Eksistensi Gamelan Selonding di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali

dokumen-dokumen yang mirip
Denpasar, Penulis. viii

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

Gamelan Gong luang Kiriman I Wayan Putra Ivantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Gender Wayang di Banjar Kayumas Kaja. Kiriman I Nyoman Gede Haryana BAB I PENDAHULUAN

TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN

Karakteristik akustika dari gambelan selonding Kiriman: I Wayan Ekajaya Suputra, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar Gambelan Selonding adalah

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

Pemodelan Sistem Informasi Gamelan Bali Menggunakan Tree Diagram

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

PERSOALANSAKRALISASI TARI ANDIR DI DESA TISTA, KERAMBITAN,KABUPATEN TABANAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

RANCANG BANGUN APLIKASI GAMELAN GONG KEBYAR INSTRUMEN GANGSA DAN KENDANG BERBASIS ANDROID

ANGKLUNG KEBYAR. Oleh I Wayan Muliyadi Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

PEMBELAJARAN NILAI MELALUI GENDER WAYANG DI SANGGAR GENTA MAS CITA, PANJER, DENPASAR SELATAN

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

Penggunaan Kajang dalam Ritus Kematian (Kelepasan) Klen Brahmana Buddha di Desa Budakeling dan Sebarannya di DesaBatuan

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

ESENSI GONG KEBYAR DESA KEDIS DALAM RITUAL AGAMA HINDU

MAKNA KULTURAL RAMBUT GIMBAL ALAMI (BOK GEMPEL) DALAM SISTEM KEPERCAYAAN ORANG BALI. Bram Setiawan

TARI BARIS KATEKOK JAGO DI SESA DARMASABA, KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Gamelan, seniman, serta pengrajin gamelan merupakan tiga unsur yang tidak dapat

Sabung Ayam Pada Masyarakat Bali Kuno Abad IX-XII

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

Kiriman I Putu Juliartha, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

BAB V KESIMPULAN. Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok. tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara

SKRIPSI. Disusun Oleh : Alboin Leonard PS D

SKRIP KARYA SENI SOHA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gamelan Slonding Di Pura Puseh Desa Seraya Karangasem Kiriman I Gede Suwidnya, mahasiswa PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

MENENTUKAN PREMI TAHUNAN UNTUK TIGA ORANG PADA ASURANSI JIWA HIDUP GABUNGAN (JOINT LIFE) KOMPETENSI FINANSIAL SKRIPSI TRI YANA BHUANA

Rancang Bangun Media Pembelajaran Alat Musik Gamelan Gong Kebyar Berbasis Android

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN

RANCANG BANGUN APLIKASI GAMELAN GONG KEBYAR INSTRUMEN REONG, CENG-CENG RICIK, KEMONG DAN JUBLAG BERBASIS ANDROID

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu arena atau wilayah tertentu. Aktivitas sabung ayam sejatinya tidak dapat

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

SKRIPSI TARI REJANG MUANI DI PURA PUSEH DESA PAKRAMAN LUMBUAN KABUPATEN BANGLI

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

KARYA I WAYAN SENEN TINJAUAN BENTUK DAN FUNGSI

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

BAB III PENUTUP. Karya ini memiliki rangsangan dari konsep tiga yang berada di sekitar

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli

BAB I PENDAHULUAN. Seni pertunjukan merupakan sebuah penyajian bentuk karya seni dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia

Instrumen Pengiring Tari Telek Anak Anak di Desa Jumpai Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

PERUBAHAN DAN KONTINYUITAS TRADISI BUDAYA BALI OLEH KOMUNITAS ORANG-ORANG BALI YANG TINGGAL DI SURAKARTA

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

PEMANFAATAN LAYANAN KOLEKSI KARYA SASTRA BALI DI PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TUGAS AKHIR

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi

FUNGSI TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON SURAKARTA DALAM KONTEKS JAMAN SEKARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi

PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN PADA RESTORAN HOTEL DI KABUPATEN BADUNG

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

PENGARUH BELANJA RUTIN DAN BELANJA MODAL PADA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI) SKRIPSI

Transkripsi:

Eksistensi Gamelan Selonding di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali Ni Putu Diah Paramitha Ganeshwari 1*, A.A. Ngr. Anom Kumbara 2, I Nyoman Suarsana 3 Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Udayana 1 [email: paramitha_sagakusa@yahoo.co.id] 2 [email: anom_kumbara@yahoo.com] 3 [email: inyoman_suarsana@unud.ac.id] *Corresponding Author Abstract Gamelan becomes one important part in a ceremony of Balinese Hindu community. This is not out of the presence of gamelan as part of the "Panca Nada". One type of Balinese gamelan used in a religious ceremony is gamelan selonding. In some regions, it is very sacred gamelan, one of them is Bungaya Village, District Bebandem, Karangasem, Bali. This study will reveal the history, function, and meaning of gamelan selonding in Bungaya village. This study uses the functionalism theory that proposed by Robert K Merton and theory of interpretative symbolic by Clifford Geertz. The functionalism theory used to uncover the manifest function and latent functions of gamelan selonding, while the interpretive theory used to reveal the symbolic meanings in the gamelan selonding for Bungaya Village community. This qualitative study done by ethnography method. Gamelan selonding Bungaya consisting of ten (10) compositions. Selonding Bungaya is one of the largest selonding in Bali i.e. 92 pieces of blades with varying sizes. Gamelan selonding Bungaya very rarely sounded, just in the usaba gede (usaba dangsil) which held in ten years. However, since the 1990s, the orchestra is also sounded at the time of the ceremony maligia in Puri Karangasem. Technology development leads to some changes in people's views about the gamelan selonding Bungaya. In the past, was so sacred and people are not allowed to record gamelan selonding in any form. Some elder figure in Bungaya still retain the rule, but among young people today no longer considers the efforts of documentation as something wrong, it had a positive impact on conservation efforts. Nonetheless, the gamelan Selonding Bungaya agreed that in the village they are holy and sacred. Keywords: gamelan Selonding, Ida Bhatara Bagus Selonding, sacred 56

1. Latar Belakang Berkembangnya seni gamelan dalam kehidupan masyarakat Bali utamanya disebabkan oleh terjadinya persatuan antara jiwa seni dengan jiwa religi (Arsini, 1994: 64). Salah satu ragam gamelan Bali yang sarat akan nilai-nilai religi adalah gamelan selonding. Gamelan selonding merupakan seperangkat alat musik pukul, memiliki laras pelog saih pitu, dan umumnya terdapat di desa-desa Bali Aga, seperti Desa Bungaya, Tenganan Pegringsingan, dan Timbrah, Kabupaten Karangasem (Bandem, 2013). Gamelan ini terdiri dari bilah-bilah yang lebar dan berbahan dasar besi yang diletakkan di atas wadah gema berbentuk bak yang terbuat dari kayu. Gamelan ini dipukul dengan panggul (seperti palu dari bahan kayu). Permainan selonding menggunakan teknik dua tangan. Keberadaan gamelan selonding sangat disakralkan. Hampir di setiap desa kuno di Bali memiliki tempat pemujaan tersendiri bagi Bhatara Bagus Selonding (Dewa Gamelan Selonding) yang disebut Pura Merajan Selonding (Tusan, 2002). Sifat sakral ini membuat masyarakat memberikan perlakuan khusus terhadap gamelan selonding. Pada masyarakat Desa Bungaya tidak sembarang orang yang boleh memainkan instrumen selonding. Selonding sakral hanya boleh dimainkan oleh orang yang berstatus sebagai penanga (pemangku Ida Bhatara Bagus Selonding). Gamelan selonding merupakan bagian dari tradisi yang telah berlangsung sejak jaman pemerintahan kerajaan Bali Kuna, namun hingga kini gamelan selonding tetap eksis dalam kehidupan masyarakat Bali dan memegang peranan dalam perkembangan seni karawitan Bali. Kendati demikian, kajian mengenai gamelan selonding masih terhitung sedikit. Beberapa pakar seni karawitan dan etnomusikolog tercatat pernah melakukan penelitian terhadap gamelan selonding, tetapi kajian yang khusus membahas mengenai eksistensi gamelan selonding di Desa Bungaya belum pernah penulis temukan. 57

