II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

1. PENDAHULUAN. meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10


BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bank berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian ini yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue atau

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Global Association of Risk Professionals

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perbankan Syariah Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (www.bi.go.id). Sedangkan pengertian bank secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Terdapat beberapa pengertian lain dari bank menurut para ahli yaitu sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets) serta bermotif profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. (Hasibuan,2005).

14 Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. (Kasmir,2008). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang berbentuk lembaga keuangan bermotif profit dan sosial yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa keuangan lainnya demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan syariah secara khusus menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2008 yang mengatur tentang perbankan syariah menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Sementara itu pengertian bank syariah secara khusus menurut Undang- Undang No.21 Tahun 2008 adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah islam.

15 2.2 Profil Perbankan Syariah Indonesia Perbankan syariah di Indonesia mulai ada pada tahun 1992 dimana Bank Muamalat Indonesia menjadi bank syariah pertama di Indonesia, berdasarkan data statistik perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2013, jumlah perbankan syariah telah bertumbuh dengan pesat yaitu sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS) dan 29 Unit Usaha Syariah (UUS). Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dalam tempo 21 tahun terakhir tumbuh begitu pesat dan difasilitasi dengan baik oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan dengan diterbitkannya beberapa peraturan tentang perbankan syariah pada Undang-undang BI no. 23/1999 dan Undang-undang BI no. 3/2004 serta Undang-undang no. 21/2008 tentang perbankan syariah. Undang-undang tersebut memberi ruang yang lapang bagi bertumbuhnya perbankan dan keuangan syariah di Indonesia. Neraca gabungan antara bank umum syariah dan unit usaha syariah pada bulan Maret 2013 dapat diketahui bahwa total pembiayaan mencapai Rp 161,08 trilyun sedangkan penyerapan dana pihak ketiga adalah sebesar Rp 156,96 trilyun hal ini berarti Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 103%, Angka FDR berada diatas 100% tersebut menandakan bahwa peranan intermediasi keuangan perbankan syariah di Indonesia cukup tinggi karena sudah melibatkan ekuitas bank dalam pembiayaannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam usaha pokok perbankan syariah di Indonesia sangat tinggi, namun peranan perbankan syariah

16 dalam perekonomian Indonesia termasuk tidak begitu besar, dapat dilihat dari total aset perbankan syariah sampai Desember 2013 adalah sebesar Rp 176 triliun, bila dibandingkan dengan total aset perbankan nasional total aset perbankan syariah itu hanya sekitar 5%. 2.3 Profil Perbankan Syariah Malaysia Di Malaysia bank syariah sudah ada sejak tahun 1983 dimana Bank Islam Malaysia Berhad menjadi bank syariah pertama dimalaysia, itu artinya Malaysia 9 tahun lebih lama menerapkan sistem perbankan syariah dibandingkan dengan Indonesia. Sejak diperkenalkannya perbankan Islam pada tahun 1983 di Malaysia, sektor perbankan Islam menunjukkan pertumbuhan mencapai sekitar 15% sampai dengan 20% per tahun. Pada tahun 1997 pangsa pasar perbankan Islam di Malaysia mencapai 2,5%. Kehadiran bank syariah hadir dari keinginan dan kesadaran pemerintah akan potensi bank syariah sehingga mendapatkan dukungan penuh pemerintah dan masyarakat, hal itu menjadi kunci kesuksesan industri syariah di Malaysia. Pemerintah Malaysia mengeluarkan peraturan Islamic banking Act tahun 1983 dan aturan inilah yang menjadi dasar kuat berdirinya industri perbankan syariah di Malaysia yang mengakibatkan dukungan yang mengalir deras dari kalangan professional dan juga dunia pendidikan di Malaysia merespon dengan cepat dengan menopang kebutuhan sumber daya manusia dalam industri syariah. Kehadiran bank syariah di Malaysia

17 bahkan mampu menggeser dominasi industri perbankan konvensional, hal ini karena bank syariah tidak lagi dilihat dari sisi agamanya namun karena kehadirannya menjadi alternatif yang memberikan manfaat dan kepastian yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan bank konvensional. Tahun 2013 total asset perbankan Malaysia khususnya total asset bank umum syariah di Malaysia mencapai RM372.756.825 atau sekitar Rp 1313 triliun, ini sangat jauh berbeda dengan total asset bank-bank umum syariah di Indonesia yang hanya sebesar Rp 176 trilyun pada tahun 2013, jumlah tersebut masih sepertujuh dari total asset bank-bank umum syariah di Malaysia. 2.4 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan tersebut, perhitungan rasio dapat mengevaluasi keadaan finansial pada masa yang lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil yang akan datang. Rasio keuangan bank secara eksplisit direpresentasikan oleh rasio-rasio seperti permodalan, aktiva produktif, rentabilitas dan likuiditas, bentuk rasio tersebut dapat menjadi dasar dalam menilai kinerja suatu bank (Tazwan, 2010:164). Rasio dapat dihitung berdasarkan laporan keuangan yang telah tersedia yang terdiri dari :

