GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan pengobatan dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidayat, 1997). Pada tindakan pembedahan, walaupun bertujuan untuk menyembuhkan klien, namun akan menghasilkan reaksi cemas terhadap aspek fisiologis dan psikologis tanpa memandang besar kecilnya operasi. Fase Pra Bedah dimulai dari keputusan tindakan operasi dibuat dan diakhiri dengan pemindahan klien kemeja ruang operasi. Lingkup kegiatan perawatan pada fase ini termasuk dalam menetapkan batas pengkajian klien dalam setting secara klinis atau dalam ruangan, interview pre operatif, menyiapkan klien untuk diberikan anestesi dan pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada klien pra bedah mayor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling, adapun data dianalisa secara univariat. Berdasarkan penelitian diperoleh dari 30 orang pasien pra bedah ditemukan 1 orang (3.3%) mengalami cemas ringan, 2 orang (6.7%) cemas sedang, 19 orang (63.3%) cemas berat dan 8 orang (26.7%) panik. Pada penelitian ini masih ditemukan gejala tingkat cemas maldaptif walaupun pembedahan ini direncanakan. Hal ini mungkin bukan dikarenakan dari pengaruh dari jeenis pembedahannya dan pra bedahnya saja akan tetapi ada faktor lain yang juga mempengaruhinya, yang peneliti tidak menelitinya dan mungkin juga kurangnya informasi dan penjelasan pada pasien pra bedah sehingga menyebabkan klien berfikir tentang hal-hal yang negatif tentang apa yang terjadi pada saat pembedahan dan hal-hal yang terjadi setelah pembedahan. Disarankan bagi pihak Rumah Sakit dapat meningkatkan pelayanannya terutama pada klien pra bedah sehingga tingkat kecemasan maladaptif yaitu cemas berat dan panik dapat diminimalkan. Kata Kunci : Deskriptif, Kecemasan Klien Pra Bedah Kepustakaan : 23, 1993 2008 A. PENDAHULUAN Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan pengobatan dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidayat, 1997). Pada tindakan pembedahan, walaupun bertujuan untuk menyembuhkan klien, namun akan menghasilkan reaksi cemas terhadap aspek fisiologis dan psikologis tanpa memandang besar kecilnya operasi. Kecemasan terhadap pembedahan diperberat dengan ketakutan terhadap pembiusan lebih dari pembedahan itu sendiri, juga dikarenakan ketidakpastian pada kehidupan dirinya (Siregar, 1995). Kondisi psikologis seseorang tidak selamanya berada pada kondisi stabil, berbagai respon kejiwaan muncul pada seseorang dalam berbagai kondisi, respon tersebut bisa berupa senang, sedih, cemas dan lain sebagainya. Kecemasan adalah respon adaptif, dipengaruhi oleh karekteristik individual atau proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik atau psikologis terhadap seseorang (Ivancevich dan Matteson, 1998 dalam Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 39
Kreitner dan Kinci, 2004). Pada umumnya kecemasan merupakan fenomena normal pada pengalaman-pengalaman baru dan hal-hal yang belum pernah dicoba. Pasien yang akan dioperasi biasanya menjadi agak gelisah dan takut. Perasaan gelisah dan takut kadang tidak tampak jelas. Tetapi kadang-kadang pula kecemasan itu dapat dilihat dalam bentuk lain. Pasien yang takut sering bertanya terus-menerus dan berulang walaupun pertanyaannya telah dijawab. Pasien tidak mau bicara dan memperlihatkan sekitarnya, tetapi malah sebaliknya pasien mengalihkan perhatiannya atau sebaliknya pasien bergerak terus-menerus dan tidak bisa tidur (E. Oswari, 1993). Menurut Read (1959) dalam Bobak (2005), rasa cemas, takut dan ketegangan adalah tiga selubung yang bertentangan dengan rancangan alam. Apabila cemas, takut dan tegang, berjalan secara beriringan maka diperlukan suatu tindakan yang dapat meringankan cemas, takut dan ketegangan tersebut. Bila seseorang mengalami kecemasan gejala yang timbul bisa gejala subyektif yang hanya bisa dirasakan oleh penderita sendiri disertai gejala fisik yang dapat diperiksa secara obyektif. Gejala subyektif dapat berupa rasa takut, khawatir, gelisah serta tidak dapat berfikir dan tidak dapat memusatkan perhatian. Sedangkan gejala fisiologisnya disebabkan oleh perangsangan susunan saraf simpatis dan peningkatan sekresi hormon adrenalin seperti berkeringat banyak, ketegangan otot, tekanan darah yang meningkat, jantung berdebar-debar, sulit makan, susah tidur, sesak nafas mudah tersinggung dan nyeri daerah ulu hati (Judhawisastra, 1993). Pasien yang sangat cemas sehingga tidak bisa berbicara dan mencoba menyesuaikan diri dengan kecemasannya sebelum pembedahan seringkali menderita banyak kesukaran pada pasca pembedahan. Mereka cenderung banyak marah, kesal, bingung atau depresi. Mereka lebih mudah tersinggung akibat reaksi psikis dibandingkan dengan orang yang cemasnya sedikit (Barbara C. Long, 1996). Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada klien yang akan menghadapi pembedahan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia (KDM), yang salah satunya dengan penanggulangan rasa cemas, tegang dan ketakutan pada klien yang menghadapi tindakan bedah mayor melalui pendekatan non farmakologi, dan dapat memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi kecemasan, ketegangan dan ketakutan pasien yang menghadapi pembedahan mayor. Perawat sebagai bagian integral pelaksana pelayanan keperawatan atau pelayanan dibidang kesehatan harus mengetahui strategi dan penatalaksanaan non farmakalogi yang tepat untuk mengatasi rasa cemas, ketegangan dan ketakutan dalam menghadapi tindakan pembedahan. Strategi keperawatan yang utama dalam periode pra bedah adalah penyuluhan tentang peristiwa yang akan datang, latihan-latihan yang diperlukan pada periode pasca bedah guna mencegah Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 40
terjadinya komplikasi pasca bedah. Sebelum dilakukan penyuluhan, harus ditentukan apa yang pasien ketahui tentang tujuan bedah dan semua prosedur rutin baik pra bedah maupun pasca bedah (Barbara C. Long, 1996). Rumah Sakit Umum Cibabat adalah salah satu rumah sakit negeri yang terdapat di wilayah Cimahi yang senantiasa memberikan pelayanan kesehatan terbaik dengan sumber daya manusia ramah dan berkualitas. Diharapkan perawatan yang diberikan khususnya perawatan klien pra bedah mempunyai nilai tambah yang positif sehingga salah satu masalah yang dihadapi klien yaitu kondisi psikologis klien menjelang pembedahan bisa terkontrol. Pengalaman penulis ketika praktek di Ruang Rawat Inap Bedah salah satu Rumah Sakit pernah mengantarkan pasien dari ruang rawat inap bedah ke ruang bedah (OK), akan tetapi ketika pasien tersebut sampai di ruang bedah (OK) dikembalikan lagi keruangan rawat dikarenakan pasien tersebut tampak cemas. Menurut para perawat yang bertugas di ruang bedah (OK) kalaupun pembedahan dilaksanakan bisa membahayakan pasien itu sendiri. Dari hasil observasi pendahuluan pada tanggal 23 24 juli 2008, penulis menemui 10 pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan mayor di ruang rawat inap medikal bedah Gedung D lantai 3 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. Dari hasil wawancara didapatkan 4 orang mengatakan cemas akan tindakan pembedahan dan keberhasilannya, 3 orang mengatakan cemas akan rasa nyeri setelah pembedahan, 1 orang cemas akan biaya pembedahan, dan 2 orang mengatakan tidak cemas. Selain dari hasil wawancara perasaan cemas klien dapat dilihat secara obyektif dengan cara mengamati tingkah laku pasien dan dapat diukur melalui observasi tanda-tanda vital antara lain adanya peningkatan pada denyut nadi dan tekanan darah pasien. Perawat juga menjelaskan persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum pembedahan serta kemungkinan jenis anastesi yang akan diberikan kepada klien. Untuk melakukan intervensi kecemasan pada pasien yang menghadapi bedah mayor perawat perlu mengetahui tingkat kecemasan yang dialami klien menjelang tindakan pembedahan untuk mempermudah melakukan tindakan selanjutnya. Data pasien yang akan menjalani pembedahan pada 6 bulan terakhir dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1. Data Pasien Pra Bedah Mayor Periode Januari Juni 2008 Di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah Gedung D lantai 3 RSU Cibabat Cimahi No Bulan Jumlah Kasus 1 Januari 38 2 Februari 30 3 Maret 37 4 April 32 5 Mei 30 6 Juni 35 Total 202 Orang Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 41
Berdasarkan uraian dan data tersebut diatas, penulis sangat tertarik untuk mengambil kasus gambaran tingkat kecemasan pada klien pra bedah mayor sehingga penulis mengambil judul Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Klien Pra Bedah Mayor Di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah Gedung D lantai 3 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. Adapun Tujuan Penelitian ini adalah untuk diketahuinya tingkat kecemasan pada klien yang akan menghadapi tindakan pembedahan mayor di ruang rawat inap medikal bedah Gedung D lantai 3 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. B. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien pra bedah mayor di ruang rawat inap medikal bedah gedung D lantai 3 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. Klien pra bedah mayor Tingkat Kecemasan Klien Pra Bedah Mayor : 0. Tidak cemas 1. Cemas ringan 2. Cemas sedang 3. Cemas berat 4. Panik Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan klien pra bedah : - Kesiapan mental - Pengetahuan Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang perlu diteliti, variabelvariabel tersebut diberi batasan atau defenisi operasional. Defenisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan terhadap variable-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument (Notoatmodjo, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 1 berikut ini. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 42