2. Pokok Permasalahan Masalah penelitian yang hendak dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1) Bagaimanakah eksistensi gamelan selonding di Desa Bungaya? 2) Apakah fungsi gamelan selonding dalam kehidupan masyarakat Desa Bungaya? 3) Apakah makna yang terkandung dalam gamelan selonding di Desa Bungaya? 3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu: mengetahui dan memahami alasan gamelan selonding di Desa Bungaya masih eksis hingga saat ini; mengetahui fungsi gamelan selonding di Desa Bungaya; serta memahami makna yang terkandung dalam gamelan selonding di Desa Bungaya. 4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah gamelan selonding yang terdapat di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Selain itu, masyarakat Desa Bungaya yang menjadi pendukung kebudayaan selonding ini juga menjadi subyek dalam penelitian ini. Adapun obyek penelitian adalah eksistensi gamelan selonding di Desa Bungaya, fungsi, serta makna gamelan selonding bagi masyarakat Desa Bungaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengkaji permasalahan adalah pengamatan (observasi), wawancara, dan penggunaan dokumen (kepustakaan). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara deskriptif kualitatif dan interpretatif. Hal ini dikarenakan sifat data yang dikumpulkan adalah dalam bentuk tanda dan simbol, sehingga tidak dapat disusun ke dalam suatu struktur klasifikatoris. 58

5. Hasil dan Pembahasan 5.1 Eksistensi Gamelan Selonding di Desa Bungaya Hingga saat ini tidak ada bukti sejarah yang dapat memastikan mengenai kapan gamelan selonding mulai hadir dalam kehidupan masyarakat Bali. Akan tetapi gamelan selonding diperkirakan sampai di Bali sekitar abad IX, yaitu pada masa pemerintahan Raja Bali Kuna, Sri Dalem Wira Kesari Warmadewa, dibuktikan dengan munculnya istilah yang mirip dengan kata selonding dalam beberapa prasasti kerajaan Bali Kuna. Di Desa Bungaya tidak ada satu naskah pun yang bisa menjadi bukti tertulis mengenai kapan pastinya selonding ini mulai ada. Akan tetapi, satu hal yang bisa dipastikan oleh masyarakat setempat adalah bahwa gamelan selonding telah ada sejak jaman dahulu dan diwariskan sebagai sebuah benda sakral yang dipercaya sebagai tempat berstananya Ida Bhatara Bagus Selonding. Instrumen ini sangat jarang dimainkan, yaitu hanya pada saat berlangsungnya usaba dangsil yang dilaksanakan paling cepat sepuluh (10) tahun sekali. Gamelan selonding Desa Bungaya terdiri dari sepuluh (10) unit instrumen, yaitu unit penanga (1 unit), penanga bali (1 unit), gangsa alit (2 unit), gangsa agung (2 unit), kasumba (1 unit), petuk (1 unit), dan pemarep (2 unit). Unit penanga merupakan instrumen yang paling sakral, sebab diyakini sebagai pelinggih Ida Bhatara Bagus Selonding dan hanya boleh dibunyikan oleh orang berstatus penanga. Sementara itu, unit lainnya merupakan pengiring (pengikut) dari Ida Bhatara Bagus Selonding yang penabuhnya disebut sebagai pragina selonding. Selonding Bungaya merupakan salah satu perangkat selonding terbesar di Bali yaitu 92 buah bilah dengan ukuran bervariasi. Terdapat banyak jenis gending atau lagu selonding Bungaya. Gending tersebut tercatat dalam sebuah lontar. Ketika gamelan selonding Bungaya mengalami kerusakan, maka akan ada seorang pandai besi khusus yang akan diminta untuk memperbaikinya. Pandai besi itu harus berasal dari keturunan klan Pande Tusan. Pemugaran gamelan selonding dilakukan pada saat menjelang usaba dangsil di sebuah landesan batu yang terdapat di Pura Puseh Desa Bungaya. Gamelan selonding hingga kini masih eksis dalam kehidupan masyarakat Bungaya sebab masih ada anggota masyarakat yang dapat memainkan gamelan selonding tersebut. Kendati dipentaskan hanya sekitar sepuluh tahun sekali, 59