18 a) Balance sheet atau neraca yang menunjukkan posisi perusahaan pada periode tertentu. b) Income statement atau rugi laba yang merupakan laporan operasional perusahaan selama periode tertentu (Alwi, 1993). Untuk mengetahui sejauh mana kondisi kinerja keuangan bank syariah di Indonesia dan Malaysia saat ini diperlukan suatu cara evaluasi, dalam hal ini ada tipe evaluasi kinerja keuangan yang dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana kondisi kinerja keuangan saat ini, yaitu : 1) Analisis perkembangan rasio keuangan perusahaan dalam beberapa perkembangan antara suatu rasio pada masa sekarang dengan rasio pada waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut dengan analisis historis (historical analysis) 2) Rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis yang dapat dijadikan sebagai pembanding bagi perusahaan yang bersangkutan, rasio ini disebut sebagai rasio industri. 2.5 Tujuan dan Kegunaan Analisis Rasio Tujuan analisis rasio adalah untuk membantu memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya terbatas yang berasal dari laporan keuangan. Adapun kegunaan dari rasio ini tergantung pada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :

19 1) Bagi pemegang saham dan calon pemegang saham, analisis rasio memberikan keuntungan baik sekarang maupun pada masa yang akan datang sehingga secara langsung akan berpengaruh terhadap harga saham yang mereka miliki. 2) Bagi kreditur, analisis rasio memberikan keuntungan bagi yang berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang. 3) Bagi manajemen perusahaan, analisis rasio memberikan keuntungan bagi yang berkepentingan dengan seluruh keadaan keuangan perusahaan karena menyadari hal-hal tersebut yang akan dinilai oleh para pemilik perusahaan maupun kreditur, sehingga dapat membuat keputusan-keputusan penting bagi kepentingan perusahaan di masa yang akan datang. Penganalisis finansial dalam mengadakan analisis rasio pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan (Riyanto, 1992) yaitu : 1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan tersebut, dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. 2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis dari perusahaan lain yang sejenis atau seindustri untuk waktu yang sama, dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak di bawah rata-rata.

20 2.6 Rasio Keuangan 2.6.1 Rentabilitas Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan perbankan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dapat dicapai oleh suatu bank. Apabila rasio rentabilitas ini tinggi, maka hal ini menunjukkan bahwa perusahaan perbankan tersebut mampu meningkatkan usahanya melalui pencapaian laba operasi dalam periode tertentu. Perhitungan rentabilitas cukup penting mengingat hanya bank yang memperoleh laba yang cukup yang dapat mengembangkan dirinya. Rentabilitas digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen menghasilkan laba melalui penanaman pada seluruh aktiva yang ada serta mengukur kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya. Penelitian ini menggunakan rasio rentabilitas yang akan diproksikan dengan menggunakan Return on Asset (ROA), rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset, ROA dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus ROA = Laba sebelum pajak X 100% Total aktiva

21 2.6.2 Kualitas Aktiva Kualitas aktiva produktif merupakan sumber pendapatan utama dari kegiatan perusahaan perbankan, yang termasuk komponen aktiva produktif di sini adalah kredit yang diberikan, penanaman modal dalam surat berharga, penanaman modal ke bank lain dan penyertaan. Pendapatan bank diharapkan semakin besar dari penanaman dalam aktiva produktif, sehingga kesempatan untuk memperoleh laba semakin meningkat. Perolehan laba akan memberikan penilaian positif bagi investor yang menanamkan modalnya pada saham perbankan. Dana yang berhasil dihimpun oleh bank akan menjadi beban bila dibiarkan saja, oleh sebab itu bank harus mengalokasikan dananya dalam bentuk aktiva produktif. Penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Pengurus bank harus menjaga kualitas aktiva produktifnya agar selalu dalam keadaan baik. Kualitas aktiva digunakan untuk menunjukkan kualitas asset sehubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda (Mudrajad dan Suhardjono, 2002). Menurut Wisnu Mawardi (2005) untuk menilai kualitas aktiva khususnya pada resiko kredit yang dihadapi oleh bank digunakan rasio Non Performing Financing (NPF). Kualitas aktiva bank dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan rasio NPF. Rasio NPF merupakan tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank, jumlah pengembalian pembiayaan yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet dibandingkan dengan total pembiayaan yang diberikan oleh bank. Standar rasio NPF yang aman berkisar antara

