I. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2004 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. diresmikan pada tanggal 29 Juni tahun 2005, sebelumnya Kelurahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 9 TAHUN 2001 PEMBENTUKAN, PENGGABUNGAN, DAN PENGHAPUSAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 9 TAHUN 2001 PEMBENTUKAN, PENGGABUNGAN, DAN PENGHAPUSAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN/ATAU PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 1987 SERI D ================================================================

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 06 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 06 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 8 TAHUN 2007 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011

: PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1982 TENTANG PEMBENTUKAN PEMECAHAN PENYATUAN DAN PENGHAPUSAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 02 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 03 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN,PENGHAPUSAN,PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 06 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah. Hal ini tertuang dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) yang. berbunyi:.daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 7 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

IV. GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir. Ratu Ilir terdiri dari 7 (tujuh) dusun. Ketujuh dusun tersebut ialah :

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA TOMONI MENJADI KELURAHAN

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 17 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Dpemerintahan terkecil dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 7 TAHUN 2009

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, maka penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan dengan asas otonomi. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan di masyarakat. Dilaksanakannya otonomi maka pemerintahan daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kewenangan otonomi yang diberikan kepada suatu pemerintah daerah dimaksudkan untuk memaksimalkan penyelenggaraan fungsi-fungsi pokok pemerintahan yang mencakup pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment) dan pembangunan (development). Pemerintah daerah secara umum diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 18 adalah: Pembagian daerah Indonesia atas dasar daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak asalusul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa pembagian daerah yang dimaksud terdiri atas daerah propinsi, daerah kabupaten dan daerah kota serta desa sebagai daerah yang terendah tingkatnya.

2 Penerapan otonomi daerah yang terfokus pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 mengenai pemerintah daerah, yang lebih menitik beratkan pada pemberian kewenangan kepada daerah. Pemberian kewenangan itu dipakai untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Landasan pengaturan dalam pemikiran mengenai pemerintahan desa adalah keragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Partisipasi pada umumnya dapat diberi pengertian keikutsertaan masyarakat atas kesadaran dan kemauan sendiri dan atau diajak dalam suatu kegiatan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan. Otonomi asli adalah otonomi yang didasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat dan tidak berdasarkan atas dasar penyerahan wewenang dari pemerintah. Sadu Wasistino (2001:49) menyebutkan bahwa: Adanya perubahan kebijakan otonomi daerah perlu diikuti dengan penataan kembali organisasi pemerintahan daerah secara mendasar, penataan tersebut dapat berupa: 1. Pembentukan unit organisasi baru; 2. Penggabungan organisasi yang sudah ada; 3. Penghapusan unit organisasi yang sudah ada; 4. Perubahan bentuk unit-unit yang sudah ada. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat No. 17 tahun 2004, tentang pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan serta struktur organisasi dan tata kerja kelurahan, dan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat No. 01 tahun 2005, tentang pembentukan dan perubahan status desa menjadi kelurahan, maka Desa Tugusari yang sebelumnya berstatus sebagai desa berubah menjadi kelurahan di bawah Pemerintahan

3 Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Berubahnya status Desa Tugusari menjadi kelurahan tersebut dikarenakan letak Desa Tugusari yang merupakan ibukota dari Kecamatan Sumber Jaya, sehingga perubahan status Desa Tugusari menjadi kelurahan merupakan bentuk dari upaya peningkatan status yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam rangka tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam mengelola wilayahnya. Perubahan status Desa Tugusari menjadi kelurahan harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan seperti yang tercantum pada Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 17 tahun 2004 tentang pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan serta struktur organisasi dan tata kerja kelurahan, adapun persyaratan-persyaratan yang telah terpenuhi oleh Desa Tugusari untuk menjadi kelurahan adalah sebagai berikut: 1. Faktor Penduduk Faktor pertama yang menjadi persyaratan pembentukan kelurahan adalah faktor jumlah penduduk. Berdasarkan peraturan daerah tersebut ditetapkan bahwa untuk dapat diubah status desa menjadi kelurahan penduduk desa tersebut harus berjumlah minimal 3.000 jiwa atau 6.00 kepala keluarga (KK). Kelurahan Tugusari memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.184 jiwa atau 1.425 kepala keluarga (KK), penyebaran jumlah penduduk di Kelurahan Tugusari didominasi oleh masyarakat pendatang yang berasal dari berbagai daerah, oleh karena itu masyarakatnya bersifat majemuk dan dinamis.

4 2. Faktor Luas Wilayah Pada Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat nomor 17 tentang pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan serta struktur organisasi dan tata kerja kelurahan disebutkan bahwa syarat untuk merubah status desa menjadi kelurahan adalah faktor luas wilayah yaitu mampu dijangkau secara berdayaguna dalam rangka pelayanan masyarakat. Kelurahan Tugusari sendiri memiliki luas wilayah 1.773 Ha yang sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai lahan untuk pemukiman penduduk. Wilayah Kelurahan Tugusari sendiri telah tersedia fasilitas umum dalam rangka pelayanan masyarakat seperti kantor kelurahan, puskesmas dan kantor pos. 3. Faktor Letak Pada Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 17 tentang pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan serta struktur organisasi dan tata kerja kelurahan disebutkan bahwa syarat untuk dapat dilakukanya perubahan status desa menjadi kelurahan adalah faktor letak yaitu komunikasi, transportasi dan jarak tempuh dengan pusat kegiatan pemerintahan dan pusat pembangunan. Kelurahan Tugusari sendiri merupakan ibukota kecamatan sehingga mejadikan letaknya cukup strategis. Sarana komunikasi di Kelurahan Tugusari cukup baik karena telah dijangkau oleh adanya jaringan telepon baik telepon kabel ataupun telepon nirkabel. Jarak tempuh dari Kelurahan Tugusari ke pusat

