UJI ANTAGONIS 5 ISOLAT TRICHODERMA DARI RIZOSFER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp. secara In Vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

UJI DAYA HAMBAT JAMUR ANTAGONIS Trichoderma spp DALAM FORMULASI KERING BERBENTUK TABLET TERHADAP LUAS BERCAK Phytophthora palmivora PADA BUAH KAKAO

UJI ANTAGONISME Trichoderma sp. TERHADAP JAMUR PATOGEN Alternaria porri PENYEBAB PENYAKIT BERCAK UNGU PADA BAWANG MERAH SECARA In-VITRO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Fusarium sp. Secara In Vitro (Metode Dual Kultur)

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

I. PENDAHULUAN. khususnya cabai merah (Capsicum annuum L.) banyak dipilih petani dikarenakan

Yuricha Kusumawardani, Liliek Sulistyowati dan Abdul Cholil

KEMAMPUAN ANTAGONIS Trichoderma sp. TERHADAP BEBERAPA JAMUR PATOGEN IN VITRO

UJI POTENSI TRICHODERMA INDIGENOUS SULAWESI TENGGARA SEBAGAI BIOFUNGISIDA TERHADAP Phytophthora capsici SECARA IN-VITRO

In-vitro Potential test of Trichoderma indigenous Sulawesi Southeast As Biofungicide Against Phytophthora capsici

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

Shinta Hartanto dan Eti Heni Krestini Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl Raya Tangkuban Perahu No 517 Lembang Bandung

PENGENDALIAN HAYATI PATOGEN BUSUK AKAR (Ganoderma sp.) PADA ACACIA MANGIUM DENGAN Trichoderma spp. ISOLAT LOKAL SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAYA ANTAGONISME Trichoderma spp. TERHADAP BEBERAPA SPESIES KAPANG PATOGEN DARI RHIZOSFER TANAH PERTANIAN KEDELAI

Uji Antagonis Gliocladium sp dalam... Syamsul Rizal...Sainmatika...Volume 14...No 2 Desember

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

ANTAGONISME ANTARA KAPANG Trichoderma spp. TERHADAP Fusarium solani SECARA IN VITRO SERTA MEKANISME ANTAGONISMENYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI ANTAGONIS JAMUR TRICHODERMA, VERTICILLIUM DAN TORULOMYCES TERHADAP Ganoderma boninense Pat. SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah

EFEKTIFITAS TRICHODERMA INDIGENUS SULAWESI TENGGARA SEBAGAI BIOFUNGISIDA TERHADAP Colletotrichum sp. SECARA IN- VITRO

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu

FORMULASI Streptomyces sp. DAN Trichoderma sp. BERBAHAN DASAR MEDIA BERAS JAGUNG, BEKATUL DAN KOMPOS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

PENDAHULUAN. Cabai merah adalah salah satu komoditas sayuran penting yang banyak

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. jumlah spesies jamur patogen tanaman telah mencapai lebih dari

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

Penggunaan Trichoderma sp. yang Ditambahkan pada Berbagai Kompos untuk Pengendalian Penyakit Layu Tanaman Stroberi (Fragaria sp.)

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Pasetriyani Eddy Tarman

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan.

PERANAN TRICHODERMA KONINGII DALAM MENGENDALIKAN JAMUR AKAR PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu komoditas

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

EFEKTIFITAS TRICHODERMA INDIGENUS SULAWESI TENGGARA SEBAGAI BIOFUNGISIDA TERHADAP Colletotrichum sp. SECARA IN- VITRO

TINJAUAN PUSTAKA. maupun subtropika. Negara penghasil pisang dunia umumnya terletak di daerah

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

I. PENDAHULUAN. Pisang Cavendish merupakan komoditas pisang segar (edible banana) yang

EFEKTIVITAS AGENS ANTAGONIS TRICHODERMA SP PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH TERHADAP PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Salah satu hambatan dalam peningkatan dan stabilisasi produksi tanaman semusim di Indonesia ialah serangan penyakit patogen tular

*Corresponding author : ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE

A. Latar Belakang Masalah

Seleksi Bakteri Antagonis Asal Rizosfer Tanaman Cabai (Capsicum sp) untuk Menekan Penyakit Layu Fusarium secara in vitro

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

TAHAPAN PERBANYAKAN JAMUR Trichoderma harzianum DENGAN MEDIA DEDAK DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp.)

