BAB I PENDAHULUAN TABEL 1.1 DATA WISATAWAN MANCANEGARA KE JAWA BARAT TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, yang didapat dari mata uang asing yang dikeluarkan oleh wisatawan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

2015 PENGEMBANGAN PRODUK BROWNIES BAKAR BERBASIS TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. daya pariwisata yang menarik, baik keindahan alam maupun keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN TABEL 1.1 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

ARDITHA YUSPENTIA, 2015 ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN MENU A LA CARTE DI SAUNG BEUREUM KARAWANG MELALUI PENERAPAN MENU ENGINEERING

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rohayati, 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata saat ini merupakan industri terbesar di dunia dan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia mempunyai cakupan yang sangat luas, mulai dari tempat wisata

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kegemaran masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Biaya Pengeluaran Rata-rata Per Hari Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 2006 dan 2008

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja. Hasil kajian World Economic Forum (WEF) terhadap

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

2016 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA RUMAH MAKAN SAUNG POJOK DADAHA KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Kota Bandung berkembang cukup pesat, hal ini dapat dilihat dari

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun memanfaatkan teknologi canggih sebagai sarana produksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dikenal memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Ada

BAB I PENDAHULUAN. produk yang tinggi. Memulai penjualan pada tahun 2000 dengan. nama Amanda yaitu singkatan dari Anak MANtu DAmai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya menjanjikan

FREE MEMBERSHIP. untuk pembelian min. Rp atau hanya dengan membayar Rp

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

2016 PERBANDINGAN SISTEM PERAMALAN PRODUKSI METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING DAN MOVING AVERAGE DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Awal tahun 2009 bukan menjadi awal tahun yang baik bagi berbagai industri

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pada era globalisasi saat ini banyak diminati dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alamat : Jalan Gandapura No.61 Bandung. 2. Christian. 3. Trevi

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini juga tidak lepas dari kemajuan ekonomi di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

Lampiran 1. Data Awal Responden Konsumen dan Non-Konsumen untuk Uji Cochran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profile Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kue di Kota Bandung Nama Toko Produk Harga

Makanan adalah elemen penting dalam pengalaman wisata.

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan suatu industri yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya, dengan pariwisata juga kita bisa reffresing untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pada 2011 atau sekitar Rp169,62

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas Menurut Cabang Industri

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dapat dilihat dari banyak bermunculan tempat-tempat makan, baik yang berasal dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan, dimana hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki banyak daerah menarik untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata (DTW), dan salah satu daya tariknya adalah wisata kuliner. Provinsi di Indonesia yang sering dikunjungi oleh wisatawan yaitu Jawa Barat. Berikut data kunjungan wisatawan ke Jawa Barat yang dilihat melalui pintu Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati Cirebon: TABEL 1.1 DATA WISATAWAN MANCANEGARA KE JAWA BARAT TAHUN 2010-2013 Tahun Wisatawan Mancanegara Rata-Rata Kunjungan 2010 92.479 7.707 2011 117.550 9.796 2012 148.445 12.370 2013*) 57.048 14.262 Catatan :*) Jumlah Januari-April Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Tabel 1.1 menunjukkan jumlah kunjungan wisman dari tahun 2010-2012 mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan provinsi Jawa Barat memiliki banyak daerah tujuan wisata (DTW) yang menarik untuk dikunjungi, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata belanja, wisata kuliner dan wisata olahraga. Di tahun 2013 (Januari-April) jumlah wisman mencapai 57.048. Salah satu daerah tujuan wisata (DTW) di Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Bogor. Data wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor disajikan dalam tabel berikut:

2 TABEL 1.2 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BOGOR TAHUN 2009-2012 Tahun Wisatawan 2009 2010 2011 2012 Mancanegara 102.055 104.076 106.137 110.975 Nusantara 1.190.793 1.205.628 1.309.875 1.775.580 Total 1.292.848 1.309.704 1.416.012 1.886.555 Sumber: BPS Kota Bogor dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, 2013 Tabel 1.2 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor dari tahun 2009 2012 terus mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan Kota Bogor memiliki jenis wisata yang beragam yang dapat dinikmati oleh para wisatawan seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata olahraga, dan jenis wisata lain yang memiliki kontribusi dalam meningkatnya tingkat kunjungan ke Kota Bogor yaitu wisata belanja dan wisata kuliner. Menurut UU RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa usaha dalam pariwisata meliputi daya tarik wisata; kawasan pariwisata; jasa transportasi wisata; jasa perjalanan wisata; jasa makanan dan minuman; penyediaan akomodasi; penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran. Selain terkenal dengan objek wisatanya seperti Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, Prasasti Batutulis, Plaza Kapten Muslihat, Museum Zoologi, Museum Etnobotani, Museum Peta, Situ Gede, Country Club Cimanggu, The Jungle, Museum Tanah, Tanaman Obat, Rancamaya Country Golf, dan Museum Perjuangan, Kota Bogor juga terkenal dengan wisata kulinernya dikarenakan Bogor memiliki beragam jenis jajanan/makanan khas yang dapat dijadikan sebagai buah tangan/ oleh-oleh ketika para wisatawan akan kembali ke daerah asalnya. Umbi Talas menjadi salah satu identitas panganan khas dari Kota Bogor, dan saat ini beberapa industri dibidang makanan telah menggunakan umbi talas sebagai bahan pokok dalam campuran olahan produk makanan yang ditawarkan. Di Kota Bogor tempat oleh-oleh yang menyediakan produk oleh-oleh makanan dari olahan umbi talas yaitu Sangkuriang dan Rumah Talas. Pesaing utama dari

