PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EFISIENSI PENGERINGAN IKAN NILA PADA PENGERING SURYA AKTIF TIDAK LANGSUNG

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

Pengaruh variasi jenis pasir sebagai media penyimpan panas terhadap performansi kolektor suya tubular dengan pipa penyerap disusun secara seri

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

Karakteristik Pengering Energi Surya Menggunakan Absorber Porus Dengan Ketebalan 12 cm

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

ANALISIS PERFORMANSI SOLAR COLLECTOR PELAT DATAR FINNED ABSORBER TERHADAP EFISIENSI TERMAL SISTEM SOLAR DRYING

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

STUDI PERFORMANSI ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR STUDY OF WATER HEATER PERFORMANCE USING FLAT PLAT SOLAR COLLECTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

Tabel 4.1 Perbandingan desain

KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING DEHUMIDIFIKASI TERINTEGRASI DENGAN PEMANAS UDARA SURYA UNTUK MENGERINGKAN TEMULAWAK

ANALISIS PERFORMANSI ABSORBER V-GROOVE SISTEM SOLAR DRYING PERFORMANCE ANALYSIS V-GROOVE OF SOLAR DRYING SYSTEM

EFEKTIFITAS KOLEKTOR ENERGI SURYA PADA KONFIGURASI PARALEL- SERPENTINE

Eddy Elfiano 1, M. Natsir Darin 2, M. Nizar 3

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

BAB III METODE PENELITIAN

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

Kata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK (KAJIAN PUSTAKA)

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KOMPONEN KOLEKTOR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI TENAGA SURYA DENGAN VARIASI SUDUT KOLEKTOR 0 0 DAN 30 0

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT PEMANAS AIR TENAGA SURYA SISTEM PIPA PANAS

METODOLOGI PENELITIAN

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE-V

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah yang banyak dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN

Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi

SIMULASI RANCANGAN MESIN PENGERING EFEK RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN UNTUK PENGERINGAN KOMODITI HASIL PERTANIAN

Kata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Optimasi periode data berdasarkan time constant pada pengujian unjuk kerja termal kolektor surya pelat datar Amrizal1,a*, Amrul1,b

Pengaruh jumlah haluan pipa paralel pada kolektor surya plat datar absorber batu kerikil terhadap laju perpindahan panas

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

Transkripsi:

No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB Endri Yani Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas Email: endriyani@ft.unand.ac.id Abdurrachim Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 1, Bandung 4116 E-mail: halim@labsurya.ms.itb.ac.id Adjar Pratoto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Kampus Limau Manis, Padang 5163 E-mail: adjar_pratoto@yahoo.com ABSTRAK Sebuah pengering surya memerlukan kolektor untuk menyerap radiasi matahari. Radiasi yang diserap ini berguna untuk memanaskan udara pengering yang digunakan untuk mengeringkan produk di dalam ruang pengering surya. Untuk mendapatkan temperatur udara pengering yang diinginkan, maka kolektor harus memenuhi kriteria tertentu. Pada penelitian ini, dilakukan penghitungan efisiensi kolektor surya pada pengering surya tipe aktif tidak langsung yang terdapat pada pelataran atap Laboratorium Surya, Institut Teknologi Bandung. Efisiensi kolektor yang didapat bervariasi antara 5,56% sampai dengan 79,14%. Kata kunci: kolektor, efisiensi kolektor, radiasi, pengering surya, udara pengering. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi dan masalah lingkungan yang terjadi membuat manusia berusaha mencari sumber energi alternatif yang bersifat terbarukan dan memberi dampak minimal terhadap lingkungan. Energi matahari merupakan salah satu sumber energi yang memenuhi kriteria tersebut. Selain itu, energi matahari juga mempunyai jumlah yang tidak terbatas sehingga merupakan sumber cadangan energi yang terbesar di bumi. Oleh sebab itu, energi matahari selalu mendapat perhatian untuk diteliti dan dikembangkan untuk berbagai tujuan. Kolektor surya adalah salah satu bentuk penggunaan energi matahari. Kolektor ini digunakan untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk pengeringan, pembangkit tenaga dan lain sebagainya. Pada penelitian ini dilakukan penghitungan efisiensi dari kolektor surya yang digunakan untuk tujuan pengeringan. 1. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efisiensi kolektor surya pada pengering surya tipe aktif tidak langsung yang terdapat pada pelataran atap Laboratorium Surya, Institut Teknologi Bandung. dilakukan dari bulan Maret Juni 8.. TINJAUAN PUSTAKA Pengeringan merupakan proses sederhana mengurangi kandungan air dari dalam suatu produk sampai pada tingkat tertentu, sehingga dapat mencegah pembusukan dan aman disimpan dalam jangka waktu yang lama [1]. Kadar air produk harus dikurangi sampai hanya tersisa sekitar 5 sampai 1% untuk menonaktifkan mikroorganisme yang ada di dalam produk [3]. Beberapa keuntungan yang didapat dari proses pengeringan antara lain [3]: 1. Mengurangi kerusakan dan pembusukan produk. Mengurangi biaya pengemasan dan kebutuhan akan pendinginan 3. Biaya transportasi dan penyimpanan lebih murah 4. Menjamin ketersediaan produk yang bersifat musiman Disamping keuntungan di atas, proses pengeringan juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu: 1. Warna berubah. Kandungan vitamin lebih rendah, karena vitamin rentan terhadap panas 3. Terjadi case hardening, yaitu suatu keadaan dimana permukaan bahan mengeras (kering) sedangkan bagian dalam masih basah (belum kering) 4. Mutu lebih rendah daripada bahan pangan segar Metode pengeringan secara umum terbagi atas dua, yaitu pengeringan sinar matahari (direct sun TeknikA