BAB 5 PENEKANAN PENYAKIT IN PLANTA

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Patogen Sclerotium rolfsii. inang yang sangat luas. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur ini

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

Transkripsi:

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 UJI ANTAGONIS 5 ISOLAT TRICHODERMA DARI RIZOSFER Pinus sp TERHADAP PERTUMBUHAN CENDAWAN Colletotricum sp PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOS PADA CABAI SECARA IN-VITRO Shinta Hartanto dan Eti Heni K. Jl Raya Tangkuban Parahu No 517 Lembang- Bandung Barat Balai Penelitian Tanaman Sayuran Email: shinta.hartanto@gmail.com Abstrak Serangan penyakit masih menjadi kendala utama pada budidaya cabai terutama pada saat pergantian musim, salah satunya yaitu antraknos, penyakit ini disebabkan oleh cendawan dari genus Colletotrichum sp, serangan antraknos dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi petani karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produksi cabai. Hingga saat ini eksplorasi dan screening untuk menemukan mikroba antagonis dalam mengendalikan serangan antraknos masih dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat 5 isolat Trichoderma sp yang diisolasi dari rhizosfer Pinus sp. Metode uji antagonis yang digunakan untuk dalam penelitian ini adalah dual culture method antara Trichoderma sp dengan Colletotrichum sp. Rancangan penelitian menggunakan RAK (5 perlakuan dengan 5 ulangan). Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung persentase penghambatan yang ditunjukkan oleh Trichoderma. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kelima isolat Trichoderma asal Rizosfer Pinus mempunyai daya hambat dengan persentase 60-64%. Isolat 5 memilki daya hambat tertinggi sebesar 64%, mekanisme penghambatan yang terjadi diduga berupa kompetisi dan mikroparasit. Kata Kunci: Trichoderma, Pinus, Colletotrichum, Uji antagonis Pendahuluan Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha peningkatan mutu dan produksi tanaman cabai, hal ini menjadi tantangan besar untuk ditemukan cara pemecahannya (Herlina, 2009; Soesanto et al, 2013). Kendala utama yang masih sering dihadapi oleh petani cabai hingga saat ini yaitu serangan penyakit, salah satunya serangan antraknos yang disebabkan oleh cendawan dari genus Colletotrichum sp. Intensitas serangan penyakit antraknos ini menjadi sangat tinggi pada pergantian musim, hal ini dikarenakan kelembapan dan suhu lingkungan pada waktu tersebut mendukung spora cendawan untuk berkembang. Cendawan Colletrichum menyerang bagian buah cabai sehingga nampak seperti gosong dengan lesi pada daging buah berwarna kecoklatan. Akibat dari serangan cendawan ini, petani 205

