Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU

dokumen-dokumen yang mirip
Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU

BOKS 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

Boks.2 PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BERAS DI PROVINSI JAMBI

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

Analisis Pola Pembentukan Harga Barang Kebutuhan Pokok Penyumbang Inflasi Pasar Tradisional di Kota Dumai ANY WIDAYATSARI HJ.

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

3 METODOLOGI PENELITIAN

Boks 2 PEMBENTUKAN HARGA, STRUKTUR PASAR DAN JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI DI KOTA KENDARI

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

Boks 3 ANALISIS SURPLUS DEFISIT BAWANG MERAH DI MALUKU

BOKS LAPORAN SURVEI LAPANGAN PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN HARGA KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN MAGELANG DAN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

ii

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Secara Bulanan di Pekanbaru dan Nasional. Nasional (data mulai tahun 2005)

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

KAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN. Reni Kustiari

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

KEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN & HARI RAYA IDUL FITRI

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

ANALISIS INFLASI MARET 2016

SURVEI PEMBENTUKAN HARGA BERAS DI KOTA KUPANG

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Masalah Utama Pertanian di Provinsi Sulawesi Barat

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

Boks 2. KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

IV. METODE PENELITIAN

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS DAGING AYAM RAS INDONESIA 2015

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah RINGKASAN. INFLASI IHK SULUT (mtm) INFLASI FEBRUARI 2017 IHK BULANAN KOMODITAS UTAMA FEBRUARI 2017

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

PEMBENTUKAN HARGA CABAI MERAH KERITING

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI


RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

ANALISIS TATANIAGA BERAS

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS INDONESIA 2015

Boks 2. Perkembangan Harga Menjelang Hari Besar Keagamaan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

Transkripsi:

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU Boks 1 Komoditas Penyumbang Inflasi Ambon Triwulan I-2013 menjabarkan bahwa bawang putih, bawang merah, cakalang asap, dan pisang merupakan komoditas yang memberikan andil inflasi cukup tinggi baik secara tahunan maupun kumulatif. Terkait dengan bawang merah, maka boks 2 akan mangente (mengintip) lebih jauh pola perdagangan komoditas ini di Maluku yang disarikan dari penelitian berjudul Kajian Pangan di Maluku : Analisis Ketahanan, Perdagangan Antar Daerah, Disparitas Harga, dan Implikasi Kebijakan. Pedagang Bawang Merah Bawang merah merupakan sayuran yang daun dan umbinya digunakan secara luas dalam masakan. Umbi bawang merah merupakan komoditas bernilai jual tinggi yang dapat diubah menjadi bawang goreng yang lezat. Bawang merah dihasilkan di Buru dan Maluku Tenggara Barat, namun jumlahnya belum memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini membuat banyak bawang merah yang didatangkan dari luar Maluku yaitu dari Surabaya. Pola perdagangan bawang merah di Maluku dapat diperoleh dari pedagang bawang merah. Pedagang bawang merah yang disurvei sebagian besar berdomisili di Ambon dan hanya sedikit saja yang berdagang di Buru dan SBB. Status dan Permodalan Mencermati bentuk badan hukum usaha pedagang bawang merah di Maluku, maka sebanyak responden merupakan perusahaan perorangan yang belum memiliki badan hukum. Sedangkan sebanyak 33,3% responden berbentuk UD (Firma) dan sisanya merupakan CV. Bentuk Badan Hukum Usaha 33,3% Perorangan/Belum Berbadan Hukum CV UD (firma) Terkait permodalan, pedagang bawang merah menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usaha, sementara itu 27,8% memakai kombinasi modal sendiri dan pinjaman bank.

Sementara itu untuk omset usaha tahun 2011, sekitar 72,2% responden pedagang bawang merah memiliki omset usaha <Rp250 juta. Selanjutnya responden dengan omset usaha Rp5 miliar Rp 10 miliar sebesar. Sementara itu responden dengan omset Rp1,5 miliar Rp3 miliar dan omset >Rp 10 milair masing-masing sebesar. Permodalan Omset UsahaTahun 2011 27,8% Modal sendiri Pinjaman bank Modal sendiri dan bank Modal sendiri dan pinjaman dari teman/keluarga 72,2% < Rp250 jt Rp250 jt Rp500 jt Rp500 jt Rp1 M Rp1 M Rp1,5 M Rp1,5 M Rp3 M Rp3 M Rp5 M Rp5 M Rp10 M > Rp10 M Distribusi dan Pemasaran Distribusi dan pemasaran merupakan aspek yang harus dilihat dalam rangka mengetahui alur perjalanan bawang merah dari petani sampai ke konsumen akhir. Dalam riset ini, hanya pedagang bawang merah saja yang disurvei yang berlokasi di Ambon, Buru, dan SBB. Peta Perdagangan Bawang Merah Maluku dengan Provinsi Lain Peta Perdagangan Bawang Merah di Ambon Bawang merah ke Fak-fak Fak-fak Bawang merah dari Surabaya Ambon Surabaya Pola distribusi bawang merah di Ambon berawal dari pengepul dan pedagang besar di Surabaya yang mengrimkan pasokan bawang merah ke Ambon melalui kapal laut. Dari survei diketahui bahwa pengepul di Surabaya biasanya mengirimkan bawang merah untuk pedagang besar dan pedagang grosir di Ambon. Sedangkan pedagang besar di Surabaya mengirimkan bawang merah untuk pedagang grosir bahkan pedagang eceran. Hal ini tentu saja tergantung dari relasi bisnis masing-masing. Setelah masuk ke Ambon, bawang merah akan mengikuti rantai distribusi yang relatif bebas. Dari pedagang besar bisa di Ambon saja menjual langsung

