Kenaikan Konsumsi Bawang Putih(Ton)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan. Karena itu, usaha

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH MALUKU UTARA TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan Salah satu komoditas


PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IbM Kelompok Tani Buah Naga

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

No.46/08/17/Th IV, 03 Agustus 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan taraf hidup dan jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan meningkatnya permintaan beberapa kebutuhan bahan pangan. Meningkatnya permintaan kebutuhan pangan tanpa disertai peningkatan produksi dalam negeri menyebabkan selisih atau kekosongan yang cukup besar diantara konsumsi dan produksi dalam negeri. Hal ini pemerintah melakukan beberapa kebijakan, salah satunya adalah import. Beberapa komoditas yang dikenai kebijakan tersebut adalah bawang putih, bawang merah dan daging sapi. Indonesia merupakan negara yang mempunyai tingkat konsumsi yang cukup besar. beberapa komoditas pertanian mempunyai tingkat konsumsi yang cukup besar di Indonesia, baik itu konsumsi untuk rumah tangga (individu) maupun konsumsi untuk industry. Komoditas pertanian yang mempunyai tingkat konsumsi besar di Indonesia adalah bawang putih. Hal ini terlihat pada gambar 1.1 di bawah ini. 200000 Kenaikan Konsumsi Bawang Putih(Ton) 0 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015-200000 Gambar 1.1. Kenaikan Konsumsi (ton) Sumber. BPS, Diolah.

2 Dari gambar 1.1 dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki kenaikan konsumsi yang berfluktuatif. Pada mulanya kenaikan konsumsi cenderung stabil tetapi setelah tahun 1992 kenaikan tersebut cenderung tidak stabil. Terkadang kenaikan konsumsi bawang putih meningkat dan terkadang menurun tetapi berdasar gambar 1.1 kenaikan konsumsi lebih sering meningkat. Indonesia juga merupakan pengimpor terbesar produk pertanian yaitu bawang putih. Kebutuhan impor Indonesia mencapai dua kali kebutuhan bawang putih brazil yaitu sebesar 361289 ton bawang putih untuk Indonesia dan 153141 ton untuk brazil. Hal ini membuktikan bahwa bagi Indonesia bawang putih merupakan komoditas yang penting. Bawang putih adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Klasifikasi ilmiah bawang putih dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1. Klasifikasi Ilmiah Bawang Putih Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Asparagales Famili: Alliaceae Upafamili: Allioideae Bangsa: Allieae Genus: Allium Spesies: A. sativum Sumber. Wikipedia. 2013 Bawang putih memiliki banyak manfaat. Selain sebagai bumbu masakan, bawang putih juga digunakan sebagai bahan obat dan bahan kosmetik. Beberapa

3 manfaat bawang putih dibidang kesehatan dan kecatikan dapat dijelaskan sebagai berikut ( Anonim. 2013): 1. Menjaga kesehatan jantung dan menurunkan kolesterol jahat (LDL) 2. Memberi manfaat bagi penderita diabetes 3. Mengandung Allicin ( pelindung dari infeksi) 4. Menjaga kesehatan telinga 5. Meningkatkan sirkulasi darah 6. Meningkatkan pencernaan 7. Untuk melawan dingin dan mengencerkan lendir 8. Membantu penyembuhan patah tulang 9. Bantu singkirkan jerawat 10. Sebagai scrub wajah Berbagai manfaat yang mampu diberikan oleh bawang putih membuat bawang putih menjadi komoditas yang mempunyai tingkat konsumsi yang besar. konsumsi bawang putih tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu konsumsi rumah-tangga dan konsumsi industry. Dari data BPS diketahui bahwa dalam 10 tahun terakhir dari 2001 hingga 2010 besarnya konsumsi bawang putih pertahun untuk industry kurang dari 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa konsumsi terbesar adalah dari sector rumahtangga. Konsumsi yang besar ini tidak diimbangi dengan ketersediaan dalam negeri yang besar sehingga kegiatan impor pun tidak dapat terelakan. Pemerintah melalui kementrian keuangan telah mengupaya berbagai macam kebijakan yang diyakini mampu melindungi produsen dan meningkatkan produksi dalam negeri. Salah satu

4 kebijakan tersebut adalah peraturan menteri keuangan nomor : 547/KMK.01/2003 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor. Dari peraturan kementrian keuangan yang dikeluarkan pada tahun 2003 bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sector pertanian dan pada akhirnya mampu mencapai swasembada sehingga tidak tergantung pada impor bahkan mampu menghentikan kegiatan impor. Sebagai Negara agraris, Indonesia dinilai mampu menyediakan berbagai sumber bahan makanan yang berasal dari sector agraris tetapi pada kenyataannya Indonesia terus melakukan impor bawang putih hingga FAO menobatkan Indonesia sebagai Negara terbesar pengimpor bawang putih. Tabel dibawah ini menggambarkan luas panen, produksi dan hasil panen di Indonesia selama 15 tahun yang dikeluarkan oleh BPS.