3 Rumah Talas yaitu Sangkuriang, dan kepopuleran Sangkuriang lebih tinggi dibandingkan dengan Rumah Talas sebagai penyedia oleh-oleh makanan khas berbahan umbi talas dari Kota Bogor. Hal tersebut dikarenakan animo masyarakat lebih tinggi terhadap produk makanan olahan talas di Sangkuriang dibandingkan dengan Rumah Talas, sehingga untuk pembelian di outlet Sangkuriang ada batas jumlah pembelian, untuk konsumen yang memesan melalui telepon dibatasi maksimal lima box sedangkan konsumen yang datang langsung hanya dua box, dan bukanlah pemandangan yang langka apabila di Sangkuriang terdapat pemandangan berbaris panjang untuk mengantri. Oleh Sebab itu, Rumah Talas sebagai tempat penyedia oleh-oleh makanan khas Bogor berbahan olahan Talas harus memiliki produk makanan olahan talas yang lebih bervariatif, agar konsumen lebih tertarik untuk melakukan pembelian oleh-oleh di Rumah Talas dibandingkan dengan melakukan pembelian di tempat pesaing. Rumah Talas mulai beroperasi pada bulan November 2009. Rumah Talas menawarkan berbagai macam panganan untuk oleh-oleh, dan produk makanan yang ditawarkan hampir semua berbahan baku talas yang merupakan hasil bumi khas dari daerah Bogor. Berikut ini terdapat data tingkat pembelian konsumen Rumah Talas dan disajikan dalam bentuk Tabel: TABEL 1.3 DATA PEMBELIAN DI RUMAH TALAS BOGOR TAHUN 2010-2013 Tahun Jumlah Pembelian (item produk) Pertumbuhan Kenaikan (%) 2010 58.774-2011 64.618 10% 2012 68.445 6% 2013 70.462 3% Sumber: Rumah Talas, 2014 Tabel 1.3 menunjukkan bahwa tingkat pembelian dari tahun 2010 sampai dengan 2013 terus mengalami kenaikan namun belum menunjukkan kenaikan angka yang signifikan, bahkan dapat dilihat selisih kenaikan yang terjadi di tahun 2010-2013 tidak stabil dan cenderung mengalami penurunan, tahun 2010-2011

4 mengalami kenaikan sebesar 10%, kemudian 2011-2012 kenaikan sebesar 6%, dan kenaikan di tahun 2012-2013 hanya 3% dan pada tahun 2013 angka kenaikan yang terjadi pun tidak mencapai angka yang ditargetkan oleh pengelola, sedangkan pihak pengelola menargetkan kenaikaan yang terjadi minimal sebesar 5% setiap tahunnya. Apabila fenomena tersebut dibiarkan ditengah persaingan usaha yang semakin tinggi maka dikhawatirkan setiap tahun berikutnya akan terus terjadi penurunan pembelian sehingga tidak mencapai apa yang diharapkan oleh pengelola, karena kegiatan pembelian yang lemah akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Berikut ini rata-rata jumlah pendapatan yang diperoleh Rumah Talas tahun 2010-2013: TABEL 1.4 JUMLAH RATA - RATA PENDAPATAN RUMAH TALAS TAHUN 2010-2013 Tahun Jumlah Pendapatan (Rp) 2010 800.142.500 2011 888.397.500 2012 941.118.750 2013 933.621.500 Sumber: Rumah Talas, 2014. Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa pendapatan yang diperoleh pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami kenaikan, namun pada tahun 2013 telah terjadi penurunan sebesar 1% dari tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan yang terjadi mengindikasikan adanya permasalahan dalam kegiatan pembelian yang dilakukan konsumen di Rumah Talas dimana angka pembelian di tahun 2013 juga belum mencapai angka yang ditargetkan oleh pengelola, karena pada dasarnya kegiatan pembelian yang tinggi akan berdampak pada perolehan pendapatan (revenue) yang optimal. Oleh sebab itu, pengelola harus mengupayakan untuk dapat meningkatkan minat konsumen untuk melakukan pembelian di Rumah Talas. Walaupun penurunan pendapatan yang terjadi tidak menunjukkan angka yang signifikan yaitu terjadi sebesar 1%, tetapi apabila masalah ini dibiarkan dan tidak diatasi dengan cepat maka masalah tersebut akan terus berdampak pada jumlah pendapatan (revenue) yang terus menurun, sehingga hal tersebut akan