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Defenisi Operasional Kecemasan Suatu respon individu terhadap rangsangan dari luar yang memperingatkan dirinya. Cara Pengukuran Hasil Ukur Skala Ukur - Responden diberikan kuesioner tentang tingkat kecemasan dengan menggunakan skala likert 0-4. - Responden diminta untuk mengisi soal-soal yang diberikan oleh peneliti sebanyak 14 soal. 0 = Tidak Cemas <14 1 = Cemas Ringan (14-20) 2 = Cemas Sedang (21-27) 3 = Cemas Berat (28-41) 4 = Panik (42-56) Ordinal Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah klien Pra bedah mayor di ruang bedah gedung D lantai 3 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. Berdasarkan jumlah rata-rata klien yang akan menjalani pembedahan pada bulan Januari - Juni 2008 sebanyak 202 orang pada enam bulan terakhir. Sedangkan sample yang akan diambil selama bulan Juli Agustus 2008 adalah sejumlah 30 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode accidental sampling. Data yang diambil adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesiner ini bertujuan untuk mengukur tingkat kecemasan pasien pra bedah mayor. Alat Bantu kuesioner ini berupa kisi-kisi soal mengenai tingkat kecemasan klien pra bedah mayor sebanyak 14 soal berdasarkan teori yang dikemukakan oleh HRS. A (Alimul A, 2003). Adapun pengumpulan data ini dilakukan oleh peneliti sendiri di ruang bedah Gedung D lantai 3 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara univariat. Proses analisa Univariat dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil penelitian. Analisa ini hanya menjabarkan secara deskriptif tingkat kecemasan klien pra bedah mayor di ruang bedah gedung D lantai 3 Rumah Sakit Cibabat Cimahi. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Klien Pra Bedah Mayor Di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah Gedung D Lantai 3 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi yang dilakukan pada 21 Juli s/d 14 Agustus berkaitan dengan analisa unuvariat untuk menggambarkan tingkat kecemasan klien pra bedah. Hasil penelitian ini ditampilkan dalam suatu tabel 2. berikut : Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 43
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Klien Pra Bedah Mayor Di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah Gedung D Lantai 3 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. Kriteria Frekuensi Fresentase Cemas ringan 1 3.3 Cemas sedang 2 6.7 Cemas berat 19 63.3 Panik 8 26.7 Total 30 100 Berdasarkan analisa pada table 2 dapat dilihat bahwa dari 30 responden Pra bedah yang mengalami tingkat cemas ringan 1 responden (3.3 %), cemas sedang 2 responden (6.7 %), cemas berat 19 responden (63.3 %) sedangkan yang mengalami panik 8 orang responden (26.7 %). Menurut Sulaiman (1995), kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Dari 30 responden 1 orang responden (3.3%) mengalami tanda dan gejala cemas ringan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suliswati (2005), bahwa tanda dan gejala cemas ringan yaitu : mudah tersinggung, gelisah, seseorang dapat menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara epektif an menghasilkan pertumbuhan kreativitas. Respon cemas ringan yang dirasakan pasien pra bedah mayor wajar dirasakan oleh individu dalam menghadapi suatu tindakan yang asing bagi dirinya karena itu merupakan respon untuk bersiap-siap dalam menghadapi pembedahan, tanda dan gejalanya masih termasuk adaptif. Dari 30 responden 2 orang responden (6.7%) mengalami tanda dan gejala cemas sedang. Perasaan cemas sedang yang dirasakan oleh pasien pra bedah masih dianggap wajar karena tanda dan gejala tingkat kecemasan sedang ini masih termasuk adaptif. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stuart & Sundeen (1998), dimana individu memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga individu mengalami perhatian yang selektif namun melakukan sesuatu yang terarah. Dimana tanda dan gejala cemas sedang meliputi : nafas sering memendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gelisah, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. Dari 30 responden 19 orang responden (63.3%) mengalami tanda dan gejala cemas berat. Respon dan tanda gejala cemas berat ini tidak seharusnya dirasakan oleh pasien pra bedah mayor karena tanda dan gejala tingkat cemas berat ini termasuk maladaptif. Tanda dan gejala yang maladaptif ini dapat mengganggu kesiapan mental klien dalam pelaksanaan pembedahan. Menurut Stuart & Sundeen (1998),bahwa tanda dan gejala tingkat kecemasan berat itu termasuk cemas yang maladaptif, seperti perasaan ingin buang air. Individu merasa ancaman meningkat, dan tidak mampu Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 44