ke pedagang eceran dan konsumen akhir tanpa melewati pedagang grosir, tergantung dari kemampuan dan kuantitas yang disanggupi si pembeli. Ambon merupakan sentra pasar induk terberas bawang merah yaitu tepatnya di Pasar Mardika. Selain sebagai kota pemasaran utama bawang merah, Ambon juga menjadi kota transit bawang merah untuk dijual ke dan kota di luar provinsi. Dari Ambon, pedagang besar dan pedagang grosir mengirimkan bawang merah ke Piru, Masohi, Saparua, Leksula, Buru, dan Namrole. Meskipun di Buru terdapat petani bawang merah namun pasokan lokal yang belum mampu memenuhi permintaan membuat diperlukan bawang merah dari luar. Untuk penjualan ke luar provinsi, didapatkan informasi bahwa pedagang besar di Ambon mengirimkan bawang merah ke Fakfak, Papua. Pola Distribusi Pedagang Bawang Merah di Ambon Pola Distribusi Bawang Merah luar provinsi dalam kota/ luar kota/ luar negeri Petani Pengepul Pedagang besar Pedagang grosir Pedagang eceran Konsumen akhir Pola distribusi bawang merah di SBB berpusat pada pedagang besar bawang merah. Sebagian besar pedagang besar bawang merah di SBB mendapatkan pasokan bawang merah dari pedagang besar di Ambon. Namun terdapat pula pedagang besar di SBB yang mampu mendatangkan pasokan langsung dari petani di Surabaya. Setelah bawang merah berada di pedagang besar SBB, maka bawang merah disalurkan ke pedagang grosir, pedagang eceran, sampai ke konsumen akhir. Pola Distribusi Pedagang Bawang Merah di SBB Pola Distribusi Bawang Merah luar provinsi dalam kota/ luar kota/ luar negeri Petani Pengepul Pedagang besar Pedagang grosir Pedagang eceran Konsumen akhir Sementara itu pola distribusi bawang merah di Buru cukup unik. Ternyata beberapa pedagang eceran mampu mendapatkan pasokan langsung bawang merah dari Makassar, Sulawesi Selatan. Ditengarai bahwa beberapa pedagang eceran ini bersama-sama melakukan

pemesanan dalam jumlah besar. Kemudian antar sesama pedagang eceran juga terjadi dsitribusi bawang merah dengan pola kerjasama. Selanjutnya bawang merah disalurkan dari pedagang eceran ke konsumen akhir. Pola Distribusi Bawang Merah di Buru Pola Distribusi Bawang Merah luar provinsi dalam kota/ luar kota/ luar negeri Petani Pengepul Pedagang besar Pedagang grosir Pedagang eceran Konsumen akhir Sistem pembelian barang yang paling populer adalah tunai dengan persentase mencapai 5, diikuti oleh konsinyasi 4, dan kontrak 1. Sebanyak 70% pedagang yang menggunakan sistem tunai menyatakan bahwa mereka mendapatkan harga yang lebih murah dari harga pasar, sedangkan 30% pedagang lainnya mendapatkan harga sama dengan harga pasar. Sementara itu untuk pedagang yang menggunakan sistem konsinyasi, ternyata sebagian besar juga mendapatkan harga yang lebih murah daripada harga pasar yaitu sekitar 62,5% pedagang. Sedangkan untuk pedagang yang menggunakan sistem kontrak, seluruh pedagang menyatakan mendapatkan harga yang lebih mruah daripada harga pasar. Sistem Pembelian Barang Break Down Sistem Pembelian Barang 1 Tunai 7 3 5 Kontrak 4 Konsinyasi Tunai Konsinyasi 12,5% 62,5% 25,0% Lebih mahal dari harga pasar Lebih murah dari harga pasar Sama dengan harga pasar Kontrak 10 0% 50% 100% Kondisi infrastruktur yang baik akan mendukung proses distribusi bawang merah. Oleh sebab itu pada survei ini juga dimintakan pendapat pedagang mengenai kondisi infrastruktur. Secara umum penilaian pedagang terhadap kondisi infrastruktur meliputi bandara, pelabuhan, dan jalan dalam kondisi baik. Untuk bandara dan pelabuhan seluruh pedagang menyatakan

