Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Buku Peta Jalan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

PETUNJUK DISKUSI RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL (RAKERKESNAS) TAHUN 2017

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

2

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

SUSUNAN ACARA SOSIALISASI DAN BIMBINGAN TEKNIS Tanggal Januari 2016 Di Hotel Bidakara Jl. Jend. Gatot Subroto Kav , Pancoran, DKI Jakarta

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

RUMUSAN PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI DATA STATISTIK PERKEBUNAN TAHAP I TAHUN 2010 DI HOTEL THE HILLS BUKITTINGGI TANGGAL 30 JUNI 3 JULI 2010

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 087/O/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN OLEH :

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI ARKEOLOGI

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015

No : 0067/SDAR/BSNP/I/ Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

Nomor : 0094/SDAR/BSNP/III/ Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

d. Anggota Koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi serta tercatat dalam buku daftar anggota.

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

Transkripsi:

PEDOMAN PELAKSANAAN DISKUSI KELOMPOK PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA DI KAWASAN BARAT INDONESIA Surabaya, 13 Maret 2008 pkl. 09.00 21.00 WIB 1. Latar Belakang Pada tanggal 28 Pebruari 2007 telah dilaksanakan pembahasan mengenai outline konsep pengembangan industri di Provinsi pada acara Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Kadisperindag se Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kadisperindag Jabar, Jatim, Gorontalo, dan Sulsel. Pada rapat tersebut, disepakati bahwa keempat provinsi tersebut (Jabar, Jatim, Gorontalo, Sulsel) akan menyusun Konsep Pengembangan Industri Provinsi nya masing masing dan dipresentasikan di depan Sekretaris Jenderal Departemen Perindustrian dengan disaksikan oleh empat provinsi lainnya sebagai audiens. Keempat provinsi yang menjadi audiens ini kemudian telah mempresentasikan konsep pengembangan industri di depan empat provinsi lainnya. Demikian seterusnya hingga Road Show tersebut telah mencapai 33 provinsi, sebagaimana daftar berikut: Kendari, 18 April 2007 : Pembahasan Master Plan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Makassar, 27 April 2007 : Pembahasan Master Plan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Surabaya, 10 Mei 2007 : Pembahasan Master Plan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Maluku dan Maluku Utara. Jakarta, 24 Mei 2007 Jakarta, 12 Juni 2007 : Pembahasan Master Plan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Bali, NTT, NTB, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. : Pembahasan Master Plan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung dan Jambi. Master Plan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi masing masing daerah antara lain berisi: 1) Gambaran Provinsi Saat Ini; 2) Ruang Lingkup Pengembangan; 3) Kekuatan, Permasalahan, Peluang dan Tantangan (SWOT); 4) Target Pengembangan; 5) Strategi Pengembangan (Pokok dan menurut Kompetensi); 6) Rencana Tindak (jangka menengah dan jangka panjang); 7) Kerangka Pengembangan Kompetensi Inti Industri Provinsi; serta 8) Lokasi Pengembangan. 1

Setelah pembahasan Master Plan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi selesai, pembahasan dilanjutkan dengan penyusunan Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi, sebagaimana daftar berikut: Jakarta, 13 Juni 2007 Jakarta, 20 Juni 2007 Jakarta, 21 Juni 2007 Jakarta, 3 Juli 2007 Jakarta, 4 Juli 2007 : Pembahasan Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi DI Yogyakarta, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara. : Pembahasan Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Bangka Belitung, Bengkulu, Kepulauan Riau, Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Sumatera Utara, dan Papua Barat. : Pembahasan Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Bengkulu, Jawa Barat (revisi) dan Jawa Timur. : Pembahasan Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Bangka Belitung, Jambi, Nanggroe Aceh Darussalam, Papua dan Riau. : Pembahasan Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Bali, Banten, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Lampung, NTT, Sulawesi Barat, dan Sumatera Selatan. Hasil yang diperoleh dari road show pembahasan Master Plan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi dan road show pembahasan Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi kemudian diolah oleh tim yang dipimpin oleh Biro Perencanaan. Hasilnya secara ringkas telah disusun dalam bentuk Buku Peta Jalan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah sebagaimana telah dibagikan kepada para Kepala Dinas Perindustrian Provinsi pada acara Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Dinas Perindustrian Provinsi seluruh Indonesia pada tanggal 26 29 Pebruari 2008 di Jakarta. Buku ini rencananya akan dikaji oleh Tim Teknis yang akan dibentuk kemudian oleh Menteri Perindustrian untuk dijadikan salah satu lampiran Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan Industri setelah mendapat konfirmasi dari masing masing Dinas Perindustrian Provinsi yang menyusunnya. Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan Industri dimaksud terdiri dari: (1) Peta panduan pengembangan basis industri manufaktur; (2) Peta panduan pengembangan industri basis agro; (3) Peta panduan pengembangan industri alat angkut; (4) Peta panduan pengembangan industri elektronika dan telematika; (5) Peta panduan pengembangan industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu; (6) Peta panduan pengembangan industri kecil dan menengah tertentu; 2

