BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan. tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di Indonesia, namun penelitian dan pemanfaatan lumut ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB I PENDAHULUAN. dua fungsi yaitu fungsi reproduksi dan fungsi hormonal. 1, 2 Fungsi reproduksi lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam aktivitas sehari-hari kendaraan bermotor

I. PENDAHULUAN. spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

DAFTAR ISI x. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PERSETUJUAN. ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. RIWAYAT HIDUP... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. karbon pewangi (P3), dan kontrol (K) masing-masing terdiri atas 7 tikus.

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

I. PENDAHULUAN. antara tinggi dan berat badan. Hal ini diakibatkan jaringan lemak dalam

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. udara di dalam ruangan (indoor air pollution) dan pencemaran udara di luar. ruangan daripada di jalanan (Efendi & Makhfudli, 2009).

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l)

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

DAMPAK AKTIVITAS TRANSPORTASI TERHADAP KANDUNGAN Pb (Timbal) DIDALAM RAMBUT POLISI LALU LINTAS KOTA BESAR SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari adalah liter atau

PRECONCEPTION ADVICE FOR MALE

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata kunci : Plumbum, malondyaldehide, Integritas membran spermatozoa, Myrmecodia pendans

BAB I PENDAHULUAN. dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes, 2010). Seiring

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.000 hipertensi, menurunkan IQ dan juga mengurangi kemampuan darah mengikat oksigen. Oleh karena itu keracunan Pb merupakan masalah kesehatan lingkungan, sedangkan efek negatif pada kesehatan ditemukan pada sistem saraf, darah, ginjal dan reproduksi (World Bank, 1992). Masalah polusi Pb hampir di seluruh belahan dunia, di Bangkok tingginya kadar Pb di udara menyebabkan 200.000-500.000 kasus hipertensi dan 400 kematian setiap tahun. Diketahui pencemaran Pb di udara pada kota-kota besar di Indonesia berkisar 2-9 µg/m 3, hal ini menunjukkan bahwa kualitas udara di Negara Indonesia sangat jelek. Berbagai parameter pencemaran terutama partikel debu yang diemisikan oleh berbagai aktivitas, salah satunya transportasi yang menjadi penyebab buruknya kualitas udara karena menggunakan bensin bertimbal (KPBB, 2008). Survei ekologi kesehatan di Indonesia pada kota-kota besar tahun 2001, ditemukan bahwa pada sampel darah anggota Polisi Lalu Lintas (Polantas) ratarata ditemukan kadar Pb 30,66 µg/dl, pada sopir angkutan kota 25,53 µg/dl dan pada warga biasa 12,28 µg/dl (Soemarwoto O, 2001). Konsentrasi 1 µg/m 3 Pb yang berada di udara berdampak pada peningkatan kadar Pb dalam darah 2,5 5,3 µg/dl dan apabila terakumulasi hingga 40 µg/dl berdampak menurunkan jumlah sperma dan gerak sperma sehingga akan meyebabkan gejala kemandulan (KPBB,2006). 1

2 Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, batas kadar Pb di udara adalah sebesar 2,0 µg/m 3 untuk 24 jam pengukuran dan 1µg/m 3 untuk 1 tahun pengukuran. Secara umum kadar Pb dalam darah tidak boleh melebihi 25-30 µg/dl dan normalnya adalah 15-25 µg/dl (Supriyono H, 2000). Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan lewat makanan dan minuman, hirupan asap kendaraan bermotor serta hasil industri dan melalui penyerapan di kulit dari kosmetik atau mainan (Sakkir B, 2008). Timbal merupakan salah satu logam berat yang sama sekali tidak mempunyai fungsi biologik, bahkan sangat berbahaya karena dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh (Center for Disease, 1991). Timbal bersifat kumulatif di dalam tubuh dan pada waktu jangka panjang, sekitar 10 tahun akan menimbulkan gangguan keracunan kronis. Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia meskipun dalam kadar sedikit dapat menjadi berbahaya karena terakumulasi dalam tubuh dan akhirnya menimbulkan efek keracunan terhadap berbagai fungsi organ (Kawatu, 2008). Pemaparan ringan sampai menyeluruh Pb memberikan pengaruh kepada sistem reproduksi laki - laki. Pada pemaparan berat efek bahaya ini berakibat pada pria maupun wanita. Pengaruh pada pria mengakibatkan penurunan jumlah struktur dan motilitas sperma (Sabki, 2002), selain itu Pb juga mengakibatkan penurunan jumlah spermatozoa pada mencit (Antonio G, 2004). Timbal juga dapat menginduksi terjadinya stres oksidatif, yaitu keadaan di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya. Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel tubuh menjadi