kondisi dalam keadaan baik. Sedangkan untuk jalan, sekitar 88,9% menyatakan dalam kondisi baik. Penilaian Terhadap Kondisi Infrastruktur Kondisi Jalan Beraspal untuk Distribusi dan Pemasaran Kondisi bandara 10 16,7% 0% beraspal Kondisi pelabuhan Kondisi jalan 10 88,9% Baik Sedang Rusak 83,3% 1% 25% beraspal 25% 49% beraspal 50% 80% beraspal >80% beraspal 0% 20% 40% 60% 80% 100% Lebih dalam lagi untuk kondisi jalan, sebanyak 83,3% pedagang menyatakan bahwa mereka sudah menikmati jalan beraspal >80%. Hanya 16,7% saja pedagang yang menggunakan jalan dengan kondisi aspal 50%-80%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jalan dengan kondisi prima sudah digunakan oleh para pedagang bawang merah. 44,4% Hambatan Utama 38,9% Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman Faktor alam Biaya pengangkutan yang tinggi Lainnya Masih terkait dengan distribusi dan pemasaran, maka sangat menarik bila diidentifikasi hambatan utama yang dihadapi para pedagang dalam mendapatkan bawang merah. Sebanyak 44,4% pedagang bawang merah menyatakan faktor lainnya meliputi kualitas bawang merah yang kurang baik serta risiko bawang merah yang mudah rusak. Sedangkan sebanyak 38,9% pedagang bawang merah menyatakan bahwa faktor alam merupakan hambatan utama dalam hal mendapatkan pasokan bawang merah. Sedangkan hambatan menyangkut ketersediaan bahan baku yang besifat musiman dan biaya pengangkutan yang tinggi masing-masing diutarakan oleh dan pedagang bawang merah. Stok dan Pergudangan Stok dan pergudangan merupakan hal yang terkait erat dengan manajemen risiko pedagang dalam menghadapi fluktuasi penawaran dan permintaan. Sebanyak 5 pedagang bawang merah ternyata tidak menggunakan gudang dalam menjalankan aktivitasnya. Sedangkan 44,4% pedagang bawang merah lainnya menggunakan gudang dalam pengelolaan stok.

Penggunaan Gudang Alasan Tidak Menggunakan Gudang 5 44,4% Menggunakan gudang Tidak menggunakan gudang 4 2 4 Barang dagangan langsung dijual Barang dagangan tidak perlu disimpan Lainnya Pedagang yang tidak menggunakan gudang memiliki berbagai alasan antara lain barang dagangan langsung dijual, barang dagangan tidak perlu disimpan, dan lainnya. Sebanyak 40% pedagang bawang merah berpendapat bahwa barang dagangan tidak perlu disimpan, di mana 20% pedagang bawang merah lainnya menyatakan bahwa barang dagangan bisa langsung dijual. Sementara itu, terdapat juga 40% pedagang bawang merah yang tidak menggunakan gudang beralasan faktor lainnya meliputi barang dagangan hanya sedikit dan barang dagangan masih disimpan di toko. Pertimbangan Memilih Lokasi Gudang Durasi Penyimpanan Mendekati pasar 88,9% Mendekati tempat produksi Berada di kawasan pergudangan Berada di jalur transportasi utama 12,5% 87,5% < 1 bulan 1 3 bulan 3 6 bulan 6 12 bulan >12 bulan Lainnya Sementara itu pedagang bawang merah yang menggunakan gudang sangat mempertimbangkan lokasi yang mendekati pasar. Pemilihan gudang mendekati pasar ini dipedomani oleh 88,9% pedagang bawang merah. Sedangkan sebesar pedagang yang menggunakan gudang memilih lokasi yang berada di kawasan pergudangan. Pembentukan Harga Harga beli bawang merah sangat mungkin mengalami fluktuasi. Hal ini tentu akan membuat pedagang mengambil keputusan untuk menyesuaikan harga jualnya. Sebanyak 72,2% pedagang mengaku menaikkan harga jual sebagai strategi menghadapi harga beli yang meningkat. Sedangkan 27,8% pedagang menurunkan marjin keuntungan dari harga jual ketika

