13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Febuari 2016 di Screen house Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarata. 1. Alat Penelitian B. Bahan dan Alat Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat penggiling, bak plastik, timbangan analitik, cethok, sprayer, ember plastik, kertas, kain flanel merah, gelas plastik, botol plastik 1.5 liter, kain paris, karet, gunting, alat tulis, kamera, EC meter, ph meter, beker glass 250 ml, gelas ukur 10 ml, pipet, dan klorofilmeter. 2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit selada (red rapid), limbah padat serat batang aren yang telah direndam selama 1, 2, dan 3 bulan dan digiling, pasir merapi cuci, arang sekam, nutrisi AB mix, aquadest. Garam teknis yang dibutuhkan dalam pembuatan nutrisi AB mix untuk 1000 liter yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 3. Nutrisi untuk 1000 Liter. Jenis Garam Teknis Kebutuhan (g) Pekatan A Pekatan B Kalium Nitrat 580 Kalsium Nitrat 1100 Fe-EDTA 38 Kalium dihidrophospat 450 Magnesium sulfat 790 Mangan sulfat 8 Cupri Sulfat 0,4 Zinc Sulfat 1,5 Asam borat 4,0 Natrium- Molide 0,1 Amonium sulfat 30 13
14 C. Perancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan metode penentuan sampel yang digunakan metode random sampling. Dengan menggunakan 1 faktor yang terdiri atas 8 taraf, masing-masing 5 kali ulangan sehingga didapatkan 40 satuan percobaan. Berikut rincian percobaan yang di uji : A : Arang sekam (kontrol). P : Pasir merapi cuci. S1 : Serat batang aren perendaman 1 bulan. S2 : Serat batang aren perendaman 2 bulan. S3 : Serat batang aren perendaman 3 bulan. PS1: Komposisi pasir merapi : serat batang aren perendaman 1 bulan (1:1) (v:v). PS2: Komposisi pasir merapi : serat batang aren perendaman 2 bulan (1:1) (v:v). PS3: Komposisi pasir merapi : serat batang aren perendaman 3 bulan (1:1) (v:v). D. Pelaksanaan Penelitian 1. Pelaksanaan di Laboratorium. Pelaksanaan di Laboratorium adalah melakukan analisis karakter fisika dari substrat. Analisis fisik meliputi bulk density, particle dencity, water holding capacity sedangkan analisis kimia meliputi ph substrat (Lampiran 5). a) Analisis fisik Analisis fisik substrat dilakukan sebelum digunakan sebagai substrat meliputi analisis berat volume serat (Bulk Density), kepadatan partikel (Particle Density), dan kapasitas menahan air (water holding capacity). Cara pengukuran: 1) Menimbang gelas ukur volume 1 liter...(a) 2) Menimbang gelas ukur vol.1 liter + substrat yang telah dipadatkan.(b) = 3) Menimbang gelas ukur volume 1 liter + substrat yang telah dipadatkan + air hingga volumenya 1 liter...(c) 14
15 4) Menghitung volume air yang ditambahkan = C- (A+B)...(D) 5) Menghitung volume substrat = 1000 - D...(E) = 6) Analisis kapasitas menahan air (water holding capacity) dilakukan pada awal sebelum digunakan sebagai media tanam. Kapasitas menahan air dilakukan dengan cara mengisi botol aqua dengan substrat kemudian di timbang sebagai berat kering (B1) kemudian mengisi botol aqua yang berisi substrat tadi dengan air kemudian ditutup dengan kain kassa dan di gantung terbalik dan dibiarkan hingga tidak ada air yang menetes dan di timbang kembali beratnya sebagai (B2) = Keterangan : B1 = Berat substrat kering (gram) B2 = Berat substrat basah (gram) 2. Analisis Kimia Substrat Analisis kimia substrat yaitu menghitung ph substrat (Lampiran 6). 3. Pelaksanaan di Screen House. a) Persiapan substrat a. Arang sekam dibuat dengan menggunakan drum berukuran sedang yang dibagian tengahnya diberi ayakan kawat yang dibentuk menyerupai tabung, kemudian dibakar melalui bagian tengahnya. Setelah sekam setengah matang (kurang lebih 2 jam), diangkat kemudian dihamparkan pada bidang datar atau lantai dan dibolak balik agar pembakaran merata sambil disemprot air menggunakan sprayer (Lampiran 7A.1). b. Serat batang aren diperoleh dari sisa produksi tepung aren di daerah Tulung, Klaten. Serat batang aren direndam selama 1, 2 dan 3 bulan, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur, dipisahkan dari gumpalan kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling (Lampiran 7A.2). 15