5 berakibat pada eksistensi Rumah Talas untuk tetap bersaing dengan competitor dan pada akhirnya banyak konsumen yang memutuskan untuk tidak melakukan pembelian di Rumah Talas. Konsumen merupakan suatu bagian terpenting bagi keberlangsungan suatu usaha, begitu pula dengan jenis usaha penyedia makanan dan minuman. Rumah Talas memiliki pesaing yang banyak di jenis usaha yang sama yaitu sebagai tempat yang menyediakan aneka jajanan/makanan atau oleh-oleh bagi para wisatawan. Dalam rangka meningkatkan jumlah pembelian yang dilakukan konsumen di Rumah Talas, maka pihak manajemen melakukan strategi pemasaran melalui strategi produk. Deliyanti Oentoro (2012:112) menyebutkan bahwa, Di dalam strategi marketing mix, strategi produk merupakan unsur yang paling penting, karena dapat mempengaruhi strategi pemasaran yang lainnya. Kondisi persaingan yang tinggi dan upaya yang dilakukan manajemen untuk mempertahan serta meningkatkan pembelian konsumen di Rumah Talas salah satunya dengan strategi produk dan strategi produk yang dilakukannya yaitu program variasi produk. Variasi produk dilakukan setiap tahunnya dimulai dari tahun 2009 (awal beroperasi bulan November) tahun 2013, berikut ini Tabel 1.5 berisi informasi mengenai variasi produk di Rumah Talas: TALAS ROLL PREMIUM Talas Roll Cream Talas Roll Chocolate Talas Roll Mocca Cake Talas Cream Cake Talas Chocolate Cake Talas Blueberry Cake Talas Original Talas Roll Pineapple Talas Roll Strawberry Talas Roll Blueberry CAKE TALAS TABEL 1.5 VARIASI PRODUK DI RUMAH TALAS TAHUN 2009 (November) 2013 TALAS ROLL MINI Rp. 39.000,- Rp. 37.000,- TALAS ROLL SPESIAL Talas Roll Pineapple Talas Roll Strawberry Talas Roll Blueberry Cake Banana Cream Cake Banana Chocolate Cake Banana Blueberry Cake Banana Original Rp. 41.000,- Rp. 41.000,- Rp. 41.000,- CAKE BANANA Rp. 39.000,- Rp. 37.000,- Tahun 2009

6 Lanjutan Tabel 1.5 ANEKA PUDING Puding Strawberry Puding Blueberyy Puding Chocolate Molen Talas Banana Molen Talas Banana Chocolate Molen Talas Banana Chococheese Cup Cake Blueberry Cup Cake Cup Cake Chocolate Cup Cake Chocolate & Lapis Talas Cream Lapis Talas Chocolate Lapis Talas Mocca CUP CAKE MOLEN TALAS Rp. 12.500,- Rp. 12.500,- Rp. 12.500,- Rp. 12.500,- TALAS ROLL PREMIUM ANEKA KUE Macarony Panggang Chocholate Ball E Clair Soes Tahu Goreng ; Risoles Talas Geulis Rp. 35.000,- Rp. 35.000,- Rp. 35.000,- MUFFIN Muffin Banana Chocolate Muffin Banana Muffin Banana Choco & Rp. 8.500,- Rp. 13.500,- Rp. 10.000,- Rp. 10.000,- Rp. 10.000,- Tambahan untuk Aneka Kue Donat Talas Rp 5.000,- SPESIAL LAPIS TALAS LAPIS TALAS Lapis Talas Cream Lapis Talas Chocolate Lapis Talas Mocca Talas Roll Green Tea Talas Roll Orange Talas Roll Tiramisu Sumber: Rumah Talas, 2014. BROWNIES TALAS Rp. 25.000,- Brownies Talas Original Brownies Talas Chocolate Brownies Talas Double Chocolate Brownies Talas Rp. 25.000,- Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tabel 1.5 berisi informasi mengenai variasi produk yang dilakukan Rumah Talas dari awal mula beroperasi pada 22 November 2009-2010 varian yang tersedia berjumlah 26, di tahun 2011 penambahan tiga varian sehingga varian produk yang tersedia berjumlah 29, di tahun 2012 menambahkan lagi delapan varian, kemudian pada tahun 2013 menambahkan sekitar 13 varian, dan sampai saat ini variasi produk oleh-oleh makanan yang tersedia di Rumah Talas jumlahnya sekitar 50 varian. Penambahan variasi produk tiap tahunnya dilakukan pengelola Rumah Talas bertujuan untuk menarik banyak konsumen untuk melakukan pembelian produk oleh-oleh makanan di Rumah Talas. Seperti yang diungkapkan oleh Taeho Park, Krishna, Youngah Kim, Mohan Kim (2004:11) menyebutkan bahwa, Increasing

7 product variety has become an important strategy to increase market share, sales, and profits. Artinya, peningkatan variasi produk telah menjadi strategi penting untuk meningkatkan pangsa pasar, penjualan, dan keuntungan. Variasi produk merupakan kumpulan dari seluruh produk dan barang yang ditawarkan perusahaan dengan beraneka ragam produknya. Menurut W. Jasniko (2013:3-4) variasi produk yang dapat dilakukan terdiri dari ukuran, harga, tampilan dan ketersediaan produk. Berikut ini implementasi dari program variasi produk yang dilakukan oleh Rumah Talas dijelaskan pada tabel 1.10 No TABEL 1.10 IMPLEMENTASI VARIASI PRODUK DI RUMAH TALAS BOGOR Dimensi Variasi Produk 1 Ukuran 2 Harga 3 Tampilan 4 Ketersediaan Produk Sumber: Rumah Talas, 2014. Implementasi Rumah Talas menawarkan produk dengan ukuran yang bervariatif, terdapat ukuran yang mini/kecil dan ukuran besar (khusus untuk jenis talas roll dan lapis talas). - Harga produk yang ditawarkan Rumah Talas berkisar antara Rp 5.000,- sampai Rp 45.000,- - Harga untuk produk talas roll Rp 29.000,- sampai Rp 45.000,- ; produk cake talas dan cake banana 37.000,- sampai Rp 43.000,- ; brownies talas dengan harga 25.000,- sampai Rp 29.000,- ; harga untuk produk lapis talas Rp 29.000,- sampai Rp 43.000,- ; dan untuk aneka jajanan lainnya harga yang ditawarkan berkisar Rp 5.000,- sampai Rp 13.500,-. Produk makanan yang tersedia dengan berbagai pilihan topping aneka rasa, di garnish dengan cantik, dan dikemas dalam kemasan yang menarik. Rumah Talas menawarkan sekitar 50 varian produk makanan untuk oleh-oleh, jenis produk makanan/oleholeh yang tersedia dengan berbagai aneka pilihan rasa yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Tabel 1.10 merupakan implementasi dari program variasi produk yang dilakukan oleh Rumah Talas dan program variasi produk tersebut merupakan salah satu program yang diharapkan dapat menciptakan dan meningkatkan tingkat pembelian konsumen di Rumah Talas, namun perlu diadakan penelitian terlebih dahulu untuk memastikan apakah variasi produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.

8 Berdasarkan uraian dan fenomena yang telah diungkapkan tersebut, maka perlu diadakannya penelitian mengenai Pengaruh Variasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Rumah Talas Bogor (Survei Pada Konsumen Rumah Talas Bogor) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana variasi produk di Rumah Talas Bogor 2. Bagaimana keputusan pembelian konsumen di Rumah Talas Bogor 3. Bagaimana pengaruh variasi produk terhadap keputusan pembelian konsumen di Rumah Talas Bogor 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil temuan mengenai: 1. Gambaran variasi produk yang dilakukan di Rumah Talas Bogor 2. Gambaran keputusan pembelian konsumen di Rumah Talas Bogor 3. Gambaran Pengaruh variasi produk terhadap keputusan pembelian konsumen di Rumah Talas Bogor 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Variasi Produk merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen pada usaha produk dan jasa khususnya di bidang kuliner (Food and Beverage). Kegunaan teoritis meliputi kegunaan bagi penulis, bagi Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata, dan bagi pembaca, berikut penjelasannya: 1. Kegunaan bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman. 2. Kegunaan bagi Progam Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata, untuk menambah referensi ilmu pemasaran pariwisata khususnya mengenai

9 variasi produk yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. 3. Kegunaan bagi pembaca, untuk menambah dan memperluas wawasan mengenai konsep variasi produk dan keputusan pembelian 1.4.2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan ataupun informasi bagi para pengusaha dalam sektor pariwisata di bidang food and beverage khususnya bagi manajemen Rumah Talas Bogor, mengenai upaya meningkatkan keputusan pembelian konsumen di Rumah Talas Bogor melalui variasi produk.