L5

dokumen-dokumen yang mirip
Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

b. Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan, yaitu 10%, 15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun 2009 dan 25% tahun 2010.

TAX REFORM PAJAK PENGHASILAN. Fadjar Harimurti Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta

PPh Pasal 26. Pengantar

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

1. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan sarana bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur merata

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

KOMPILASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN. Pembagian Subjek Pajak. Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri SIAPA SUBJEK PAJAK?

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi

Lampiran 1. Penghasilan termasuk Objek Pajak. Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 4(1):

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

GRAHA ILMU Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

BAB III OBJEK PENELITIAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BIAYA. Oleh Iwan Sidharta, MM.

Penghasilan Lainnya Bulan... Tahun... Biaya (Rp) Jumlah Bruto (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6)

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

Materi E-Learning Perpajakan

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

PAJAK PENGHASILAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

Selamat Datang dan Selamat Mengikuti Pelatihan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

a. Peredaran kegiatan usaha dan/atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebas harus dicatat secara teratur dan kronologis menurut urutan waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Westi Riani, 2 Sigit Haryadi. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PA JAK PENGHASILAN F INAL

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB I BENDAHARA DAN KEWAJIBAN PAJAKNYA

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

Transkripsi:

L4

L5

L6

L7

L8

L9

L10

L11

L12 Pokok-pokok Perubahan Ke Empat Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 yaitu Undang-undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 No. Keterangan Sebelum Perubahan Sesudah Perubahan 1. Subjek Pajak BUT Pasal 2 (5) -Perluasan Subjek Pajak pada Badan Usaha Tetap yang meliputi: Gudang, Ruang untuk promosi dan penjualan, Dedicated Server untuk kegiatan usaha melaui internet. 2. Objek Pajak (Pasal 4 ayat 1) a)penghapusan Pengecualian Bunga Obligasi yang Diterima Reksadana Sebagai Objek PPh. b)surplus Bank Indonesia c)pengalihan Hak Dibidang Pertambangan d)imbalan Bunga e)pengalihan Usaha Berbasis Syariah a)bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana bukan objek pajak. b)surplus Bank Indonesia ditafsirkan sebagai bukan objek pajak. c)pengalihan hak dibidang pertambangan tidak termasuk objek pajak. d)imbalan bunga bukan termasuk objek pajak e)pengalihan usaha berbasis syariah bukan merupakan objek pajak. a) Ketentuan tersebut dicabut dan ditegaskan sebagai objek pajak. b)penegasan bahwa Surplus Bank Indonesia merupakan objek pajak. c)menegaskan pengalihan hak dibidang pertambangan termasuk objek pajak. d)imbalan bunga yang diperoleh WP ditegaskan sebagai objek pajak. e)penghasilan dari kegiatan usaha berbasis syariah ditegaskan sebagai objek pajak. 3. Objek Pajak (Pasal 4 ayat 2) a)pemindahan Objek Simpanan koperasi a) Simpanan koperasi yang semula dikenai PPh Pasal 23 a) Memindahkan bunga simpanan koperasi menjadi objek PPh Pasal 4 ayat (2) final.

L13 b)penambahan Objek 4. Pengecualian Dari Objek Pajak (Pasal 4 ayat 3) a)zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia b)inter-corporate Divedend c)beasiswa d)bagian Laba Unit Penyertaan KIK e)sisa Lebih Lembaga Nirlaba Bidang Pendidikan dan LITBANG f)bantuan dari BJPS b)syarat memiliki usaha aktif bagi WP yang menerima inter-corporate diividend. d)bagian laba yang diperoleh pemegang unit KIK merupakan objek pajak. b) Menambah objek PPh Pasal 4 ayat (2) final meliputi: -Penghasilan dari transaksi derivatif; dan c)penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan real estate. a)zakat, sumbangan keagamaan bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk/disahkan oleh pemrintah. b)syarat memiliki usaha aktif bagi WP yang menerima inter-corporate dividend dihapus. c)beasiswa dikecualikan sebagai Objek Pajak. d)bagian laba yang diterima atau diperoleh pemegang unit penyertaan KIK bukan merupakan Objek Pajak. e)sisa lebih lembaga nirlaba bidang pendidikan dan/atau bidang litbang dikecualikan sebagai objek pajak. f)bantuan/santunan dari BPJS yang diterima WP tertentu bukan merupakan Objek Pajak

L14 5. Biaya Pengurang Penghasilan Bruto Pasal 6 (1) huruf angka 7. a)biaya Promosi dan Penjualan b)piutang Tak tertagih c) Pemupukan Dana Cadangan d)sumbangan Yang Dapat Dibiayakan. 6. Istri yang Memilih untuk Menjalankan Hak dan Kewajiban Perpajakannya Sendiri. 7. Perubahan PTKP Diri Sendiri Rp.13,2 juta Tambahan WP Kawin Rp. 1,2 juta Tambahan Istri Bekerja Rp.13,2 juta Tambahan Tanggungan Rp. 1,2 juta (Maksimal 3 orang) a)biaya Promosi dan Penjualan dapat dijadikan sebagai biaya. b) Mempermudah syarat untuk membiayakan Piutang tak Tertagih sebagai biaya. c) Perluasan Pembentukan Dana Cadangan yang dapat dijadikan sebagai biaya. d)penambahan dan Perluasan Dana Sumbangkan yang dapat dijadikan sebagai biaya. Penambahan tentang penghasilan suami-istri yang dapat dikenakan pajaknya secara terpisah apabila dikendaki oleh pihak istri sendiri. Diri Sendiri Rp.15,84 juta Tambahan WP Kawin Rp. 1,32 juta Tambahan Istri Bekerja Rp.15,84 juta Tambahan Tanggungan Rp. 1,32 juta (Maksimal 3 orang 8. Norma Perhitungan Penghasilan Neto WP orang pribadi yang memiliki peredaran usaha kurang dari Rp 600 juta dapat menggunakan norma penghitungan penghasilan neto. Batas peredaran usaha untuk dapat menggunakan norma penghitungan penghasilan neto bagi WP orang pribadi dinaikkan menjadi Rp. 4,8 milyar

L15 9. Perubahan Tarif Pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi Perubahan Tarif Pajak pada Wajib Pajak Badan Dividen yang Diterima WP OP 10. a) Pembelian Saham atau Aktiva melalui Pihak Lain. -S.d 25jt. 5% ->25jt.-50jt 10% ->50jt.-100jt 15% ->100jt.-200jt. 25% ->200jt 35% -S.d 50jt. 10% ->50jt.-100jt. 15% ->100jt. 30% Dividen yang diterima WP OP tidak termasuk dalam Objek PPh Pasal 4 ayat (2). S.d 50jt. 5% ->50jt.-250jt. 15% ->250-500jt. 25% ->500jt. 30% Tarif tertinggi PPh OP sebesar 35% turun menjadi 30% pada tahun pajak 2009. -Tarif Tunggal 30% -Diturunkan menjadi 28% pada tahun 2009, dan menjadi 25% pada tahun 2010. -Untuk WP Badan Masuk Bursa diberikan tarif 5% lebih rendah dari tarif yang berlaku. -WP badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka memperoleh penurunan tarif sebesar 5% dari tarif WP badan yang berlaku sepanjang memenuhi syarat. Dividen Yang Diterima WP OP Dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) final setinggi-tingginya sebesar 10%. a) Pembelian Saham atau Aktiva melalui Pihak Lain, dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut, sepanjang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.

L16 b) Penjualan Saham SPC di tax haven country yang memiliki saham WP dalam negeri. c) Pembayaran Gaji ekspatriat 11. Tarif Pemotongan/ Pemungutan Ketentuan Saat Terutang PPh Pasal 23/26 Perluasan Objek PPh Pasal 22 -Ketentuan Saat Terutang PPh Pasal 23/26 pada saat dibebankan dalam pembukan. -Bendaharawan pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang; -Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. b)penjualan atau Pengalihan Saham antara pihak lain yang didirikan di tax haven country, yang mempunyai hubungan istimewa dapat ditetapkan sebagai BUT di Indonesia. c) Pembayaran Gaji ekspatriat yang ditempatkan oleh perusahaan induk di luar negeri untuk bekerja sebagai pegawai perusahaan dalam negeri yang merupakan anak perusahaannya. Jenis Pot/Put (Non NPWP) PPh 21 20% lebih tinggi PPh 22 100% lebih tinggi PPh 23 100% lebih tinggi -Ketentuan Sat Terutang PPh Pasal 23/26 menjadi saat dibayarkan, serta saat pembayaran telah jatuh tempo. Diusulkan Tambahan: -Wajib Pajak tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah. -Besarnya batasan barang tergolong sangat mewah dan tarif PPh Pasal 22 sedang dalam proses pembahasan.

L17 Perubahan Tarif PPh Pasal 23 Perluasan dan Penegasan Objek PPh 26 12. Perluasan Mengenai Penentuan Sumber Penghasilan PPh Pasal 24 Semula semua tarif disamaratakan hanya 15%. Diubah menjadi sebagai berikut: -15% dari peredaran bruto atas dividen, bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya; -2% dari peredaran bruto atas jasa-jasa seperti sewa, jasa manajemen, jasa. Perluasan; Keuntungan karena pembebasan hutang. -Penegasan; Premi swap ditempatkan pada butir tersendiri dan diperluas menjadi: premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya. Penentuan sumber penghasilan diperluas meliputi: -Sumber penghasilan dari pengalihan hak penambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada; -Sumber penghasilan dari pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada; -Sumber penghasilan dari pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

L18 13. PPh Pasal 25 WP OP Tertentu, Fiskal Luar Negeri, Membuat Laporan Keuangan Berkala. -Tarif 2% dari jumlah peredaran bruto berdasarkan pembukuan atau pencatatan setiap bulan. Tarif paling tinggi 0,75% dari jumlah peredaran bruto berdasarkan pembukuan atau pencatatan setiap bulan. 14. Perpajakan Pertambangan dan Syariah 15. Fasilitas Perpajakan Bagi UMKM - Bagi WP orang pribadi yang bertolak ke luar negeri wajib membayar Fiskal Luar Negeri sebagai pembayaran pajak dimuka. besarnya Fiskal Luar Negeri adalah: a) Sebesar Rp.1.000.000,- transportasi melalui udara, b) Sebesar Rp.500.000,- transportasi melalui darat dan laut. a)bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki NPWP tidak membayar Fiskal Luar Negeri. b)bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang bertolak ke LN, wajib membayar Fiskal Luar Negeri sebagai pembayaran pajak dimuka. - Seluruh perusahaan yang diwajibkan membuat laporan keuangan berkala dapat membayar angsuran berdasarkan laporan keuangan berkala tersebut. - Bidang usaha pertambangan minyak dan gas bumi, serta bidang usaha yang berbasis syariah ketentuan perpajakannya diatur tersediri dengan peraturan pemerintah. -WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto s.d Rp50 miliar mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar. (Pasal 31E)

L19