5 Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Indonesia Selama 15 Tahun Bawang Putih Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas (ha) (ton) (ton/ha) 1997 18.566 102.283 5,5 1998 18.238 83.664 4,6 1999 12.936 62.222 4,8 2000 9.981 59.008 5,9 2001 9.279 49.573 5,3 2002 7.923 46.393 5,9 2003 6.345 38.957 6,1 2004 4.930 28.851 5,9 2005 3.280 20.733 6,3 2006 3.146 21.051 6,7 2007 2.690 17.313 6,4 2008 1.922 12.339 6,4 2009 2.293 15.419 6,7 2010 1.816 12.295 6,8 2011 1.828 14.749 8,1 Sumber. BPS, Jakarta (2013) data diolah Tabel 1.2 menggambarkan bahwa luas panen selama lima belas tahun cenderung mengalami penurunan walaupun ada beberapa tahun dimana luas panen meningkat seperti pada tahun 2006, 2009, dan 2011. Hal ini berpengaruh juga pada produksi yang cenderung menurun meskipun ada beberapa tahun dimana produksi mengalami peningkatan. Kecendrungan penurunan luas panen dan produksi dikarenakan petani mencoba beralih komoditas yang lebih menjanjikan. Bawang putih meskipun mahal tapi harga yang tidak bersaing akan merugikan petani. Hasil panen berfluktuatif dari tahun ke tahun. Beberapa hal diatas menyebabkan bawang putih impor tidak dapat terelakan untuk didatangkan ke Indonesia. Hal ini juga didukung kebijakan pemerintah yang

6 berupaya mendatangkan bawang putih impor ke Indonesia. Kebijakan tersebut adalah dengan diterbitkannya Peraturan Mentri Perdagangan No. 16/M- DAG/PER/4/2013 tanggal 22 April 2013 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Salah satu poinnya adalah dihapusnya sistem kuota impor untuk bawang putih. Hal ini akan mendorong masuknya bawang putih impor dan meningkatkan ketergantungan Indonesia akan barang impor serta akan mematikan usahatani bawang putih. Inti dari ulasan diatas tingkat konsumsi penduduk Indonesia akan bawang putih tidak diimbangi dengan tingkat produksi bawang putih Indonesia sehingga Indonesia membuat Indonesia melakukan impor bawang putih. Dalam penelitian ini mencoba memecahkan beberapa masalah yang terkait dengan konsumsi dan produksi bawang putih. 1.2 Perumusan Masalah Bawang Putih merupakan salah satu produk dari tanaman hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi. Permintaan yang tinggi didasari oleh konsumsi yang tinggi. Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki permintaan yang cukup tinggi akan produk bawang putih tersebut dan memiliki pula konsumsi yang tinggi, akan tetapi konsumsi tersebut tidak seimbang atau sesuai dengan produksi yang mampu atau dapat dihasilkan oleh Negara Indonesia sehingga Indonesia harus melakukan kebijakan impor bawang putih pada saat permintaan bawang putih tersebut tinggi agar ketersediaan bawang putih di Indonesia meningkat. Pada dasarnya tingkat konsumsi yang tinggi mampu dipandang sebagai peluang bagi

7 petani untuk meningkatkan jumlah produksinya sehingga dapat meningkatkan pendapatannya tetapi pada kenyataannya petani tidak mampu meningkatkan produksinya karena berbagai alasan. Konsumsi bawang putih terdiri dari dua macam yaitu konsumsi bagi rumah tangga dan konsumsi untuk industry. Sebagian besar konsumsi dilakukan oleh sector rumah tangga. Konsumsi yang tinggi dari bawang putih mencerminkan bahwa bawang putih sangat penting bagi konsumen sehingga mempunyai nilai yang cukup tinggi. Manfaat bawang putih tidak hanya berperan sebagai bahan makanan saja tetapi juga digunakan dalam bidang kesehatan dan bidang kecantikan. Tingkat konsumsi ini tidak seimbang dengan produksi bawang putih dalam negeri. Produksi bawang putih dalam negeri yang kecil tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri itu sendiri. Tabel 3 menggambarkan jumlah luas panen yang mengecil yang menyebabkan produksi dalam negeri juga makin mengecil dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, perlu penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi dan ketersediaan bawang putih di Indonesia, respon konsumsi dan ketersediaan bawang putih di Indonesia serta mengenai proyeksi konsumsi dan produksi dalam negeri tersebut selama beberapa tahun ke depan sehingga dapat mengetahui kemampuan Indonesia dalam mencapai swasembada khususnya bawang putih.berdasarkan uraian diatas mengenai permasalahan tentang konsumsi dan produksi bawang putih di Indonesia maka permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah :

8 1. a. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi bawang putih di Indonesia. b. Bagaimana respon konsumsi bawang putih terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi bawang putih di Indonesia. 2. a. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan bawang putih di Indonesia b. Bagaimana respon ketersediaan bawang putih terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan bawang putih di Indonesia. 3. Bagaimana prediksi jumlah konsumsi dan produksi bawang putih di Indonesia 20 tahun mendatang. 1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi bawang putih di Indonesia. b. Mengetahui respon konsumsi bawang putih terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi bawang putih di Indonesia. 2. a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan bawang putih di Indonesia

9 b. mengetahui respon ketersediaan bawang putih terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan bawang putih di Indonesia. 3. Mengetahui prediksi jumlah konsumsi dan produksi bawang putih di Indonesia 20 tahun mendatang. 1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, penelitian ini selain dapat menambah pengetahuan juga merupakan salah satu syarat guna memperoleh derajat Megister of Science pada Sekolah Pascasarjana Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi Pembaca, penelitian ini sebagai bahan informasi mengenai konsumsi dan ketersediaan bawang putih di Indonesia dan juga sebagi bahan perbandingan serta studi terdahulu dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Bagi pemerintah Indonesia dan instansi yang terkait, hasil penelitian ini dapat digunakan sebahai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan baru maupun perbaikan kebijakan lama dalam rangka pelaksanaan pembangunan pertanian guna mencapai swasembada pangan dan meminimalisir impor khususnya impor bawang putih.

10 1.5 Batasan Penelitian Konsumsi yang digunakan tidak dibedakan antara konsumsi bawang putih impor dengan bawang putih lokal. Konsumsi yang digunakan adalah konsumsi secara kesuluruhan baik konsumsi rumah tangga maupun industry.