Yogyakarta, obyek wisata, penelitianpenelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Logika Fuzzy

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN METODE TSUKAMOTO, METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO UNTUK MENENTUKAN PRODUKSI DUPA (Studi Kasus : CV. Dewi Bulan)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN KUALITAS CABE MERAH VARIETAS HOT BEAUTY DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSUKAMOTO

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Tentang Mata Mata merupakan organ tubuh manusia yang paling sensitif apabila terkena benda asing misal asap dan debu. Debu akan membuat mata kita terasa perih atau tidak nyaman. Dari benda-benda asing ini pula dapat menyebabkan penyakit mata pada mata kita salah satunya mata merah. Ada pula penyakit mata yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Suatu virus juga dapat menyebabkan mata kita terkena tumor atau istilah lainnya adalah daging yang tumbuh dibagian mata. Oleh karena itu apabila mata kita merasa tidak nyaman atau ada gangguan pada mata jangan menganggap remeh, dan disarankan agar segera memeriksakannya ke dokter mata. (Sidarta, 2009 ) 2.2 Penyakit Mata Menurut Sidarta (2009) ada beberapa penyakit mata yang dapat diderita oleh manusia diantaranya penyakit mata konjungtivitis, keratitis, dan glaukoma.

7 a. Konjungtivitis Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata dan bola mata. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri, virus, jamur, alergi atau iritasi dengan bahan bahan kima. Gejala umum penyakit mata konjungtivitis diantaranya gatal pada mata, mata berair, mata merah dan belekan. b. Keratitis Penyakit ini disebabkan radang kornea. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal. Seperti kurangnya air mata, keracunan obat dan reaksi alergi tropikal.. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa sakit dan silau serta merasa keilipan. Jika tidak ditangani dengan tepat keratitis dapat mengakibatakan kebutaan karena radang pada kornea yang parah. c. Glaukoma Glaukoma berasal dari kata yunani galukos yang berwarna hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glukoma di tandai dengan gejala umum nyeri pada mata, penglihatan menurun, sakit kepala, terasa mual dan muntah, terlihat warna pelangi, mata merah. meningkatnya tekanan bola mata, atrofi pupil syaraf optik, dan menciutnya lapang pandang. penyakit ini ditandai dengan peninggian tekanan intraocular

8 yang disebabkan 1. Bertambahnya cairan mata oleh badan siliar. 2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut balik mata atau celah pupil. Pada glaukoma akan terjadi pelemahan fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi pupil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan. 2.3 Konsep Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan salah satu komponen pembentuk soft computing. Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lofti Zadeh pada tahun 1965, seorang profesor di Universitas of California di Barkeley. Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah penting. Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan atau membership function menjadi ciri utama dari penalaran dengan logika fuzzy tersebut (Kusumadewi dan Purnomo 2010). Logika fuzzy merupakan generalisasi dari logika klasik yang hanya memiliki dua nilai keanggotaan, yaitu 0 dan 1. (Arhami,2005)

9 2.4 Variabel Fuzzy Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy. Contoh: Umur, Temperatur, Permintaan, Persediaan, Produksi, dan sebagainya. ( Kusumadewi, 2004) 2.5 Variabel Linguistik Variabel linguistik adalah sebuah variabel yang memiliki nilai berupa katakata dalam bahasa alamiah bukan angka. Contoh : Jika kecepatan adalah variabel linguistik, maka nilai linguistik untuk variabel kecepatan adalah, misalnya lambat, sedang, cepat. Hal ini sesuai dengan kebiasaan manusia sehari-hari dalam menilai sesuatu, misalnya: Ia mengendarai mobil dengan cepat, tanpa memberikan nilai berapa kecepatannya. (Kusumadewi dan Purnomo 2010) 2.6 Semesta Pembicaraan Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif maupun negatif. Adakalanya nilai semesta pembicaraan ini tidak dibatasi batas atasnya. Contoh semesta pembicaraan dari variable umur adalah 0 umur < +. Dalam hal ini, nilai yang

10 diperbolehkan untuk dioperasikan dalam variabel umur adalah lebih besar dari atau sama dengan 0, atau kurang dari positif tak hingga. (Kusumadewi,2004) 2.7 Himpunan Fuzzy Himpunan fuzzy merupakan suatu himpunan yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel linguistik. Misalkan X = kecepatan adalah variable linguistik. Maka dapat didefinisikan himpunan fuzzy kecepatan lambat, sedang, dan cepat. (Jang et al,1997). Sebuah himpunan fuzzy adalah himpunan dengan derajat keanggotaan yang kontinu. Dimana himpunan tersebut ditetapkan / ditandai oleh fungsi keanggotaan dengan derajat keanggotaan berkisar antara nol dan satu. (Zadeh et al,1996) 2.8 Domain Domain adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy. Seperti halnya semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai domain dapat berupa bilangan positif maupun negatif. (Kusumadewi,2004)