masyarakatnya tetap memiliki rasa keterikatan kuat dengan Bhatara Bagus Selonding. Setiap purnama, masyarakat secara rutin menghaturkan sesaji ke hadapan Bhatara Bagus Selonding. Gamelan selonding bagi masyarakat Desa Bungaya tidak hanya diingat sebagai sebuah alat musik, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan religius mereka. 5.2 Fungsi Gamelan Selonding di Desa Bungaya Fungsi gamelan selonding di Desa Bungaya terlihat jelas pada saat dilangsungkannya upacara usaba dangsil. Gamelan selonding selalu hadir, mulai dari rangkaian awal hingga akhir upacara. Gamelan selonding merupakan bagian dari seni wali, yaitu kesenian yang menjadi bagian dari upacara itu sendiri. Gamelan selonding di Bungaya juga digunakan untuk mengiringi tari-tarian sakral, seperti Tari Anda dan Tari Rejang. Di samping digunakan sebagai sarana upacara, gamelan selonding saat ini juga difungsikan sebagai pratima. Pratima adalah simbol perwujudan jasmani para dewa. Masyarakat Desa Bungaya betul-betul meyakini bahwa melalui gamelan itu bayangan Tuhan dapat dirasakan. Penyebutan gamelan selonding sakral sebagai Ida Bhatara Bagus Selonding oleh masyarakat setempat juga mengindikasikan bahwa gamelan selonding diyakini memiliki kekuatan magis. Selain berfungsi dalam kehidupan religius masyarakat Bungaya, selonding Bungaya rupanya juga memiliki fungsi di luar masyarakat Desa Bungaya. Pada saat dilangsungkannya upacara maligia di Puri Karangasem, gamelan selonding Bungaya turut tedun (dibawa) untuk mengiringi upacara tersebut. Desa Bungaya memang memiliki hubungan yang erat dengan Puri Karangasem. Upacara maligia Puri Karangasem tersebut hingga kini merupakan satu-satunya saat di mana selonding Bungaya dibunyikan di luar Desa Bungaya dan menjadi satu-satunya upacara Pitra Yadnya yang diiringi oleh selonding Bungaya. 5.3 Makna Gamelan Selonding Masyarakat Desa Bungaya menyebut selonding sakral di desa mereka sebagai Ida Bhatara Bagus Selonding. Bhatara berasal dari kata bhatr (Sansekerta) yang berarti pelindung. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Bhatara Bagus 60