harga beli meningkat. Hal ini menggambarkan hanya sedikit saja pedagang yang rela marjin keuntungannya tergerus saat harga beli meningkat. Strategi Saat Harga Beli Meningkat Marjin Setahun Terakhir 27,8% 33,3% 72,2% Menurunkan margin keuntungan Menaikkan harga 66,7% Tetap Bervariasi Dalam setahun terakhir sebagian besar pedagang bawang merah tepatnya 66,7% menerapkan marjin bervariasi. Sedangkan 33,3% yang lain memilih marjin tetap. Berbicara tentang marjin maka penting untuk diketahui juga besaran marjin yang diperoleh pedagang. Sebanyak pedagang mengambil marjin <10% ketika menjual bawang merah. Sedangkan pedagang yang menetapkan marjin 11-20% sebanyak 33,3%. Sementara itu jumlah pedagang yang mengambil marjin besar sebanyak >50% tetapi jumlahnya sangat sedikit yaitu hanya. Persentase Marjin Faktor Penentu Marjin Harga pesaing/penjual lain 33,3% < 10% 11 20% > 50% 30,4% 8,7% 30,4% 30,4% Biaya hidup Biaya produksi (HPP) Kenaikan harga (ekspektasi inflasi) Lainnya Dalam penentuan marjin, terdapat berbagai faktor penentu dari kaca mata pedagang. Harga pesaing/penjual lain, biaya hidup, dan kenaikan harga (ekspektasi inflasi) masing-masing dipilih oleh 30,4% responden pedagang bawang merah. Sementara itu 8,7% sisanya berpendapat bahwa biaya produksi (HPP) menetukan marjin bawang merah.

Cara Penentuan Harga Jual Perlakuan Penetapan Harga Jual 16,7% 72,2% Mengikuti harga pasar tertinggi lokal dan atau internasional Mengikuti harga pesaing/penjual lain Ditentukan oleh pembeli 22,2% 16,7% Sama untuk semua pembeli Tergantung pada jumlah pembelian Bervariasi Biaya pembelian ditambah dengan margin Harga merupakan besarnya uang yang dibayar oleh pembeli untuk mendapatkan barang. Terkait dengan harga, sekitar 72,2% pedagang bawang merah mengikuti harga pasar tertinggi lokal/internasional. Sedangkan sekitar 16,7% pedagang menentukan harga jual melalui biaya pembelian ditambah dengan marjin. Dan cara lain yang dipakai sebagian kecil pedagang bawang merah untuk menetapkan harga jual adalah mengikuti harga pesaing/penjual lain atau harga ditentukan oleh pembeli. Perlakuan penetapan harga jual oleh pedagang ke pembeli secara garis besar terbagi tiga yaitu sama untuk semua pembeli, tergantung pada jumlah pembelian, atau bervariasi. Sekitar pedagang bawang merah memperlakukan harga yang sama untuk pembeli. Sedangkan 22,2% pedagang bawang merah memperlakukan penetapan harga jual tergantung pada jumlah pembelian. Sisanya 16,7% pedagang menetapkan perlakuan harga jual yang bervariasi. Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Tingkat Persaingan 23,5% Harga beli komoditas dagangan dari petani/pedagang besar 27,8% Sangat Tinggi Cukup Tinggi 76,5% Ketersediaan supply/pasokan Kurang Tinggi Tidak Tinggi Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga jual. Sebanyak 76,5% pedagang bawang merah mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga jual adalah harga beli komoditas dagangan dari petani/pedagang besar. Sementara itu sebanyak 23,5% responden menyatakan bawa ketersediaan supply/pasokan merupakan faktor yang mempengaruhi harga jual.

Mencermati tingkat persaingan di pasar bawang merah, sebagian besar pedagang bawang merah atau tepatnya menyatakan bahwa persaingan cukup tinggi. Sedangkan 27,8% pedagang berpendapat bahwa tingkat persaingan kurang tinggi. Sementara itu sebagian kecil pedagang beropini bahwa tingkat persaingan sangat tinggi dan tidak tinggi. Pengaruh Operasi Pasar Peraturan Daerah 88,9% Operasi pasar mempengaruhi harga Operasi pasar tidak mempengaruhi harga 10 Tidak ada Perda pembatasan pasokan barang tertentu Ada Perda pembatasan pasokan barang tertentu Intervensi Pemerintah dibutuhkan untuk membuat harga yang bergejolak kembali stabil. Ternyata menurut 88,9% pedagang bawang merah, operasi pasar tidak mempengaruhi harga. Sedangkan hanya sebanyak pedagang saja yang meyakini bahwa operasi pasar mempengaruhi harga bawang merah. Mencermati jenis intervensi pemerintah yang dapat timbul dari penetapan Perda, maka coba ditanyakan apakah terdapat Perda pembatasan pasokan bawang merah. Seluruh pedagang bawang merah menyatakan bahwa tidak ada Perda mengenai hal tersebut.