Shinta Hartanto, Eti Heni K Uji Antagonis 5 Isolat... berpotensi mengalami kerugian besar hingga mengalami kegagalan panen. Krestini (2012) Dalam usaha pengendalian serangan antraknos pada cabai, petani lebih mengutamakan penggunaan fungisida sintetik, karena cara ini dianggap lebih efektif, cepat dan efisien dibandingkan dengan cara lainnya. Padahal penggunaan fungisida sintetis yang dilakukan secara terus menerus dan tidak tepat dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Asrul (2009) menyatakan bahwa penggunaan pestisida sintetik dapat membahayakan keselamatan lingkungan serta menganggu keseimbangan ekosistem, sehingga saat ini metode pengendalian diarahkan pada pengendalian secara hayati, dengan menggunakan musuh alami dari patogen tersebut. Salah satu agen biokontrol yang diketahui mampu mengendalikan penyakit pada tanaman adalah jamur dari genus Trichoderma (Asrul, 2009). Trichoderma sp adalah jamur saprofit yang distribusinya sangat melimpah di tanah. Secara alami, Trichoderma merupakan parasit yang menjadi musuh alami pada banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman sehingga memiliki spektrum pengendalian yang luas. Menurut Berlian et al (2013) keuntungan penggunaan Trichoderma sp sebagai agensia hayati adalah pertumbuhannya yang cepat, mudah dikulturkan dalam biakan media atau kondisi alami. Beberapa jenis Trichoderrma juga mampu bertahan hidup dengan membentuk spora pada kondisi yang tidak menguntungkan, sehingga dengan hanya sekali aplikasi, Trichoderma akan tetap tinggal di tanah. Hal ini menjadi salah satu kelebihan penggunaan Trichoderma sebagai agensia hayati untuk mengendalikan pathogen tanaman yang bersifat tular tanah. Trichoderma sp dapat ditemukan dengan mudah pada tanah serta daerah rizosfer akar. Daerah rizosfer Pinus sp salah satunya merupakan ekosistem yang diduga menyimpan potensi akan isolat Trichoderma sp yang dapat digunakan sebagai agensia hayati pengendali penyakit antraknos yang menyerang tanaman cabai, hal ini dikarenakan pohon Pinus merupakan salah satu tanaman tahunan yang sangat jarang terpapar oleh bahan kimia sintetis, sehingga diharapkan daerah rizosfernya mengandung mikroba menguntungkan dengan populasi yang tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, pada penelitian ini dilakukan uji antagonis 5 isolat Trichoderma asal rhizosfer Pinus sp terhadap pertumbuhan cendawan Colletotrichum sp penyebab penyakit antraknos pada tanaman cabai secara in vitro. 206

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 Metode Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei - Juli 2016 di Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi Balai Penelitian Tanaman Sayuran,. Rancangan Penelitian menggunakan RAK, dengan 5 Perlakuan 5 ulangan, pengamatan persentase daya hambat dilakukan pada 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari setelah inokulasi. Pengambilan sampel tanah dilakukan dari Rizosfer pohon Pinus sp yang hidup di sekitar Balai Penelitian Tanaman sayuran. Sampel tanah dikumpulkan dari daerah rizosfer pohon Pinus sp ( 5 pohon pinus, tiap pohon pinus diambil 5 titik untuk sampling). Penanaman sampel dilakukan dengan menggunakan metode spread plate dengan pengenceran 10-1 hingga 10-5. Sampel tanah yang diperoleh dikeringanginkan selama 24 jam pada suhu ruang, kemudian sebanyak 10 gram sampel tanah ditimbang dan dimasukkan ke dalam 90 ml akuades steril, dishaker selama kurang lebih 1 jam. Untuk pengenceran 10-1 sebanyak 1 ml larutan diambil dan dimasukkan ke dalam 9 ml akuades steril dan divortex, selanjutnya dilakukan hal yang sama hingga pengenceran 10-5. Media yang digunakan untuk menumbuhkan Trichoderma yaitu PDA. Sumber isolat Colletotrichum merupakan koleksi dari laboratorium bakterimikologi Balitsa, uji antagonis dilakukan dengan metode dual culture antara Trichoderma dan Colletrotichum. Sumber isolat Colletrotichum diambil dengan metode cork borer (diameter 2mm) dan diletakkan di tengah cawan petri berdiameter 9 cm, sedangkan isolat Trichoderma di tanam pada satu titik dengan jarak 3 cm dari tengah cawan petri, selanjutnya diinkubasi selama 1 hari pada suhu ruang. Persentase penghambatan Trichoderma terhadap Colletrotichum dihitung setelah 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari setelah masa inokulasi dengan menggunakan rumus di bawah ini: Persentase hambatan = (R1 R2) x (R1) -1 x 100% Keterangan : R1 = diameter pertumbuhan cendawan pathogen kearah tepi petri (kontrol) R2 = diameter pertumbuhan cendawan pathogen ke arah isolat Trichoderma sp. 207