No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 drying), dimana produk yang akan dikeringkan langsung dijemur di bawah sinar matahari [1,]. Dan metode pengeringan surya (solar drying), dimana produk yang akan dikeringkan diletakkan di dalam suatu alat pengering [3]. Klasifikasi pengering surya secara umum adalah:.1 Pengering Surya Pasif dan Aktif Tipe Langsung Pada pengering tipe langsung ini, panas dihasilkan karena adanya penyerapan energi matahari oleh bagian dalam ruang pengering. Selain memanaskan udara, radiasi matahari juga memanaskan produk yang dikeringkan. Sirkulasi udara pada pengering surya pasif tipe langsung mengalir secara konveksi bebas, sedangkan pada pengering surya aktif tipe langsung udara mengalir karena adanya fan atau blower (konveksi paksa).. Pengering Surya Pasif dan Aktif Tipe Tidak Langsung Sistem pengering tipe ini terdiri dari kolektor dan ruang pengering yang terpisah. Udara dari luar masuk diantara kaca dan absorber. Udara menjadi panas karena terjadi perpindahan panas antara absorber ke udara. Udara panas ini kemudian dialirkan ke dalam ruang pengering tempat produk berada dan dikeluarkan melalui cerobong. Udara panas yang dihasilkan di kolektor dapat dialirkan dengan dua cara yaitu konveksi bebas (pasif) dan konveksi paksa (aktif) dengan menggunakan blower..3 Pengering Surya Pasif dan Aktif Tipe Gabungan Sistem pengering tipe ini merupakan kombinasi dari tipe langsung dan tidak langsung. Prinsip kerjanya hampir sama, radiasi matahari selain digunakan untuk memanaskan udara yang berada di kolektor juga digunakan untuk memanaskan produk yang berada di ruang pengering. Masing-masing tipe dan bentuk pengering surya yang telah disebutkan di atas dapat dilihat pada Gambar 1[]. Gambar 1 Tipe-tipe pengering surya Secara umum sebuah pengering surya terdiri atas kolektor surya yang berfungsi menyerap sinar matahari dan ruang pengering yang merupakan tempat untuk produk yang akan dikeringkan. Untuk mengetahui prinsip kerja dari sebuah kolektor, maka perlu diketahui terlebih dahulu bagian-bagiannya. Sebuah kolektor terdiri atas casing, kaca, absorber dan isolasi, seperti terlihat pada gambar. Kaca Plat absorber Aliran udara Isolasi Casing Gambar Bagian-bagian kolektor Besarnya radiasi yang diserap oleh kolektor surya tergantung kepada beberapa hal, yaitu [4]: a. Tingkat isolasi dan arah kolektor surya Isolasi yang baik akan menyebabkan energi surya yang diserap akan semakin besar. Panas yang keluar dari kolektor surya bervariasi sesuai dengan tingkat isolasi. Dan arah kolektor idealnya menghadap ke Utara atau ke Selatan, tergantung pada periode waktu (arah matahari). b. Tingkat penyerapan permukaan absorber Absorber merupakan bagian kolektor yang berfungsi untuk menyerap radiasi matahari. Material absorber yang baik harus memenuhi kriteria berikut, yaitu mempunyai tingkat penyerapan radiasi yang baik, emisi yang rendah, konduktifitas termal yang baik dan harus stabil pada temperatur operasi kolektor. Selain itu, absorber juga harus tahan lama, mempunyai berat yang ringan dan yang paling penting berharga murah. c. Tingkat transmisi material penutup Tingkat transmisi material penutup merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi jumlah energi surya yang dapat diserap oleh kolektor. Material penutup yang baik harus mempunyai tingkat transmisi yang tinggi untuk sinar tampak dan tingkat transmisi yang rendah untuk radiasi infra merah. Selain itu, penutup yang baik juga harus mempunyai absortivitas panas yang rendah, stabil pada temperatur operasi, daya tahan terhadap kerusakan tinggi, daya tahan terhadap berbagai kondisi cuaca tinggi dan mempunyai harga yang murah. Kaca merupakan material penutup yang sering digunakan pada kolektor surya, karena kaca memenuhi kriteria seperti yang tersebut di atas. Ukuran tingkat performance kolektor disebut juga efisiensi kolektor. Efisiensi kolektor didefinisikan sebagai perbandingan antara energi panas yang digunakan untuk menaikkan temperatur udara terhadap energi radiasi yang diterima oleh kolektor dalam waktu tertentu. TeknikA 1