menyelesaikan masalah. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk terfokus pada area lain. Sedangkan dari 30 responden 8 orang responden (26.7%) mengalami panik. Respon dan tanda gejala panik ini tidak seharusnya dirasakan oleh pasien pra bedah mayor karena respon individu yang terlalu berlebihan dalam menilai tindakan pembedahan yang akan dilakukan sehingga tanda dan gejala inilah yang akan memperparah keadaan karena dari efek tanda dan gejalanya dapat mempengaruhi psikologis pasien. Sedangkan kesiapan psikologis pasien yang akan dilakukan pembedahan ini sangat penting untuk membantu dalam jalannya pembedahan. Menurut Hamid (2000). Tanda dan gejala panik termasuk maladaptif, seperti tidak dapat berfikir logis dan lapang persepsinya sangat sempit. Kehilangan kontrol diri, mudah mengamuk atau marah dan persepsinya kacau. Menurut Long B. C (1996), mengatakan bahwa pasien yang tingkat kecemasannya maladaptif, sehingga pasien tidak bisa berbicara dan menyesuaikan diri dengan kecemasannya sebelum pembedahan sering kali menderita banyak kesukaran pasca bedah. Pasien cenderung marah, kesal, bingung atau depresi, pasien lebih mudah tersinggung akibat psikis dibandingkan dengan orang yang cemasnya sedikit. Pada penelitian ini masih ditemukan gejala tingkat cemas maladaptif walaupun pembedahan ini direncanakan. Hal ini mungkin bukan dikarenakan dari pengaruh dari jenis pembedahannya dan pra bedahnya saja akan tetapi ada faktor lain yang juga mempengaruhinya, yang peneliti tidak menelitinya dan mungkin juga kurangnya informasi dan penjelasan pada pasien pra bedah sehingga menyebabkan klien berfikir tentang hal-hal yang negatif tentang apa yang terjadi pada saat pembedahan dan hal-hal yang terjadi setelah pembedahan. Pasien cemas ketika akan menghadapi pembedahan adalah hal yang wajar dirasakan oleh setiap orang karena cemas yang wajar merupakan respon terhadap adanya ancaman atau bahaya yang mengancam jiwanya. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa berupa cemas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu. Karena kecemasan berat dan panik dapat menimbulkan gejala-gejala yang mengganggu terhadap daya tahan tubuh pasien. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Klien Pra Bedah Mayor di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah Gedung D Lantai 3 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi dapat disimpulkan bahwa dari 30 orang responden klien pra bedah mayor 1 orang (3.3%) mengalami tingkat cemas ringan, 2 orang (6.7%) cemas sedang, 19 orang (63.3%) cemas berat Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 45
dan 8 orang (26.7%) panik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa 90% responden mengalami tingkat kecemasan yang maladaptif. 2. Saran a. Bagi Rumah Sakit Diharapkan pihak Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi dapat meningkatkan mutu pelayanan perawat sehingga menjadi perawat yang profesional. b. Bagi Perawat Diharapkan perawat lebih meningkatkan kembali pengetahuan dan keterampilan tentang penanggulangan kecemasan, dan menginformasikan persiapan dan pembedahan yang akan dilakukan pada klien pra bedah. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini jauh dari sempurna karena memiliki kelemahan dan keterbatasan baik itu dari cara pengumpulan data ataupun keterbatasan dari peneliti itu sendiri. Dan untuk penelitian selanjutnya dapat diketahui faktor-faktor penyebab kecemasan klien pra bedah yang maladaptif. DAFTAR PUSTAKA Alimul H. A.A, (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi I Jakarta : Salemba Medika. Arikunto. S, (2002), Penelitian Klinik dan Praktek Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Barbara C. Long (1996). Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung. Bobak, (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Cetakan I Jakarta : EGC Brunner & Suddart (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 8. Jakarta: EGC. Hamid, Y. dkk. (2000), Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes RI Judhawisastra, (1993). Kiat Mengatasi Stres Th. 92/93 No. 43Jabar : Edaran Penyuluhan. Kaplan, (1998). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi Ke VII Jilid 2, Jakarta :Bina Rupa Aksara. Kreitner & Kinci, (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Notoatmodjo, S. (2006). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 46
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Oswari E (2000), Bedah dan Perawatannya, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama R. Sjamsuhidayat (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi II. Jakarta : EGC Stuart & Sundeen (2007), Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta : EGC Sulaiman, (1995). Manajemen Stres dan Depresi. Jakarta : Gramedia Suliswati, S. dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 47