(7) Peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi; dan (8) Peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota. Peta panduan pengembangan industri sebagaimana dimaksud pada nomor (1) sampai nomor (6) disusun dan ditetapkan oleh Menteri Perindustrian, sedangkan peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi (nomor 7) disusun oleh Pemerintah Provinsi untuk kemudian ditetapkan oleh Menteri Perindustrian. Proses penyusunan peta panduan pengembangan industri sebagaimana dimaksud pada nomor (1) sampai nomor (7) telah memasuki tahap konfirmasi dan akan segera ditetapkan oleh Menteri Perindustrian. Peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota (nomor 8) disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk kemudian ditetapkan oleh Menteri Perindustrian. Adapun proses penyusunannya dapat segera dimulai sejak berlangsungnya Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota ini sesuai dengan format terlampir. Diharapkan Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota dapat menyelesaikannya dalam waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak berakhirnya Rapat Kerja ini dan dikirim ke Biro Perencanaan Departemen Perindustrian melalui alamat e mail birocana@yahoo.com. 2. Maksud dan Tujuan Diskusi Kelompok 1) Maksud diselenggarakannya Diskusi Kelompok pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian adalah untuk mewujudkan sinergi, sinkronisasi program pembangunan sektor industri antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dalam rangka mendukung percepatan pembangunan industri dan efisiensi serta dalam rangka penyerapan tenaga kerja secara optimal. Dalam diskusi kelompok diharapkan dapat diperoleh konfirmasi pusat dan daerah mengenai Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi. 2) Tujuan Diskusi Kelompok adalah untuk: a. Penugasan kepada Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota untuk menyusun Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota masing masing. b. Sinkronisasi bahan penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Departemen Perindustrian tahun 2009 yang terkait dengan Daerah. c. Sinkronisasi kegiatan tahun 2008 yang terkait antara SKPD Provinsi dengan Satker Departemen Perindustrian. 3

3. Keluaran (Output) Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan diskusi kelompok dimaksud antara lain: 1) Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota untuk dijadikan salah satu bahan penyusunan lampiran Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan Industri (dapat menyusul kemudian). 2) Bahan penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Departemen Perindustrian tahun 2009 yang terkait dengan Daerah untuk dijadikan bahan penyusunan Rencana Kerja Departemen Perindustrian Tahun 2009. 3) Konfirmasi kegiatan tahun 2008 yang terkait antara SKPD Kabupaten/Kota dengan Satker Departemen Perindustrian. 4. Peserta Diskusi Kelompok Peserta diskusi kelompok antara lain terdiri dari: 1) Para Direktur Jenderal di lingkungan Departemen Perindustrian; 2) Staf Ahli Menteri Perindustrian; 3) Para sesditjen, Ses.BPPI dan Ses. Itjen; 4) Kepala Balai Besar Logam dan Mesin, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, Balai Besar Industri Agro, Balai Besar Industri Hasil Perkebunan; 5) Para Pejabat Dinas Perindustrian Provinsi yang menangani program; 6) Para Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota di Kawasan Barat Indonesia. 5. Bahan Yang Perlu Disiapkan 1) Peserta Pusat: a. Bahan Rencana Kegiatan dan Anggaran tahun 2008 dan 2009 yang terkait dengan pengembangan industri di daerah. b. Bahan Presentasi Rencana Aksi Pengembangan Industri Prioritas (Klaster Industri) dan Penugasan Khusus tahun 2008 dan 2009. c. Bahan terkait lainnya. 2) Peserta Daerah: a. Bahan Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tahun 2008 dan 2009 yang terkait dengan Pusat. b. Bahan terkait lainnya. 4