11 2.9 Fungsi Keanggotaan Fungsi keanggotaan adalah kurva yang mendefinisikan bagaimana masing - masing titik dalam domain dipetakan ke dalam nilai keanggotaan (derajat keanggotaan) antara 0 dan 1. Derajat keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A, ditulis dengan µ A (x). Fungsi keanggotaan dari himpunan A memetakan elemen x dari himpunan semesta X, ke sebuah bilangan µ A (x), yang menentukan derajat keanggotaan dari elemen dalam himpunan fuzzy A (2.1) Cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan derajat keanggotaan adalah melalui pendekatan fungsi (Arhami, 2005). Ada Beberapa fungsi yang dapat digunakan antara lain : a) Representasi Linier Ada 2 keadaan himpunan fuzzy yang linear. Pertama, kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol(0) bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi

12 Gambar 2.1 Representasi linear naik Fungsi keanggotaan : (2.2) Kedua, merupakan kebalikan yang pertama, garis lurus dimulai dari nilai domain derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah. Fungsi keanggotaan : Gambar 2.2 Representasi linear turun (2.3) b) Representasi Kurva segitiga. (Kusumadewi dan Purnomo, 2010) Kurva Segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linear).

13 Fungsi Keanggotaan : Gambar 2.3 Representasi kurva segitiga (2.4) (Kusumadewi dan Purnomo, 2010) c) Representasi Kurva Trapesium Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1 (Gambar 2.4). Gambar 2.4 Representasi kurva trapesium Fungsi keanggotaan

14 (2.5) (Kusumadewi dan Purnomo,2010) 2.10 Aturan Fuzzy Aturan IF-THEN fuzzy adalah pernyataan IF-THEN dimana kata-kata dalam pernyataan tersebut ditentukan oleh fungsi keanggotaan. Aturan fuzzy tersebut dinyatakan sebagai berikut : IF <proposisi fuzzy 1> THEN <proposisi fuzzy 2> Bagian IF dari aturan, yaitu proposisi 1 dinamakan antecedent atau premis, sedangkan bagian THEN dari aturan yaitu proposisi 2, dinamakan consequent atau kesimpulan. Proposisi fuzzy adalah proposisi yang memiliki derajat kebenaran yang dinyatakan oleh sebuah bilangan dalam interval [0,1], dimana benar dinyatakan oleh nilai 1 dan salah dinyatakan oleh nilai 0. (Klir dan Yuan,1995)

15 2.11 Operasi Himpunan Fuzzy Seperti halnya himpunan konvensional, ada beberapa operasi yang didefinisikan secara khusus untuk mengkombinasi dan memodifikasi himpunan fuzzy. Nilai keanggotaan sebagai hasil dari operasi himpunan fuzzy sering dikenal dengan nama fire strength atau α predikat. Ada 3 operator dasar yang diciptakan oleh Zadeh yaitu : a). Operator AND Operator ini berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan. α predikat sebagai hasil dengan operator AND diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terkecil antarelemen pada himpunan himpunan yang bersangkutan. = min( µ A (x), µ B (y)) (2.6) dengan µ A (x) = derajat keanggotaan elemen x dari himpunan A µ B (y) = derajat keanggotaan elemen y dari himpunan B = α predikat dari operasi AND himpunan A dengan Himpunan B

16 b). Operator OR Operator ini berhubungan dengan operasi union pada himpunan. α predikat sebagai hasil operasi dengan operator OR diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terbesar antarelemen pada himpunan himpunan yang bersangkutan. = max ( µ A (x), µ B (y)) (2.7) dengan µ A (x) = derajat keanggotaan elemen x dari himpunan A µ B (y) = derajat keanggotaan elemen y dari himpunan B = derajat keanggotaan dari operasi OR himpunan A dengan himpunan B c). Operator NOT Operator ini berhubungan dengan operasi komplemen pada himpunan α predikat sebagai hasil operasi dengan operator NOT diperoleh dari 1 dikurangi nilai keanggotaan elemen pada himpunan yang bersangkutan. µ A = 1 - µ A (x) (2.8) dengan µ A (x) = derajat keanggotaan elemen x dari himpunan A µ B (y) = derajat keanggotaan elemen y dari himpunan B µ A = derajat keanggotaan dari operasi NOR himpunan A dengan himpunan B. (Kusumadewi dan Purnomo, 2010)

17 2.12 Fuzzy Inference System Metode Tsukamoto Menurut Widhiastiwi (2007) fuzzy inference system merupakan proses pengolahan data dalam bentuk crisp input yang melalui beberapa tahapan dalam sistem fuzzy untuk menghasilkan data dalam bentuk crips output. Terdapat tiga metode fuzzy inference system, yaitu : Mamdani, Sugeno dan Tsukamoto. Tahap fuzzy inference system yang harus dilalui, yaitu : a). Nilai input Berupa masukan dalam bentuk nilai pasti (crisp). b). fuzzyfikasi Proses merubah crisp menjadi fuzzy menggunakan fungsi keanggotaan, setiap variabel fuzzy dimodelkan ke dalam fungsi keanggotaan yang dipilih. c). Aturan - aturan (rules) Aturan-aturan yang akan dijadikan dasar untuk mencari nilai dari crisp output yang akan dihasilkan. d). defuzzyfikasi Merupakan proses merubah crips input yang telah dijadikan fuzzy ke dalam bentuk crisp output. e). Nilai output Merupakan hasil akhir yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan.