No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 Energi panas yang digunakan untuk menaikkan temperatur dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: Q u = mɺ Cp T mɺ adalah laju aliran massa yang masuk ke kolektor Cp merupakan panas jenis udara T adalah selisih antara temperatur udara masuk kolektor dengan temperatur udara keluar kolektor. Energi radiasi yang diterima kolektor dihitung dengan persamaan: Q radiasi = I A kolektor I adalah intensitas radiasi matahari A kolektor merupakan luas permukaan kolektor Sehingga efisiensi kolektor dapat dihitung dengan persamaan: η = Q Q u radiasi 3. METODOLOGI Pada penelitian ini, kolektor yang digunakan adalah kolektor pada pengering surya aktif tipe tidak langsung. Pengering surya ini terletak di pelataran atap Laboratorium Surya, Institut Teknologi Bandung. dilakukan dari bulan Maret Juni 8. Absorber yang digunakan pada kolektor terbuat dari plat aluminium yang dicat dengan warna hitam buram dengan daya absorsi sebesar,95,97 dan nilai emisivitas antara,95-,97[4]. Dan sebagai material penutup digunakan kaca. Kolektor dibuat dengan kemiringan 15 o menghadap ke arah Utara dengan luas 4 m. Kolektor surya yang digunakan pada pengujian dapat dilihat pada gambar 3. konstantan. Termokopel jenis ini cocok untuk pengukuran temperatur antara sampai 35 C. Untuk mendapatkan hasil pengukuran temperatur yang akurat, maka termokopel yang digunakan dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan dengan cara mencelupkan termokopel ke dalam air panas. Temperatur air panas ini diukur dengan menggunakan termokopel dan termometer secara bersaman. Jika temperatur yang ditunjukkan oleh termometer sama dengan temperatur termokopel yang terbaca di komputer, berarti termokopel berada dalam kondisi baik. Kalibrasi termokopel ini dilakukan untuk semua titik pengukuran dan diulang masing-masingnya tiga kali. b. Data akuisisi Sinyal analog dari termokopel diubah menjadi sinyal digital dengan menggunakan perangkat lunak, sehingga temperatur yang diukur dapat dibaca pada komputer. Data akuisisi yang digunakan yaitu jenis PCL-818HG yang terdiri atas 16 channel analog input. c. Pyranometer Radiasi matahari diukur dengan menggunakan pyranometer. Pyranometer ini diletakkan dibagian atas kolektor surya dengan tujuan agar intensitas radiasi matahari yang diterima oleh pyranometer sama dengan intensitas radiasi matahari yang diterima oleh kolektor. Pyranometer ini mempunyai sebuah memori penyimpan data jenis CC48 yang dihubungkan ke komputer. d. Anemometer digital Untuk mengetahui laju aliran udara pada kolektor, maka digunakan anemometer digital dengan kecermatan,1 m/s sebagai alat ukur. Bentuk dan tipe alat ukur yang digunakan selama pengujian dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 3 Foto kolektor surya Instrumentasi yang digunakan untuk mengukur parameter-parameter yang diperlukan seperti temperatur, radiasi matahari dan laju aliran udara adalah termokopel, pyranometer dan anemometer. Berikut ini akan diuraikan mengenai masing-masing instrumentasi yang digunakan selama pengujian. a. Termokopel Untuk mengetahui temperatur lingkungan dan temperatur kolektor, maka digunakan termokopel sebagai alat ukur. Temperatur keluar kolektor diukur pada dua titik yang berbeda. Termokopel adalah sensor temperatur yang dapat mengubah panas pada benda yang diukur temperaturnya menjadi perubahan tegangan listrik. Jenis termokopel yang digunakan adalah termokopel tipe T (tembaga dan konstantan). Kutub positif terbuat dari tembaga dan kutub negatif terbuat dari Pyranometer Tipe : CC48 Terminal REV.A Untuk data akuisisi PCL-818HG Anemometer Digital Type: Am-44- Hot WireAnemometer Termokopel Tipe: T Gambar 4 Bentuk dan tipe alat ukur TeknikA