6. Jadual Pembahasan Kegiatan Tahun 2008 dan 2009 Pembahasan komoditi unggulan provinsi akan dilaksanakan pada tanggal 28 Pebruari 2008 pkl. 08.00 21.30 WIB sesuai dengan jadual diskusi kelompok berikut: No Sumatera Selatan Lampung DI Yogyakarta Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera Utara Riau Jumlah 14 10 5 25 35 26 11 6 6 38 21 19 9 10 7 6 Kabupaten 89 87 72 Pukul Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Timur N A D Sumatera Barat Bengkulu Jambi Bangka Belitung Banten 1 09.00-12.00 ILMTA & IATT 2 13.00-16.00 ILMTA & IATT 3 16.30-18.00 ILMTA & IATT (Bila Diperlukan) 4 Sholat, Makan Malam dan Istirahat 5 19.30-21.00 (lanjutan) (lanjutan) ILMTA & IATT (Bila Diperlukan) DITJEN ILMTA & IATT MODERATOR Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi dan Sumber Daya Industri (Dr. Sudarmasto, S.Teks, SE, MA) Staf Ahli Menteri Bidang Penguatan Struktur Industri (Ir. Achdiat Atmawinata) Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi (Ir. Effendi Sirait) 5

7. Mekanisme Diskusi Kelompok Secara ideal, diskusi kelompok berjalan sesuai dengan mekanisme berikut: 1) Diskusi kelompok dibuka dan dipandu oleh Staf Ahli Menteri Perindustrian sebagai moderator. 2) Direktorat Jenderal mempresentasikan Rencana Aksi Pengembangan Industri Prioritas (Klaster Industri) beserta Rencana Anggarannya yang terkait dengan daerah dan Penugasan Khusus (untuk tahun 2008 dan 2009) di hadapan para peserta diskusi kelompok (± 30 menit). 3) Para Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota menanggapi presentasi tersebut sekaligus menyampaikan usulan kegiatan dan anggaran tahun 2009 sesuai dengan Ditjen yang bersangkutan (± 120 menit untuk seluruh Kabupaten/Kota dalam kelompok). 4) Para Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota dengan Direktorat Jenderal melakukan penyesuaian konsep Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Departemen Perindustrian tahun 2009 yang terkait dengan Daerah (± 30 menit). 5) Hasil kesepakatan mengenai konsep Rencana Kegiatan dan Anggaran SKPD dan Departemen Perindustrian tahun 2009 ditandatangani oleh Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota serta Direktorat Jenderal terkait untuk dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Departemen Perindustrian tahun 2009 dan untuk dijadikan bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) pada tanggal 16 19 April 2008. 6

8. FlowChart Diskusi Kelompok Secara keseluruhan, mekanisme pembahasan materi dapat digambarkan ke dalam flowchart sebagai berikut: BAHAN DISKUSI DISKUSI KELOMPOK KELUARAN TINDAK LANJUT Konsep RKA 2009 Ditjen (sesuai Rencana Aksi Pengembangan Industri Prioritas) & Kegiatan 2008 Bahan Penyusunan Buku Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah (Menyusul) Bahan Penyusunan Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian oleh Tim Teknis Penugasan Khusus Ditjen Tahun 2008 dan 2009 Presentasi Ditjen Tanggapan dari Daerah Konsep RKA 2009 Ditjen dan Konsep RKA SKPD Yang Saling Disesuaikan Bahan Masukan Rencana Kerja Depperin Tahun 2009 (Hasil Diskusi Kelompok) Konsep RKA 2009 SKPD (sesuai Rencana Aksi Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah bagi daerah yang telah menetapkan kompetensi inti industrinya) Konsep RKA 2009 / Kegiatan 2008 Ditjen Yang Dilaksanakan di Daerah dan Penugasan Khusus Ditjen Tahun 2008 & 2009 Informasi Bagi Daerah Konsep RKA 2009 SKPD Yang Tidak Berkesesuaian Dengan Konsep RKA 2009 Ditjen Informasi Bagi Pusat 7