18 Pada metode Tsukamoto, implikasi setiap aturan berbentuk implikasi Sebab- Akibat (if then) atau Implikasi Input-Output dimana antara anteseden dan konsekuen harus ada hubungannya. Setiap aturan direpresentasikan menggunakan himpunan-himpunan fuzzy, dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Kemudian untuk menentukan hasil tegas (Crisp Solution) digunakan rumus penegasan (defuzzyfikasi) yang disebut Metode rata-rata terpusat atau Metode defuzzyfikasi rata-rata terpusat (Center Average Deffuzzyfier) (Setiadji, 2009). Untuk lebih memahami metode Tsukamoto, perhatikan contoh berikut yang diambil dari Kusumadewi (2004) Misalkan ada 2 variabel input, var-1(x) dan var-2 (x), serta variabel output, var-3(z), dimana var-1 terbagi atas 2 himpunan yaitu A1 dan A2. var-2 terbagi atas 2 himpunan B1 dan B2, var-3 juga terbagi atas 2 himpunan yaitu C1 dan C2 (C1 dan C2 harus monoton). Ada 2 aturan yang digunakan, yaitu: [R1] IF (x is A1) and (y is B2) THEN (z is C1) [R2] IF (x is A2) and (y is B1) THEN (z is C2) Pertama-tama dicari fungsi keanggotaan dari masing-masing himpunan fuzzy dari setiap aturan, yaitu himpunan A1, B2 dan C1 dari aturan fuzzy [R1], dan himpunan A2, B1 dan C2 dari aturan fuzzy [R2]. Aturan fuzzy R1 dan R2 dapat direpresentasikan dalam Gambar 2.5 untuk mendapatkan suatu nilai crisp Z.

19 Gambar 2.5 Inferensi menggunakan metode Tsukamoto (Kusumadewi, 2004) Pada metode Tsukamoto operasi himpunan yang digunakan adalah konjungsi (AND). Menurut teori operasi himpunan pada persamaan 2.7, nillai keanggotaan anteseden dari operasi konjungsi (AND) dari aturan fuzzy [R1] adalah nilai minimum antara nilai keanggotaan A1 dari var-1 dan nilai keanggotaan B2 dari var-2. Demikian pula nilai keanggotaan anteseden dari aturan fuzzy [R2] adalah nilai minimum antara nilai keanggotaan A2 dari var-1 dengan nilai keanggotaan B1 dari var-2. Selanjutnya, nilai keanggotaan anteseden dari aturan fuzzy [R1] dan [R2] masing - masing disebut dengan α predikat(1) dan α predikat(2). Nilai α predikat(1) dan α predikat(2) kemudian disubstitusikan pada fungsi keanggotaan himpunan C1 dan C2 sesuai aturan fuzzy [R1] dan [R2] untuk memperoleh nilai z(1) dan z(2), yaitu nilai z untuk aturan fuzzy [R1] dan [R2]. Untuk memperoleh nilai output crisp atau nilai

20 tegas Z, dicari dengan metode defuzifikasi rata-rata terpusat (Center Average Defuzzyfier) yang dirumuskan pada persamaan berikut Z= (2.9) Keterangan : Z = Nilai rata rata terpusat = bobot z ke-i n = banyak α predikat 2.13 Microsoft Visual Basic.NET Microsoft Visual Basic.NET adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem.net Framework, dengan menggunakan bahasa BASIC. Dengan menggunakan alat ini, para programmer dapat membangun aplikasi Windows Forms, Aplikasi web berbasis ASP.NET, dan juga aplikasi command-line. Visual Basic.NET sendiri menganut paradigma bahasa pemrograman berorientasi objek yang dapat dilihat sebagai evolusi dari Microsoft Visual Basic versi sebelumnya yang diimplementasikan di atas.net Framework. (Yuswanto, 2006)

21 2.14 Microsoft SQL Server Microsoft SQL Server adalah server basis data yang secara fungsional adalah proses atau aplikasi yang menyediakan layanan database. Database adalah kumpulan file / table yang saling berelasi (berhubungan) yang disimpan dalam media penyimpanan elektronik. Microsoft SQL Server menggunakan tipe dari database yang disebut database relasional. Database relasional adalah database yang digunakan pada data untuk mengatur dan mengorganisasikannya kedalam tabel. Micrososft SQL Server mendukung beberapa tipe data yang berbeda, termasuk untuk karakter, angka, tanggal dan uang. (Marcus, 2004)