3 semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Hal yang sama juga akan berdampak pada sel-sel gonad dalam testis, dimana akan memicu reaksi berantai dari penurunan hormon, penurunan jumlah sel dan perubahan fisiologis pada sel itu sendiri (Acharya U.R, 2003). Penelitian yang sama juga dilakukan Mayo yang mendapatkan ± 40% penyebab infertilitas berasal dari pria. Hal tersebut berdasarkan tingkat kesuburan pria yang dilihat dari hasil analisis semennya. Tingkat kesuburan pria yang rendah menyebabkan infertil. Banyak faktor yang memberikan kontribusi pada infertilitas pria, kadang hanya masalah ereksi yang merupakan disfungsi umum (Mayo, 2005). Penelitian Telisman membuktikan bahwa infertilitas pria dapat disebabkan oleh pajanan Pb pada konsentrasi yang lebih rendah dari yang telah ditetapkan WHO. Penelitian lainnya juga mengatakan bahwa jumlah Pb dan kadmium yang rendah sekalipun dapat mengganggu fertilitas pria. Hal ini disebabkan karena Pb dapat menggangu metabolisme seng (zink) dalam tubuh. Seng dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses reproduksi (Telisman S, 2002). Penelitian lainnya juga membandingkan jumlah Pb pada darah pria sehat dengan pria yang biasa tercemar, baik dari tempat kerja ataupun kehidupan sehari-hari. Pria dengan jumlah Pb yang tinggi dalam darahnya memiliki kualitas reproduksi yang rendah. Kualitas ini mencakup jumlah sperma yang rendah, kurangnya motilitas pada sperma dan meningkatnya abnormalitas pada struktur sistem reproduksi (Telisman S, 2002). Meskipun WHO telah menetapkan bahwa kandungan Pb dalam darah lebih dari 400 µg/ml baru dianggap toksik, namun dalam jumlah 50-350 µg/ml pun dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sperma sebesar 65 juta dalam setiap sampel (WHO, 1995).

4 Hasil penelitian Sukmaningsih menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh Pb pada kelompok perlakuan dan kontrol dengan kadar hormon testosteron, dengan nilai p-value 0,05 (Widowati W, 2008). Hasil penelitian Department of Health and Human Services (2007) menyatakan bahwa studi yang dilakukan pada pekerja diketahui terdapat hubungan antara paparan Pb dengan kadar LH (p-value 0,05), perubahan kadar hormon reproduksi terutama Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH) dan hormon testosteron, diketahui pada konsentrasi Pb 30-40 µg/dl. Dampak Pb terhadap kesehatan reproduksi pria sangat penting untuk diketahui terutama pada aspek hormonal (Munandar A, 2012). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh pemberian timbal (Pb) terhadap kadar LH dan hormon testosteron tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh pemberian timbal (Pb) terhadap kadar LH dan hormon testosteron tikus putih (Rattus norvegicus) jantan?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian timbal (Pb) terhadap kadar LH dan hormon testosteron tikus putih (Rattus norvegicus) jantan.

5 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian timbal (Pb) 20 mg terhadap kadar LH tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian timbal (Pb) 40 mg terhadap kadar LH tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian timbal (Pb) 80 mg terhadap kadar LH tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. d. Untuk mengetahui pengaruh pemberian timbal (Pb) 20 mg terhadap kadar hormon testosteron tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. e. Untuk mengetahui pengaruh pemberian timbal (Pb) 40 mg terhadap kadar hormon testosteron tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. f. Untuk mengetahui pengaruh pemberian timbal (Pb) 80 mg terhadap kadar hormon testosteron tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan informasi lanjutan untuk mengetahui pengaruh pemberian Pb terhadap kadar LH dan hormon testosteron. 1.4.2 Bagi Masyarakat Sebagai bahan pertimbangan bagi pria yang terpapar Pb terhadap perlindungan diri yang dapat dilakukan.

6 1.4.3 Bagi Pelayanan Masyarakat Sebagai bahan pertimbangan pabrik kendaraan dan pertamina kemungkinan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh Pb terhadap kesehatan masyarakat. 1.4.4 Bagi Pengembangan Keilmuan Sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan, terutama pada bidang kesehatan reproduksi, sains dan teknologi.