22 5% sampai 8% semakin tinggi rasio NPF maka itu menunjukan semakin buruk kualitas kreditnya, rasio NPF dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rumus NPF = Pembiayaan Bermasalah x 100% Total Pembiayaan 2.6.3 Likuiditas Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Penelitian ini menggunakan rasio likuiditas yang akan diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to deposit ratio merupakan rasio yang dipergunakan untuk melihat tingkat likuiditas suatu bank. Rasio ini mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan yang dibandingkan dengan jumlah dana yang diterima oleh bank. FDR dapat menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. FDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya memiliki FDR relatif rendah, sebaliknya jika FDR melebihi batas toleransi dikatakan manajemen bank sangat ekspansif/agresif.

23 Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, disebabkan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai pembiayaan menjadi semakin besar. Rasio ini juga sebagai indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Batas aman dari FDR suatu bank adalah sekitar 80% dengan batas toleransi berkisar antara 85% dan 100% (Dendawijaya, 2006). FLDR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Rumus FDR= Pembiayaan X 100% Dana pihak ketiga 2.6.4 Permodalan Rasio ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, selain itu rasio ini juga dapat digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah dana yang diperoleh dari berbagai utang baik jangka panjang maupun jangka pendek serta sumber-sumber lain diluar modal sendiri dengan jumlah penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki oleh bank. Penelitian ini menggunakan rasio permodalan yang akan diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), CAR merupakan rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) (Manullang, 2002). CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian

24 dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan asset bank masih dapat ditutup oleh modal bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank (Tarmidzi Achmad, 2003), berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, modal bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap sedangkan ATMR dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca dikalikan bobot risikonya masing-masing. Semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank. Ketentuan Bank for International Settlements (BIS) yang sejalan dengan deregulasi Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum memiliki CAR minimum sebesar 8% (Dendawijaya, 2006). Secara matematis CAR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Rumus CAR = Modal bank x 100% ATMR 2.7 Penelitian Terdahulu 1. Idah Zuhroh (2009) Melakukan penelitian tentang analisis kinerja industri perbankan syariah di Indonesia dengan menilai kinerja keuangan berdasarkan unsur CAMEL dengan menggunakan sampel bank dengan sistem full banking yaitu Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri untuk dibandingkan dengan berbagai kelompok bank konvensional dalam industri perbankan nasional, dan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005) industri perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal tersebut ditandai dengan

25 semakin bertambahnya jumlah bank-bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Indikator perkembangan lainnya dapat tercermin dari meningkatnya kinerja perbankan dengan beberapa indikator diantaranya : perkembangan asset, pembiayaan yang diberikan, penghimpunan dana pihak ketiga, Laba (Rugi) tahun berjalan, FDR (Financing to Deposit Ratio) serta NPF (Non Perfoming Financing). 2. Samad dan Hassan (2000) menguji kinerja perbankan Islam di Malaysia dalam periode pengamatan 1984-1997 dari aspek ratio keuangan berupa profitabilitas, likuiditas, serta risk dan solvency. Dengan melakukan perbandingan dua rentang periode pengamatan dibuktikan bahwa perbankan Islam Malaysia telah mengalami perbaikan kinerja dengan indikasi meningkatnya profitabilitas secara signifikan. Likuiditas cenderung konstan dan perbankan Islam Malaysia mengalami peningkatan risiko dari waktu ke waktu. Disisi lain berdasarkan hasil perbandingan dengan bank konvensional diketahui bahwa profitabilitas bank Islam Malaysia lebih rendah, namun tidak mengalami perbedaan likuiditas dan perbankan Islam lebih berani mengambil risiko dibanding bank konvensional.

26 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu NO JUDUL PENELITIAN PENULIS HASIL PENELITIAN 1 Analisis kinerja industri perbankan syariah di Indonesia 2 Analisis kinerja perbankan Islam Malaysia pada tahun 1984-1997 Idah Zuhroh (2009) Samad dan Hassan (2000) Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005) industri perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kinerja perbankan Islam di Malaysia mengalami perbaikan kinerja dengan meningkatnya profitabilitas secara signifikan namun mengalami peningkatan resiko