No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 4. HASIL Sebagai ilustrasi perhitungan efisiensi kolektor harian, dipilih pengujian pada tanggal 15 Mei 8. Intensitas radiasi matahari yang terukur oleh pyranometer adalah: 15. I total = I ( t) dt 9. W = 78681.5 m J = 944178 m = 9.4 MJ Energi radiasi matahari yang diterima oleh kolektor adalah: Q radiasi = I total A kolektor = 944178 J 4m m = 377671 J = 37.8 MJ Energi yang diserap oleh udara adalah: ( T T ) Qu =ɺ m c p kk km t kg J =.117 15 s kg. K = 16649433.56 J = 16.6 MJ ( 36.9 3.4) K 316s Efisiensi kolektor harian untuk pengujian tanggal 15 Mei 8 adalah: Q η = u kolektor 1 % Q rad 16.6 MJ = 1 % 37.8 MJ = 44,1% Intensitas radiasi matahari selama pengujian sangat berfluktuasi. Grafik radiasi matahari dan temperatur kolektor pada beberapa hari pengujian dapat dilihat pada gambar 5-8 dan hasil penghitungan efisiensi kolektor harian dapat dilihat pada tabel 1. Temperatur ( C) TRuangan T3 = TKeluar Kolektor T8 = TKeluar Kolektor Radiasi 6 9 8 5 7 4 6 5 3 4 3 1 1 9: 9:18 9:37 9:56 1:14 1:33 1:5 11:11 11:9 11:48 1:7 1:5 1:44 13:3 13: 13:4 13:59 14:18 14:36 14:55 15:14 15:33 Radiasi (W/m ) Gambar 5. Radiasi dan temperatur kolektor pada tanggal 15 Mei 8 TR uangan T3 = TKeluar Kolektor T8 = TKeluar Kolektor R adias i Temperatur ( C) 5 45 4 35 3 5 15 1 5 8:5 9:14 9:36 9:57 1:19 1:4 11: 11:4 11:45 1:7 1:8 1:5 13:1 13:33 13:55 14:16 14:38 15: 15:1 15:43 16:4 11 1 9 8 7 6 5 4 3 1 Radiasi (W/m ) Gambar 6. Radiasi dan temperatur kolektor pada tanggal 16 Mei 8 TeknikA 3

