BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang. berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah dalam perbankan nasional mulai dikembangkan sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh. masyarakat dan negara kita adalah mencapai keadilan dan kemakmuran

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan lembaga Islam di Indonesia termasuk cukup signifikan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

kemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme.

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. bank terdiri atas bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Hal ini terbukti. Inggris (Ismal, 2012). Menurut Antonio (2001), bank syariah muncul

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAGI HASIL TERHADAP PENINGKATAN VOLUME DEPOSITO MUDHARABAH PADA BRI SYARI AH CIREBON SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam berbagai aktivitas jasa keuangan yang dilaksanakan oleh lembaga

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

Transkripsi:

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu Lembaga Keuangan yang memiliki pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah sebuah lembaga bagi masyarakat untuk menyimpan uang dan juga dapat menjadi tempat peminjaman uang di saat masyarakat membutuhkan. Seiring dengan berjalannya waktu, bank telah menjadi sebuah kebutuhan hidup bagi manusia. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit, menyalurkan dana melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah. Sejarah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia mencerminkan dinamika aspirasi dan keinginan dari masyarakat Indonesia sendiri untuk memiliki sebuah alternatif sistem perbankan yang menerapkan sistem bagi hasil yang menguntungkan bagi nasabah dan bank. Rintisan praktek perbankan syariah dimulai pada awal tahun 1980-an, sebagai proses pencarian alternatif sistem perbankan yang diwarnai oleh prinsip-prinsip transparansi,

12 berkeadilan, seimbang, dan beretika. Sebagai sebuah uji coba, masyarakat bersama-sama dengan akademisi kemudian mencoba mempraktekkan gagasan tentang bank syariah tersebut dalam skala kecil, seperti pendirian Bait Al-Tamwil Salman di Institut Teknologi Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Keberadaan badan usaha pembiayaan non-bank yang mencoba menerapkan konsep bagi hasil ini semakin menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan hadirnya alternatif lembaga keuangan syariah untuk melengkapi pelayanan oleh lembaga keuangan konvensional yang sudah ada. Mengamati semakin berkembangnya aspirasi masyarakat Indonesia untuk memiliki lembaga keuangan syariah, maka para pemuka agama yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI) selanjutnya menindaklanjuti aspirasi masyarakat tersebut dengan melakukan pendalaman tentang konsep-konsep keuangan syariah termasuk sistem perbankan syariah. Pada tanggal 18-20 Agustus 1990, MUI menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional Keempat MUI di Jakarta pada 22-25 Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam pertama di Indonesia. Kelompok kerja ini disebut Tim Perbankan MUI yang bertugas untuk secara konkrit menindaklanjuti aspirasi dan keinginan masyarakat tersebut serta melakukan berbagai persiapan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil kerja dari Tim Perbankan MUI ini adalah berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI). Akte pendirian BMI ditandatangani pada tanggal 1 November

13 1991 dan BMI mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Selain BMI, pionir perbankan syariah yang lain adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dana Mardhatillah dan BPR Berkah Amal Sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di Bandung, yang diprakarsai oleh Institute for Sharia Economic Development (ISED). Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersamasama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dini mati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan

14 mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan. Dalam perjalanan bisnis perbankan yang semakin berkembang pesat, PT. Bank Sumut adalah merupakan bagian di dalamnya. Untuk itu dalam upaya menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat, PT. Bank Sumut berusaha memberikan pelayanan dengan menggunakan kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda, yakni system perbankan syariah dan system konvensional. Kaitannya dengan system pelayanan perbankan syariah PT. Bank Sumut telah melahirkan Unit Usaha Syariah sebagai alternative jasa perbankan yang merupakan system berdasarkan prinsip syariah, dimana Unit Usaha Syariah ini masih berada dibawah PT. Bank Sumut konvensional sebagai induknya. Kamis pada tanggal 4 November 2004 merupakan hari pertama beroperasinya Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut, dalam perkembangannya Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut terus menunjukkan perkembangan yang pesat, perkembangan signifikan ini ditunjukkan dengan peningkatan laba yang diperoleh Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut priode tahun 2009 sebesar Rp. 12,8 milliar dibandingkan dengan perolehan laba priode tahun 2008 sebesar Rp. 7,8 milliar. Per oktober tahun 2009 Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut

15 mencatat laba Rp. 19,8 milliar, meningkat sebesar Rp. 12,8 milliar, keberhasilan ini sekaligus membuat Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut berhasil melampaui target perolehan laba di tahun 2009 yang ditetapkan sebesar Rp. 12 milliar. Selain laba, Dana Pihak Ketiga (DPK) Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut mengalami peningkatan. Hinnga oktober 2009 Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat mencapai sekitar Rp. 31 milliar atau menjadi Rp. 159 milliar dari Dana Pihak Ketiga (DPK) per oktober priode yang sama tahun 2008 sebesar Rp. 128 milliar. Dalam melakukan penghimpunan dana Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut masih tetap mengandalkan produk deposito mudharabah, tabungan bagi hasil, tabungan wadi ah, dan giro wadi ah. Dalam kiprahnya di bisnis perbankan syariah, Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut terus mengembangkan sayapnya dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari pembukaan kantor cabang pembantu yakni di Kisaran, Sibolga, dan Adam Malik tahun 2009. Pada tahun 2010 ini, cabang pembantu juga akan terus ditambah, tindakan pengembangan sayap ini dilakukan dalam upaya tercapainya share Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut sebesar 5%, dimana share Unit Usaha Syariah PT. Bank Sumut dibanding PT. Bank Sumut konvensional yang merupakan induknya saat ini sebesar 3,7%. (dat03/pemkomedan.go.id). Perkembangan perbankan syariah di Indonesia beberapa tahun terakhir ini berkembang cukup pesat, Hingga akhir 2009, nilai pembiayaan dan simpanan masyarakat terpantau meningkat. Perbankan syariah membukuka n hasil yang memuaskan, dimana sepanjang 2009, laba bersih yang berhasil dibukukan tercatat Rp. 791 miliar. Angka ini naik 83,1% dari total laba bersih tahun

16 sebelumnya yang sebesar Rp. 432 miliar. Pertumbuhan ini lebih tinggi ketimbang kenaikan kredit bank konvensional yang hanya 10,6% selama 2009. Sedangkan total pendapatan mencapai Rp. 8,98 triliun. Berdasarkan data Perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia, kenaikan laba bersih perbankan syariah ditunjang naiknya outstanding pembiayaan, yang hingga akhir desember 2009, tercatat menyalurkan dana Rp46,87 triliun, atau naik 22,7% dari total pembiayaan 2008 Rp38,2 triliun. Adapun kenaikan laba bersih perbankan syariah didukung dua hal. Pertama bertambahnya outlet-outlet bank syariah yang menyebabkan penetrasi pasar meningkat, di tahun 2009 jumlah kantor dan outlet bank syariah meningkat sebanyak 1.223 unit, dari tahun sebelumnya 1.024 unit. Kedua, kenaikan laba bersih juga didukung aksi perbankan syariah yang efektif dalam menyalurkan kredit. Terlihat dari dari rasio biaya operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO) yang membaik. Pada Desember 2008, BOPO bank syariah sebesar 81,75%, sedangkan pada Desember 2009, mencapai 84,39%. Laju pembiayaan tersebut juga diikuti peningkatan kenaikan simpanan masyarakat, dimana total dana pihak ketiga naik 41,8% menjadi Rp15,04 triliun dibandingkan akhir 2008 Rp 36,85 triliun. Namun, perbankan syariah sebenarnya tidak menghabiskan seluruh dana simpanan masyarakatnya untuk pembiayaan. Rasio kucuran pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (DPK) atau finance to deposit ratio (FDR) mencapai 89,7%. Ini berarti, pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah pada 2009 mencapai Rp46,89 triliun. Sedangkan simpanan nasabah mencapai Rp 52,27 triliun. Pembiayaan ini dikucurkan paling banyak untuk jasa

17 dunia usaha (business services), diikuti sektor perdagangan, restoran, dan hotel. Selain itu, sektor konstruksi juga menyerap pembiayaan di posisi ketiga. Angka FDR 90% sebenarnya sudah cukup agresif. Namun, masih lebih rendah ketimbang 2008, dimana FDR mencapai 103% dengan rincian dana nasabah Rp36,85 triliun dan pembiayaan Rp38,2 triliun. Dana simpanan masyarakat syariah masih banyak menganggur di BI dan surat utang syariah, mencapai angka Rp14,17 triliun. Rinciannya, di BI mencapai Rp10,39 triliun dan surat berharga syariah Rp3,78 triliun. Padahal, pada 2008 lalu, dana bank syariah yang disimpan di BI dan surat utang hanya Rp7,8 triliun. Kendati bank syariah tampak berhati-hati mengucurkan pembiayaan, kredit bermasalah atau Non Performing Finance (NPF) terpantau naik dari 3,95% per Desember 2008 menjadi Rp1,88 triliun (4,01%) pada Desember 2009 dari total pembiayaan Rp46,88 triliun. Sektor pembiayaan lain-lain menyumbang NPF terbesar yaitu Rp450 miliar, atau 23,9% dari total NPF. Disusul sektor perdagangan, restoran dan hotel Rp 436 miliar (23,19%). Sementara sektor pembiayaan pertambangan paling sedikit menyumbang NPF hanya Rp 20 miliar. Dilihat dari jenis penggunaannya, pembiayaan modal kerja memiliki kontribusi terbesar terhadap kenaikan NPF, yaitu Rp 899 miliar (47,7%) dari total pembiayaan bermasalah. Disusul pembiayaan investasi sebesar Rp 534 miliar (28%) dan pembiayaan konsumsi sebesar Rp 450 miliar (23,9%).

18 Kondisi yang tejadi di Indonesia dengan adanya krisis global yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang disebabkan oleh inflasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah, perbankan syariah terbebas dari negative spread, karena perbankan islam tidak berbasis pada bunga uang. Konsep Islam menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga pertumbuhan pembiayaannya tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil yang dibiayainya. Pada saat perekonomian dunia lesu, maka yield yang diterima oleh perbankan Islam menurun, dan pada gilirannya return yang dibagi hasilkan kepada para penabung juga turun. Sebaliknya, pada saat perekonomian booming, maka return yang dibagi hasilkan akan booming pula. Dengan kata lain, kinerja perbankan Islam ditentukan oleh kinerja sektor riil, dan bukan sebaliknya. Dalam pandangan Islam, uang hanyalah sebagai alat tukar dan bukan merupakan barang dan komoditas. Islam tidak mengenal time value of money, tetapi Islam mengenal economic value of time. Jadi dengan kata lain, yang berharga menurut pandangan Islam adalah waktu itu sendiri (Arifin, 2001). Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam (Antonio, 1999). Tingkat bunga merupakan salah satu

19 pertimbangan seseorang untuk menabung atau mendepositokan dananya pada bank. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung atau mendepositokan dananya dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan dimasa yang akan datang (Smith, 1994. 91). Dimana para penabung atau deposan bersifat profit motif, yang mana mengandalkan keuntungan disaat bunga bank tinggi. Konsep mengenai bunga adalah sangat berlawanan dengan konsep yang ada pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah menekankan pada profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau didepositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan ke sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan di bagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Mudharabah adalah merupakan salah satu produk perbankan syariah yang mengandung adanya untung rugi, jika keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar, tetapi jika merugi maka keduanya menanggung risiko atas usaha tersebut. Dari uraian diatas mengenai penabung atau deposan bersifat profit motif adalah dilihat dari segi tingkat suku bunga bank konvensional, jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari tingkat bagi hasil maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya dibank konvensional dan sebaliknya jika tingkat bagi hasil lebih besar dari tingkat suku bunga maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya di bank syariah. Pada masyarakat sekarang lebih memilih untuk mendepositokan dananya dari pada menabung tabungan biasa, dengan alasan bahwa keuntungan yang didapat adalah lebih besar walaupun

20 memang risiko yang dihadapi cukup besar juga. Dapat dilihat dari perbandingan saldo berdasarkan laporan keuangan PT. Bank Sumut Unit Syariah atas Modal Kerja yang disisihkan oleh Bank Sumut Konvensional sebagai Induk dan Dana Pihak Ketiga dari Giro, Tabungan dan Deposito. Hingga Desember 2008 total Modal Kerja adalah Rp. 230,50 Milyar dan Dana Pihak Ketiga yang mampu dihimpun sebesar Rp. 129, 98 Milyar. Dibandingkan dengan tahun 2007, terjadi peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga dari Rp. 76,50 Milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 129,98 Milyar pada tahun 2008, atau terjadi pertumbuhan 69,90 % (www.banksumutsyariah.com). Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA dan BAGI HASIL TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH BANK SUMUT SYARIAH. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Bagaimana pengaruh Suku Bunga bank umum berpengaruh secara negatif terhadap volume deposito mudharabah di Bank Sumut Syariah? b. Bagaimana Tingkat Bagi Hasil berpengaruh secara positif terhadap volume deposito mudharabah di Bank Sumut Syariah?

21 1.3. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasar rumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut : 1. Tingkat Suku Bunga bank konvensional mempunyai pengaruh negatif terhadap volume deposito mudharabah di bank Sumut Syariah cabang Medan. 2. Tingkat Bagi Hasil mempunyai pengaruh positif terhadap volume deposito mudharabah di bank Sumut Syariah cabang Medan. 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui apakah tingkat suku bunga pada Bank konvensional berpengaruh terhadap deposito mudharabah di Bank Sumut Syariah cabang Medan. b. Mengetahui apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap deposito mudharabah di Bank Sumut Syariah cabang Medan.

22 1.5. Manfaat Penelitian Permasalahan diatas menuntut untuk sebuah manfaat dari penelitian ini yang mungkin manfaat ini dapat diperoleh antara lain : a. Memberikan masukan berupa informasi dan mungkin juga saran kepada pihak-pihak yang berkompeten dalam hal ini Bank Sumut Syariah, mengenai pengaruh bagi hasil dan suku bunga terhadap deposito mudharabah di Bank Sumut Syariah. b. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. c. Memberikan pengetahuan dan pemahaman pada penulis tentang perbankan syariah khususnya pengaruh bagi hasil, suku bunga, terhadap deposito mudharabah di Bank syariah. d. Sebagai penambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.