Shinta Hartanto, Eti Heni K Uji Antagonis 5 Isolat... Hasil dan Pembahasan Persentase hambatan 5 isolat Trichoderma sp terhadap pertumbuhan pathogen Colletotrichum sp Persentase hambatan pathogen dihitung untuk mengetahui pengaruh daya hambat cendawan antagonis Trichoderma terhadap pertumbuhan cendawan colletrichum penyebab penyakit antraknos pada cabai. Berdasarkan uji antagonis kelima isolat Trichoderma yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kelima isolat tersebut memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan cendawan colletotrichum, persentase penghambatan ditampilkan pada tabel Tabel 1. Daya Hambat Trichoderma sp terhadap Colletotricum sp pada 1 HSI (Hari Setelah Inkubasi) Kode isolat Trichoderma Persentase daya hambat (%) Kontrol 0 Trichoderma Isolat 1 62,3 Trichoderma Isolat 2 60 Trichoderma Isolat 3 60 Trichoderma Isolat 4 62,3 Trichoderma Isolat 5 64 Daya hambat lima isolat Trichoderma pada 1 hari setelah inkubasi terhadap pertumbuhan cendawan Colletotricum memiliki persentase yang tinggi, dengan nilai persentase berkisar antara 60 hingga 64%. Persentase daya hambat tertinggi dimiliki oleh Trichoderma isolat 5 sebesar 64%. Hasil uji antagonis menunjukkan bahwa, ke 5 isolat Trichoderma sp mampu menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum secara in-vitro, kemampuan ke 5 isolat Trichoderma dalam menghambat pertumbuhan pathogen dikarenakan jamur antagonis ini dapat menghasilkan senyawa antifungi, sehingga cendawan Colletotrichum menjadi terhambat pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Otter et al. (2004) bahwa suatu cendawan antagonis dapat dikategorikan memiliki aktivitas penghambatan yang tinggi terhadap pertumbuhan pathogen bila persentase penghambatannya mencapai lebih dari 60%, namun bila persentase hambatan hanya mencapai 30% maka cendawan antagonis tersebut dapat dikategorikan memiliki efek penghambatan minimal. Menurut Rahman et al (2013), isolat Trichoderma sp asal Bangladesh yang diuji secara dual culture melawan cendawan pathogen Colletotricum capsici menunjukkan persentase penghambatan yang tinggi sebesar 81,96%. 208

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 Gambar 1. Grafik Persentase Hambatan setelah 1 hsi, 3 hsi, 5 hsi dan 7 hsi Persentase hambatan Trichoderma sp terhadap pertumbuhan Colletotrichum menunjukkan kecenderungan meningkat dari hari ke hari. Pada hari ke 1 hsi, daya hambat ke 5 isolat Trichoderma mencapai 64%, namun pada hari ke 3 tidak terjadi peningkatan persentase hambatan (Gambar 1), hal ini dikarenakan hingga hari ke 3 setelah inokulasi Trichoderma masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya sehingga belum optimal dalam melakukan penghambatan. Pada hari ke 3 hsi, cendawan Colletotrichum mengalami peningkatan luas dan diameter koloni, sehingga menurunkan persentase penghambatan ke 5 isolat Trichoderma menjadi 60%. Persentase hambatan meningkat kembali pada hari ke 5 hsi yaitu sebesar 90-95%, dan pada hari ke 7hsi mencapai 95-98% ditandai dengan kecepatan pertumbuhan Trichoderma dalam memenuhi dan menggunakan nutrisi pada media, sedangkan pertumbuhan Colletotrichum terhenti dengan diameter koloni berkisar antara 5-7 mm. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Gusnawathy et al (2013), bahwa kemampuan kecepatan pertumbuhan yang tinggi merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kemampuan suatu mikroorganisme antagonis dalam mengendalikan penyakit yang menyerang tanaman, sehingga dengan kemampuan tersebut mikroorganisme antagonis mampu berkompetisi dalam penguasaan ruang dan nutrisi. 209