Selonding telah dianggap sebagai dewa pelindung yang dihormati oleh masyarakat Desa Bungaya. Oleh karena itu, tidak heran jika masyarakat Desa Bungaya kerap meminta sisa minyak kelapa (minyak wangsuhan) dan rumput alang-alang yang digunakan untuk membersihkan gamelan selonding sakral untuk dijadikan sebagai jimat pelindung. Masyarakat Desa Bungaya juga percaya bahwa pada saat usaba dangsil, Ida Bhatara Bagus Selonding akan turut hadir dan melakukan penyucian kepada truna dan daha yang baru dilantik. Hal inilah yang menjadi alasan warga (baik truna atau daha) antusias mengikuti upacara penyucian saat usaba dangsil tersebut. Tidak jarang warga dari desa lain juga ingin berpartisipasi dalam ritual penyucian ini. Oleh karena disakralkan, maka ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan dalam memperlakukan gamelan selonding di Desa Bungaya, salah satunya adalah megat pemargi. Megat pemargi merupakan sebuah istilah jika seseorang menyeberang atau berlalu-lalang saat Bhatara Bagus Selonding diusung melewati jalan desa. Orang yang melakukan megat pemargi, baik secara sengaja ataupun tidak, dipercaya akan menemui nasib buruk. Untuk menebusnya, orang tersebut harus meminta maaf kepada Bhatara Bagus Selonding dengan menyerahkan sesaji bebek putih jambul. Gamelan selonding memiliki makna sosial, yaitu sebagai media komunikasi. Bunyi gamelan selonding terdengar sebagai sebuah sandi atau isyarat bahwa di Desa Bungaya sedang dilaksanakan proses ritual. Gamelan selonding juga menjadi media integrasi sosial. Integrasi sosial ini salah satunya ditunjukkan ketika gamelan tersebut akan dipindahkan, maka anggota truna, daha, dan masyarakat akan bekerja sama agar gamelan selonding dapat dibawa dengan selamat. Fungsi laten (tersembunyi) gamelan selonding sebagai media pendidikan salah satunya dilihat dari pembelajaran yang diterima masyarakat Bungaya berkat kehadiran gamelan sakral ini di desa mereka. Meskipun bukan berarti tidak semua dari mereka mempelajari tata cara menabuh selonding, namun masyarakat Bungaya tanpa disadari memperoleh pengetahuan akan nilai-nilai kehidupan dan pendidikan karakter, yaitu nilai moral (spiritual), toleransi, dan kesabaran. Gamelan selonding tanpa disadari juga menjadi bagian dari hidup masyarakat Bungaya dan menjadi bagian identitas kebudayaan mereka. 61

6. Simpulan Desa Bungaya merupakan salah satu wilayah penyebaran selonding di Bali. Gamelan selonding di Bungaya dianggap sangat sakral, sebab diyakini sebagai tempat berstananya Ida Bhatara Bagus Selonding. Gamelan selonding memiliki fungsi yang sangat sentral dalam setiap rangkaian usaba dangsil di Desa Bungaya, yaitu sebagai suatu bentuk persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai pengiring taritarian sakral. Selain sebagai sarana dalam upacara usaba dangsil, gamelan selonding di Desa Bungaya juga difungsikan sebagai pratima. Oleh karena posisinya sebagai sebuah pratima, masyarakat memperlakukan gamelan ini dengan sangat hati-hati. Selonding Bungaya juga menjadi salah satu sarana dalam upacara maligia di Puri Karangasem sebab diyakini memiliki kekuatan magis. Makna gamelan selonding bagi masyarakat Desa Bungaya meliputi makna religius, makna sosial, makna pendidikan, makna estetika, dan makna identitas. Makna religius gamelan selonding bagi masyarakat adalah sebagai perwujudan dari bhatara yang melindungi kehidupan Desa Bungaya. Makna sosial selonding Bungaya meliputi fungsi laten gamelan selonding sebagai media komunikasi dan sebagai sarana persatuan dan integrasi sosial. Makna pendidikan terkait dengan kehadiran gamelan selonding sebagai media transfer of knowledge. Makna estetika gamelan selonding Bungaya meliputi makna keindahan gamelan selonding sebagai bagian dari kesenian. Makna identitas terkait dengan masyarakat Bungaya yang menganggap selonding sebagai bagian dari kebudayaan mereka yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat lainnya. 62

7. Daftar Pustaka Arsini, Ni Nyoman. 1994. Gambelan Selonding pada Beberapa Pura di Kabupaten Bangli (Suatu Kajian Etnoarkeologis). Skripsi Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana. Denpasar. Bandem, I Made. 2013. Gamelan Bali di Atas Panggung Sejarah. Denpasar: BP STIKOM Bali. Tusan, Pande Wayan. 2002. Selonding, Tinjauan Gamelan Bali Kuna Abad X-XIV (Suatu Kajian terhadap Prasasti, Karya Sastra, dan Artefak). Denpasar: Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Tingkat I Bali. 63