No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 Temperatur (oc) T3 = TKeluar Kolektor T4 = TLingkugan T8 = TKeluar Kolektor Radiasi 6 1 5 8 4 6 3 4 1 7:1 7:48 8:4 9: 9:36 1:1 1:48 11:4 1: 1:36 13:1 13:48 14:4 15: 15:36 16:1 16:48 17:4 18: Gambar 7. Radiasi dan temperatur kolektor pada tanggal 6 Juni 8 Radiasi (w/m) Temperatur ( o C) 5 45 4 35 3 5 15 1 5 7:1 7:48 8:4 9: 9:36 1:1 1:48 11:4 1: 1:36 13:1 13:48 14:4 15: 15:36 16:1 16:48 17:4 18: Tabel 1 Efisiensi kolektor harian 1 3 4 5 6 7 Hari ke TRuangan T3 = TKeluar Kolektor T8 = TKeluar Kolektor Radias i Gambar 8. Radiasi dan temperatur kolektor pada tanggal 7 Juni 8 mɺ (kg/s) Cp (J/kg.K) T kk ( C) TeknikA 4 T mk ( C) t (s) Q u (J) 1 9 8 7 6 5 4 3 1 Q radiasi (J) Intensitas radiasi (W/m ) η kolektor 1.136 15 3.6 3.4 136 155777.5 3659 47.47.143 15 7.7 1.9 14 185469.1 454944 45.68 3.138 15 6.8 1344 897168.3 193339 46.41 4.137 15 3.4.6 165 76994.8 33584 66.34 1.137 15 9.3 1.8 63 65394.8 1313184 49.67.137 15 3.1.7 139 1789967.4 9857 59.96 3.137 15 3.5 1 46 67157.8 461791 57.86 4.136 15 31.7 3 1764 187848.8 368776 58.11 5.147 15 8.4 154 1484.8 19691 46.5 1.111 15 31.1 3.1 76 1864856.3 485388 38.4.111 15 34.9.9 354 455439.5 179814 37.56 3.117 15 31.1. 7 98888.1 3636 5.56 1.136 15 3.9 4.8 148 13881.4 3416 6.14.136 15 33.5 3.4 1548 175459.7 37834 57.6 3.137 15 3.3 3 34 4167193.4 5968 69.89 4.137 15 31.8 1 88 13316.6 9695 6.1 1.134 15 39.6 6.5 8 35797.4 45176 79.14.135 15 36.5 7.4 798558.3 548416 5.9 3.134 15 39 6.7 1758 974869.7 517168 56.11 1.117 15 33.9 7.4 17 16649433.6 377671 44.8.118 15 38.1 7.8 94 3541771 541744 65.33 1.17 15 43.7 9. 1 18637791.5 35698 53.15.16 15 45 8.9 181 3116559.6 4853544 64.1 (%)

No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 8 3.17 15 43.9 7.7 144 45754. 4958 56.36 1.13 15 31.9 5.8 316 1747836.6 3764 57.73.11 15 37. 5. 688 39443.7 675168 58.13 3.13 15 3.7 5 1656 1571995.4 78767 56.39 5 KESIMPULAN Dari hasil pengujian diperoleh harga efisiensi harian kolektor antara 5,56% sampai dengan 79,14%. Nilai efisiensi ini sangat tergantung pada intensitas radiasi matahari yang diterima oleh kolektor. DAFTAR PUSTAKA 1. Ekechukwu, O.V., Norton, B. (1999), Review of Solar-Energy Drying Systems I: an Overview of Drying Principle and Theory, International Journal of Energy Conversion & Management, 4, 593-613.. Ekechukwu, O.V., Norton, B. (1999), Review of Solar-Energy Drying Systems II: an Overviewof Solar Drying Technology, International Journal of Energy Conversion & Management, 4(1), 615-655. 3. Arora, C.P. (1), Refrigeration and Air Conditioning, Second Edition, McGrow Hill, Singapore. 4. Ekechukwu, O.V., Norton, B. (1999), Review of Solar-Energy Drying Systems III: Low Temperature Air-Heating Solar Collectors for Crop Drying Applications, International Journal of Energy Conversion & Management, 4, 657-667. TeknikA 5