Shinta Hartanto, Eti Heni K Uji Antagonis 5 Isolat... Mekanisme Daya Hmabat Trichoderma sp terhadap Colletotrichum sp. Tabel 1, Gambar Mekanisme Penghambatan Trichoderma sp terhadap Colletotrichum sp. Perlakuan (Isolat) Isolat 1 Gambar Trichoderma+Antraknosa Mekanisme Antagonis Mikoparasit Keterangan Isolat 2 Mikroparasit Isolat 3 Mikoparasit Isolat 4 Mikoparasit Isolat 5 Mikoparasit Dari gambar pada tabel 2 dapat dilihat bahwa, semua isolat Trichoderma sp yang diuji kemampuan daya hambatnya mampu menghambat pertumbuhan Colletotrichum karena memiliki kemampuan berupa kompetitor ruang dan nutrisi yang cepat dibanding dengan Kemampuan ini ditandai dengan pertumbuhan Trichoderma yang sangat cepat dimulai dari 1 hari setelah inkubasi. Setelah 7 hsi, 210

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 Trichoderma sudah mampu memenuhi dan mengkolonisasi ruang tumbuh (Petri disk dengan diameter 9 cm), sehingga mekanisme antagonis selanjutnya yang terjadi adalah mikroparasitasi, ditandai dengan tumbuhnya koloni Trichoderma di atas permukaan koloni Colletotrichum. Menurut Gusnawathy et al (2013), pada media PDA tempat Trichoderma tumbuh, diduga terjadi pelilitan antara pertemuan hifa Trichoderma dengan hifa Colletotrichum, selanjutnya ketika Trichoderma tersebut mencapai pathogen, hifa Trichoderma akan membelit dan menghimpit hifa inang dengan membentuk sebuah struktur seperti kait yang digunakan untuk menyerap nutrisi dari inang. Menurut Cook dan Baker (1982) mekanisme antagonis yang dimiliki oleh Trichoderma pada umumnya berupa mikroparasit dan kompetitor yang sangat cepat. Pada awal pertumbuhannya, hifa Trichoderma sp akan tumbuh memanjang, selanjutnya melilit dan memenetrasi hifa cendawan pathogen, mengakibatkan hifa pathogen lisis dan akhirnya mati. Enzim kitinase yang dihasilkan oleh Trichoderma diduga berperan juga dalam menghambat dan membunuh pathogen, enzim ini mampu merusak dan melisiskan dinding sel penyusun hifa pathogen, sesuai dengan yang dinyatakan oleh Alfizar et al (2013) bahwa Persentase daya hambat Trichoderma yang tinggi dipengaruhi juga oleh komponen penyusun dinding bagian luar Colletrotichum yang memiliki tekstur mikrofibril tersusun dari - 1,4 N asetilglukosamin, komponen ini merupakan bahan utama pada dinding sel cendawan yang menjadi target enzim kitinase Trichoderma. Menurut Berlian et al (2013), Trichoderma sp mampu melakukan penetrasi ke dalam dinding sel inang dengan cara mensekresi enzim-enzim pendegredasi dinding sel, yaitu: kitinase, glukanase dan protease. Setelah terjadi proses penetrasi, Trichoderma akan menggunakan isi hifa dari inang (cendawan pathogen) sebagai sumber nutrisi. selain itu, pada saat terjadi penetrasi ke dalam dinding sel inang. Selain itu Trichoderma diduga juga menghasilkan antibiotik yang bersifat volatil dan mudah berdifusi pada media sehingga dapat mematikan cendawan pathogen (Patil et al, 2012; Jane et al, 2011). Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa lima isolat Trichoderma sp yang diisolasi dari rizosfer tanaman pinus mampu menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum sp penyebab penyakit antraknos pada tanaman 211