16 c. Pasir Merapi yang berada didalam karung dikeluarkan dan pasir kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran yang terbawa oleh pasir (Lampiran7A.3). b) Persiapan bibit selada. Bibit selada dibeli dari tempat pembibitan selada di daerah kemuning. c) Persiapan substrat sebelum tanam. Substrat berupa arang sekam, serat batang aren dan pasir di kombinasikan sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan dimana tiap perlakuan diulang 3 kali. Berbagai komposisi perlakuan tersebut dimasukan kedalam bak setinggi 20 cm, panjang 40 cm dan lebar 30 cm. Satu bak berisi substrat sebanyak 5 liter (Lampiran 7A.4). d) Pembuatan larutan nutrisi AB Mix. Nutrisi AB mix dibuat dari pekatan dengan mengambil masingmasing bagian A dan bagian B kemudian diencerkan dengan air sebanyak 5 liter untuk pekatan A dan 5 liter untuk pekatan B kedalam wadah yang berbeda-beda. Membuat larutan AB mix sebanyak 1000 liter dengan cara melarutkan larutan pekatan A dan larutan pekatan B masing-masing 2.5 liter kedalam 1000 liter air dan diaduk hingga homogen. Pengukuran EC dilakukan setiap sebelum melakukan penyiraman. Selada menggunakan EC 2.0 3.0 ms/cm, apabila EC terlampau tinggi dapat diturunkan dengan cara menambahkan air hingga nilai EC yang diinginkan tercapai namun apabila terlalu rendah dapat dinaikan dengan cara menambahkan larutan pekatan A dan larutan pekatan B sehingga nilai EC yang diinginkan tercapai (Lampiran 7A.4). e) Penanaman. Bibit selada yang berasal dari tempat pembibitan di kemuning dipindah tanam langsung kedalam bak plastik yang sebelumnya telah dilubangi sampingnya sebanyak 2 lubang setiap sisi atau secara keselurahan ada 8 lubang per bak. Setiap bak berisi 5 tanaman selada. 16
17 Penataan bak plastik diacak secara lengkap dengan ulangan sebanyak tiga kali (Lampiran 7B). f) Pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan setiap hari dengan mengecek media agar tetap dalam keadaan basah untuk menghindari kekurangan nutrisi. Penyiraman nutrisi AB mix dilakukan setiap harinya dua kali sehari disiram air pagi dan sore. Penyiraman nutrisi AB mix sebanyak 500ml/hari/bak. g) Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Selada Setiap Minggu. Pengukuran petumbuhan dilakukan seminggu sekali meliputi tinggi tanaman selada, jumlah daun selada, dan kadar klorofil selada (Lampiran 7C). h) Pemanenan Dan Pengamatan Hasil Panen. Pemanenan dilakukan pada selada yang telah berumur 45 HST dengan cara mencabut langsung dari media kemudian melakukan pengamatan dan pengukuran hasil panen selada (Lampiran 7D). E. Pengamatan peubah Tujuan penelitian ini akan dijawab berdasarkan data hasil pengukuran dan pengamtan berbagai variabel penelitian. Adapun variabel penelitian tersebut meliputi : 1. Variabel substrat. a. Bulk density (g/ml). b. Particle density. c. Water Holding capacity (%). 2. Variabel pertumbuhan tanaman. a. Tinggi tanaman (cm) Mengukur dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi, setiap seminggu sekali, mulai dilakukan setelah tanaman berumur 7 HST (Hari Setelah Tanam). 17
18 b. Jumlah Daun (helai) Selada merupakan tanaman sayuran daun, karena daun merupakan bagian utama yang dikonsumsi maka peningkatan jumlah daun merupakan hal yang penting dalam pertumbuhannya (Mechram, 2006). Daun yang terbentuk sempurna dihitung setiap seminggu sekali, mulai dilakukan setelah tanaman berumur 7 HST (Hari Setelah Tanam). c. Luas Daun (cm 2 ) Mengukur pada akhir pengamatan dengan menggunakan metode gravimetri dengan rumus: = ( ) x ( ) Luas satu lembar kertas (cm2 ) (Guswanto, 2009) d. Kadar klorofil Pengukuran kadar klorofil menggunakan alat Klorofilmeter, dilakukan setiap satu minggu sekali dimulai setelah tanaman berumur 7 HST. e. Panjang akar (cm) Membongkar tanaman sampel. Akar dicuci bersih dengan cara menyemprotkan air ke akar sampai sisa-sisa tanah hilang dan akar menjadi bersih, setelah itu dikering-anginkan, lalu pengukuran dilakukan mulai pangkal batang sampai ujung akar terpanjang. Pengamatan panjang akar dilakukan satu kali pada waktu panen. f. Volume akar (ml) Pengamatan volume akar dilakukan satu kali pada waktu panen dengan cara memotong bagian akar selada yang telah diukur dan dibersihkan. Akar tersebut dikeringanginkan terlebih dahulu kemudian dimasukan ke dalam gelas beker 250 ml sehingga didapatkan penambahan volume. Volume akar dapat diperoleh dengan rumus : Volume akar (ml) : (V1 - V0) Keterangan : V0 : Volume air awal (ml) V1 :Volume air setelah dimasukkan akar (ml) 18
19 3. Variabel hasil panen. a. Berat Segar Tanaman (g) Produksi selada sangat ditentukan oleh bobot segar tanaman Pengukuran berat segar tajuk dilakukan pada akhir pengamatan dengan cara memanen tajuk dan akar tanaman kemudian ditimbang. b. Berat Kering Tanaman (g) Berat kering merupakan produk akhir dalam bentuk biomassa dari proses fotosintesis dalam tanaman, Perhitungan berat kering dilakukan dengan cara tanaman selada yang telah ditimbang, selanjutnya dikeringkan selama 60 jam pada oven listrik dengan suhu 60 0 C kemudian ditimbang kembali berat keringnya. F. Analisis Data Penelitian ini akan diuji menggunakan uji Anova taraf 5% untuk mengetahui apakah faktor perlakuan memberikan pengaruh beda nyata terhadap variabel pengamatan. Apabila terdapat beda nyata pada perlakuan maka akan dilanjutkan dengan Duncan s Multiple Range Test (DMRT), uji ini dilakukan untuk mengetahui taraf perlakuan yang paling mempengaruhi variabel pengamatan dimana terdapat subset berupa angka atau huruf yang menunjukkan perbedaan yang nyata tiap taraf perlakuan. 19