5 pemerintahan kabupaten adalah berjarak 48 Km dan untuk mencapai pusat pemerintahan propinsi berjarak 260 Km. 4. Faktor Prasarana Prasarana yang dimiliki oleh Kelurahan Tugusari sudah cukup memadai untuk menunjang kehidupan masyarakatnya, hal ini dikarenakan di Kelurahan Tugusari terdapat fasilitas-fasilitas umum, yakni tersedianya sarana kesehatan berupa puskesmas dan posyandu, sarana peribadatan seperti masjid dan mushola, sarana komunikasi berupa kantor pos, sarana pendidikan berupa taman pendidikan Alquran, taman kanak-kanak, sekolah dasar dan pesantren, sarana olahraga berupa lapangan tempat berolahraga. Keberadaan fasilitas umum tersebut dapat mendukung kegiatan-kegiatan mayarakat di Kelurahan Tugusari. 5. Faktor Kehidupan Masyarakat Kelurahan Tugusari berada di Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Jumlah penduduk pada Kelurahan Tugusari ini sebanyak 6.184 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.425 dan termasuk kelurahan dengan kepadatan penduduk yang sedang. Penyebaran jumlah penduduk ini didominasi oleh masyarakat pendatang dari berbagai daerah, sehingga Kelurahan Tugusari memiliki masyarakat yang multikultur. Mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Tugusari mayoritas sebagai petani dan pedagang/wiraswasta. Sektor perekonomian yang berjalan adalah berupa agrobisnis yaitu berupa jual beli hasil pertanian dan perkebunan.

6 6. Faktor Sosial Budaya Jika ditinjau dari segi faktor sosial dan budaya, di Kelurahan Tugusari memiliki berbagai keragaman. Keragaman ini dapat dilihat dari adanya berbagai suku yang terdapat di kelurahan ini dan hidup secara berdampingan. Kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat Kelurahan Tugusari juga berjalan dengan baik, ditandai dengan tidak pernah terjadi konflik antar suku di dalam kehidupan bermasayarakat. Di Kelurahan Tugusari juga masyarakatnya mengembangkan kegiatankegiatan yang bersifat sosial dan budaya, berupa pengembangan kelompok kesenian. Kelompok kesenian berupa pengembangan taritarian tradisional dan kesenian daerah lainnya. Berlakunya peraturan daerah tersebut maka telah terjadi perubahan yang sangat mendasar pada satuan unit kerja terbawah yaitu kelurahan serta pada struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan. Ditetapkannya status desa menjadi kelurahan maka kewenangan desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat telah berubah menjadi wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten di bawah kecamatan. Kebijakan untuk merubah status desa menjadi kelurahan tersebut pasti akan menimbulkan dampak yang bersifat positif atau negatif, artinya dampak yang diharapkan dan dampak yang tidak diharapkan. Dampak yang terjadi dapat dinilai dengan membandingkan antara kondisi sebelum perubahan dan setelah perubahan status tersebut.

7 Dampak perubahan status desa menjadi kelurahan tersebut dilihat terhadap kegiatan pembangunan yang berlangsung di Kelurahan Tugusari. Pembangunan tersebut berupa pembangunan fisik yang antara lain meliputi: 1. Pembangunan jalan dan jembatan; 2. Pembangunan tempat ibadah; 3. Pembanguanan pasar dan 4. Pembangunan fasilitas umum lainnya. Menurut Kagungan dan Tresiana (2004:60), pembangunan fisik adalah: Pembangunan sarana dan prasarana, seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, jalan, jembatan, irigasi, waduk-waduk, bendungan dan lain-lain. Pembangunan non fisik menjadi aspek strategis guna membentuk daerah potensial dan berdaya saing tinggi. Pembangunan non fisik dilakukan melalui peningkatan potensi sumber daya manusia seperti pendidikan, kesehatan dan sosial budaya. Pada dasarnya pembangunan pada tingkat kelurahan memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan bersinergi terhadap pembangunan daerah, hal tersebut terlihat melalui program pembangunan yang dirancang pemerintah daerah, tentunya berlandaskan pemahaman bahwa kelurahan sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dalam hal ini terdorong untuk mengkaji lebih dalam dan memfokuskan pada bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap kondisi pembangunan di Kelurahan Tugusari setelah adanya perubahan status desa menjadi kelurahan.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai fokus penelitian ini adalah bagaimana dampak dari perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. D. Kegunaan Penelitian a. Secara Akademis Secara akademis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan bagi perkembangan studi ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan kajian mengenai dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan. b. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini sebagai bahan koreksi, referensi dan evaluasi untuk para peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dalam topik yang sejenis mengenai dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan.