PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG TERJADI PADA PASIEN DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI.

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM. Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

Jumlah nefron yang terbentuk setelah lahir tidak dapat dibentuk lagi sehingga bila ada yang rusak jumlahnya akan menurun. Setelah usia 40 tahun,

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

Diabetes Mellitus Type II

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PengertianDrug Related Problems Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian yang tidak diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

Transkripsi:

PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG TERJADI PADA PASIEN DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI Purwanto D 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Dua penyebab utama penyakit ginjal kronik adalah diabetes mellitus tipe1 dan tipe 2 serta hipertensi. Di Amerika Serikat, data tahun 1995 1999 menyatakan insiden penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Tujuan. Teridentifikasinya faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi dan memperberat terjadinya penyakit pasien, teridentifikasinya masalah-masalah pasien, serta penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka penyelesaian masalah pasien. Metode. Laporan kasus ruang penyakit dalam rumah sakit Abdul Moeleok Juni 2013 yang ditelaah berdasarkan Evidence Based Medicine. Hasil. Tuan N, 60 tahun, datang dengan keluhan kedua kakinya membengkak sejak sekitar 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Tampak sakit sedang, kedua mata anemis, kedua kaki bengkak, tekanan darah 180/100 mmhg, laju filtrasi glomerulus : 2,92 ml/menit/1,73m 3, hemoglobin : 6,3 gr/dl. Kemudian pasien di tatalaksana dengan : diet ginjal 1700 kal/hari, diet rendah protein 50 gram, infus D5% dua puluh tetes/menit, injeksi ranitidin 1 ampul/12 jam, injeksi furosemide 2 ampul/8 jam, bicnat 3x1 tablet, asam folat 3x1 tablet, clonidine 3x0,15 mg, hemodialisis, dan transfusi packed red cell 450 cc. Serta diberikan edukasi kepada pasien tentang penyakit ginjal kronik. Pada pasien ini terdapat faktor risiko berupa hipertensi yang menyebabkan terjadinya penyakit ginjal kronik. Simpulan. Hipertensi kronis yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kerusakan organ target, seperti penyakit ginjal kronik.[medula. 2013;1:50-57] Kata kunci: Hipertensi, Penyakit ginjal kronis. Pendahuluan Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. 1 kriteria penyakit ginjal kronik yaitu : Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), dengan manifestasi: 49

Kelainan patologis Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests) Laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m 2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal. 2 Dua penyebab utama penyakit gagal ginjal kronis adalah diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 (44%) dan hipertensi (27%). Faktor risiko penyakit ginjal kronik diantara lain : pasien dengan diabetes melitus atau hipertensi, obesitas atau perokok, berusia lebih dari 50 tahun, individu dengan riwayat diabetes mellitus, dan hipertensi serta penyakit ginjal dalam keluarga. 3 Di Amerika Serikat, data tahun 1995 1999 menyatakan insiden penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara negara berkembang lainnya, diperkirakan sekitar 40 60 kasus perjuta penduduk pertahun. 1 Metode Laporan kasus ruang penyakit dalam rumah sakit Abdul Moeleok Juni 2013 yang ditelaah berdasarkan Evidence Based Medicine. Hasil Tn N, 60 th datang dengan keluhan kedua kakinya membengkak sejak sekitar 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Bengkak di kedua kaki ini terjadi sepanjang hari dan tidak membaik meskipun dengan kedua kaki dinaikkan. Sebelumnya kedua kelopak mata pasien juga sering bengkak jika bangun tidur. Sejak 4 bulan ini juga pasien mengaku buang air kecil hanya satu kali sehari dan jumlahnya sedikit, berwarna kuning jernih, tidak ada darah, tanpa mengedan serta tanpa demam. Riwayat mengkonsumsi air putih sedikit dan sering menahan buang air kecil diakui pasien. Selama 1 bulan ini pasien merasakan kulitnya lebih kering dan 50

terkadang gatal, telah diberi bedak untuk kulit namun keluhan muncul kembali. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan sehingga pasien mengakui berat badannya turun. Pasien juga merasa cepat lelah dan lemas. Kemudian pasien berobat di rumah sakir dr. A. Dadi Tjokrodipo, selama dirawat pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium dan dikatakan menderita sakit ginjal dan kurang darah, kemudian pasien dirujuk ke rumah sakit Abdul Moeloek untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Riwayat buang air besar normal. Riwayat nafas berbunyi disangkal pasien, sakit kepala berulang disangkal pasien. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 180/100 mmhg, nadi 96x/m, pernapasan 22x/m. Kepala tampak normal, pada kedua mata tampak anemis, lidah tampak pucat, dan terdapat oedema tungkai pada kedua extremitas bawah. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin : 6,3 gr/dl, hematokrit :18,2 %, kadar ureum dan kreatinin : 265 dan 18,5. Pada perhitungan laju filtrasi glomerulus didapatkan hasil 2,92 ml/menit/1,73m 3. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka pada pasien ini dapat di tegakkan diagnosa Chronic Kidney Disease (CKD) stage V. Kemudian pasien di tatalaksana dengan : diet ginjal 1700 kal/hari, diet rendah protein 50 gram, infus D5% dua puluh tetes/menit, injeksi ranitidin 1 ampul/12 jam, injeksi furosemide 2 ampul/8 jam, bicnat 3x1 tablet, asam folat 3x1 tablet, clonidine 3x0,15 mg, hemodialisis, dan transfusi packed red cell 450 cc. Pembahasan Tanda dan gejala yang dapat ditemukan dari anamnesis pada pasien ini adalah: 1. Cepat lelah, lemas, penurunan kapasitas aktivitas 2. BAK berkurang 3. Kulit kering, gatal/pruritus 4. Kedua kaki bengkak (edema perifer) Kriteria diagnosis CKD: 51

1. Kerusakan ginjal ( renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus, dengan manifestasi: a. Kelainan patologis b. Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah/urin, atau kelainan dalam tes pencitraan 2. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m 2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Berdasarkan kriteria tersebut, dari anamnesis pasien ini diduga telah terjadi kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, yaitu kedua kakinya membengkak dan buang air kecil sekali sehari dan sedikit jumlahnya sejak sekitar 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien lalu dirawat di rumah sakit A. Dadi Tjokrodipo dan didiagnosa dokter terkena penyakit ginjal. Gejala umum anemia (sindrom anemia) terdi ri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dan dispepsia. Pasien ini mengeluhkan rasa lemah, lesu, cepat lelah, sehingga dipikirkan kemungkinan anemia. Pada pemeriksaan fisik pasien terdapat beberapa hal yang sesuai dengan keadaan pasien CKD : 1. Kulit : warna = pucat, kering, dan pitting oedema Lembab/kering = kering Edema = edema pretibial 2. Mata : konjunctiva tampak anemis pada mata kanan dan kiri 3. Mulut : bibir dan lidah = pucat 4. Ekstremitas inferior: edema (pitting edem) pada kaki kanan dan kiri 5. Hipertensi stage 2 adalah : tekanan darah = 180/100 mmhg Pemeriksaan penunjang yang terdapat pada pasien ini menunjukkan tanda dan gejala CKD, seperti hemoglobin 6,3 gr/dl, hematokritt 18,2 %, kadar ureum dan 52

kreatinin 265 dan 18,5. Pada perhitungan laju filtrasi glomerulus didapatkan hasil 2,92 ml/menit/1,73m 3. Klasifikasi CKD berdasarkan derajat penyakit : Derajat Penjelasan GFR 1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal/ 90 2 Kerusakan ginjal dengan GFR ringan 60-89 3 Kerusakan ginjal dengan GFR sedang 30-59 4 Kerusakan ginjal dengan GFR berat 15-29 5 Gagal ginjal <15/dialisis Berdasarkan tabel tersebut, pasien ini diklasifikasikan ke dalam CKD grade 5. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah benar, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut : a. Diet ginjal 1700 kal/hari. Pada CKD, jumlah energi adalah 35 kal/kgberat badan ideal/hari, berat badan ideal = (tinggi badan dalam cm 100) untuk pria tinggi badan kurang dari 160 cm = (150-100)= 50 kg, Energi = 35 x 50 = 1750 kal/hari. b. Diet rendah protein = 50 gr. Asupan protein untuk pasien non dialisis = 0,6-0,75 gr/kgbb ideal/hari = 0,6 x 50 = 30 gr/hari, Untuk pasien hemodialisis = 1-1,2 gr/kgbb ideal/hari = 1x50 = 50 gr/hari c. Infus D5% dua puluh tetes/menit. Digunakan infus D5% karena nafsu makan pasien menurun sehingga perlu tambahan energi berupa infus dekstrosa. Selain itu, pasien memiliki hipertensi, CKD, dan CHF dengan edema yang perlu pembatasan masukan cairan yang mengandung elektrolit, seperti ringer lactat atau NaCl. 53

d. Injeksi ranitidin 1 ampul/12 jam Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Pada pemberian intra muscular./intra vena, kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 36 94 mg/ml. Kadar tersebut bertahan selama 6 8 jam. Ranitidine diabsorbsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 2 3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2 ½ 3 jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin. Sediaan ampul mengandung ranitidin 25 mg/ml. Dosis untuk gangguan ginjal = 50 mg/12 jam; seharusnya diberikan 2 ampul/12 jam. e. Injeksi furosemide 2 ampul/8 jam Furosemid merupakan contoh diuretik kuat yang tergolong derivat sulfonamid. Obat ini merupakan salah satu obat standar untuk gagal jantung dengan edema, asites, edema karena penyakit gagal ginjal, dan edem paru. Furosemid bekerja dengan menghambat reabsorpsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di ansa Henle asendens bagian epitel tebal. Pada pemberian intravena, obat ini meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. Pada CKD, diperlukan dosis furosemid yang jauh lebih besar daripada dosis biasa. Hal ini karena banyaknya protein dalam cairan tubuli yang mengikat furosemid sehingga menghambat diuresis, dan pada pasien dengan uremia, sekresi furosemid melalui tubuli menurun. Furosemid juga dapat dikombinasikan dengan ACE inhibitor atau antagonis reseptor angiotensin II untuk mengontrol tekanan darah (hipertensi stage 2) pada CKD sekaligus gagal jantung. Dosis furosemid adalah 20-80 mg IV, 2-3 x sehari. 1 amp=10 mg/ml; 3x2 ampul=120 mg/hari; dosis sudah sesuai. f. Bicnat 3x1 tablet 54

Bicnat atau natrium bikarbonat diperlukan untuk mengatasi asidosis metabolik yang sering terjadi pada pasien CKD stage 5. g. Asam folat 3x1 tablet Asam folat diperlukan untuk memperbaiki anemia pada CKD yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat. h. Clonidine 3x0,15 mg Klonidin (adrenolitik sentral) bekerja pada reseptor α -2 di SSP dengan efek penurunan aliran simpatis. Efek hipotensif klonidin terjadi karena penurunan resistensi perifer dan curah jantung. i. Hemodialisis Indikasi hemodialisis pada CKD adalah: bila laju filtrasi glomerulus kurang dari 5ml/menit, atau salah satu dari kondisi: Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata K serum >6 meq/l Ureum darah >200 mg/dl ph darah < 7,1 anuria berkepanjangan (>5 hari) kelebihan cairan j. Transfusi PRC 450 cc Untuk mengatasi anemia pada pasien, dilakukan transfusi darah. Kebutuhan PRC = 3 x (Hb target-hb sekarang) x BB = 3 x (10-6) x 40 = ±480 cc 55

Simpulan, anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosa, dan penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan literatur. Hipertensi kronis yang tidak terkontrol atau diabetes mellitus dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kerusakan organ target, seperti gagal ginjal kronik. Daftar Pustaka 1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FK UI. Hlm 1035 40. 2. Levery AS, et Coresh J, 2002. Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification and Stratification. New York: New York National Kidney Foundation. Hlm 43-81. 3. Kamaludin A, 2010. Penyakit ginjal kronik. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam UPH. Hlm 47. 4. Sherwood L, 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Hlm 463 503. 5. Silbernagl S et Lang F, 2007. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi, Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm 110 5. 56