Shinta Hartanto, Eti Heni K Uji Antagonis 5 Isolat... cabai dengan persentase penghambatan yang dikategorikan tinggi dengan nilai penghambatan 60-64 % diukur pada 1 hari setelah inokulasi. Daya hambat tertinggi ditunjukan oleh isolat dengan kode 5 dengan persentase penghambatan sebesar 64%. Lima isolat Trichoderma asal rizosfer Pinus dapat menjadi kandidat yang berpotensi sebagai agen hayati pengendali penyakit antraknos pada cabai. Daftar Pustaka Alfizar, M., & Fitri, S. 2013. Kemampuan antagonis Trichoderma sp terhadap beberapa jamur patogen in vitro. Jurnal Floratek (8) : 45-51. Asrul 2009. Uji Daya Hambat Jamur Antagonis Trichoderma spp Dalam Formulasi Kering Berbentuk Tablet Terhadap Luas Bercak Phytophthora Palmivora Pada Buah Kakao. J. Agrisains vol. 10 (1) : 21-27 Berlian, I., Setyawan, B. dan Hadi, H. 2013. Mekanisme Antagonisme Trichoderma sp.terhadap Beberapa Patogen Tular Tanah. Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 82 Gusnawathy HS, Taufik, M., Triana, L. dan Asniah. 2013. Uji Potensi Trichoderma Indigenous Sulawesi tenggara Sebagai Biofungisida Terhadap Phytophtora capsici Secara In-Vitro. Jurnal Agroteknos Nopember 2013 Vol 3 No 3 139-143 Herlina, L. 2009. Potensi Trichoderma harzianum sebagai Biofungisida pada Tanaman Tomat. BIOSAINTIFIKA Volume 1, Nomor 1 (62 69) Jane A. Otadoh, Sheila A. Okoth, James Ochanda2 and James P. Kahindi. 2011. Assement Of Trichoderma Isolates For Virulence Efficacy On Fusarium oxysporum F. sp. Phaseoli. Tropical and Subtropical Agroecosystems, 13 (2011): 99 107 Krestini, E.H, dan Y. Kusandriani. 2012. Pemanenan buah cabai hijau sebagai alternatif meminimalkan kerusakan akibat serangan antraknosa. Proseding Seminar Nasionanl Pekan Inovasi Teknologi Hortikultura Nasional. Badan Litbang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Patil, A., Laddha, A., Lunge, A., PaikraoH dan Mahure, S. 2012. In Vitro Antagonistic Properties Of Selected Trichoderma Species Against Tomato Root Rot Causing Pythium Species. International Journal of Science, Environment and Technology, Vol. 1, No 4, 2012, 302 315 Octriana L 2011. Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp. secara In Vitro. Buletin Plasma Nutfah Vol.17 No.2 Otter, W., Bailey D., J. dan Giligan, C., A. 2004. Empirical Evidence of Spatial Thresholds to Control Invation of Fungal Parasites and Saprotrophs. New Phytologist 163: 125-132. Rahman, M., A., Razvy, M., A., Alam M., F. 2013. Antagonistic activities of Trichoderma strains against chili anthracnose International Journal of Microbiology and Mycology IJMM pissn: 2309-4796 Soesanto, L., Mugiastuti, E., Rahayuniati, R., F. & Dewi, R., S. 2013. Uji Kesesuaian Empat isolat Trikoderma spp. Dan Daya Hambat In vitro Terhadap Beberapa Patogen Tanaman. J HPT Tropik Vol 13.(2) : 117 123 212