TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia
Latar Belakang Perubahan iklim yang terjadi saat ini telah memberikan dampak yang merugikan terhadap lingkungan dan aktifitas masyarakat, khususnya pada sektor pertanian berdampak langsung pada petani. Para Petani sering menderita kerugian dalam melakukan usaha tani karena kondisi cuaca yang tidak menentu dan sulit diprediksi, ledakan jumlah hama dan penyakit tanaman, banjir dan hujan yang disertai angin yang kerap merobohkan tanaman pada saat tanaman padi memasuki fase pengisian malai. Dari sisi lain pertanaman padi sawah dipandang sebagai salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK), terutama gas metana (CH4) yang berpotensi menyebabkan pemanasan bumi secara global (BAPPENAS, 2014) Petani terbiasa menggenangi lahan Disamping itu luasan lahan tanam kian menurun karena ketersediaan air irigasi terus menerus karena menggangap yang semakin terbatas dan tidak bisa dapat menekan pertumbuhan gulma, menjangkau wilayah-wilayah yang berada pada bagian hilir dari jaringan irigasi. tetapi kebiasaan ini justru memicu Sementara para petani selalu berharap terjadinya emisi gas metana (CH4) adannya ketersediaan air yang lebih karena fakta di lapangan menunjukan yang berpotensi menyebabkan bahwa petani lebih suka dan terbiasa pemanasan bumi secara global menggenangi lahan tanamnya secara terus menerus dengan alasan menekan pertumbuhan gulma. Pendapat petani bisa dimaklumi karena selama ini biaya pengendalian gulma relatif mahal. Tetapi kebiasaan petani menggenangi lahan secara terus menerus justru dapat memicu terjadinya emisi gas metana (CH 4 ) Program Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia (GE-LAMAI) merupakan inisiatif yang mendukung pemerintah Indonesia, terutama daerah, dalam merencanakan pembangunan rendah emisi dengan memperhatikan aspek ekonomi - dan pengembangan empat aksi mitigasi yang sesuai di tingkat lokal maupun nasional (LAMA/NAMA).
Teknologi Budidaya Padi Ramah Iklim Climate Smart Agriculture Budidaya Padi Ramah Iklim (BPRI) adalah sebuah teknologi budidaya padi yang penerapannya bersifat menyesuaikan (adaptif) terhadap kondisi lingkungan dimana metode tersebut diterapkan. BPRI diharapkan bisa membantu mempertahankan dan meningkatkan produksi padi secara efektif ditengah permasalahan perubahan iklim saat ini. Kajian GE-LAMAI menunjukan bahwa 60-70% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sektor berbasis lahan di Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banjar- negara bersumber dari aktifitas pertanian padi sawah. Kebiasan petani yang melakukan penggenangan lahan secara terus menerus berdampak pada meningkatnya emisi GRK, menurunnya produktifitas dan pemborosan dalam penggunaan air. Penerapan BPRI dengan penekanan pada sistem pengairan berselang (Intermittent) terbukti meningkatkan produksi, dapat menekan biaya pembelian pupuk sampai dengan 38%, benih 43%, air 20% dan penurunan gas sampai dengan 46,5% (Setyanto, 2015) Tujuan Utama Penerapan BPRI Meningkatkan produktifitas pertanian secara berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan. Mengurangi terjadinya emisi Gas Rumah Kaca Meningkatkan ketahanan dalam beradaptasi dengan adanya perubahan iklim Menghemat penggunaan air untuk pengairan sawah
Penerapan BPRI dengan sistem pengairan berselang (intermittent) terbukti mampu menurunkan emisi GRK sampai dengan 46,5% dibandingkan pengairan yang tergenang terus menerus (Setyanto, 2015)
Prinsip Penerapan Budidaya Padi Ramah Iklim Lokasi penerapan BPRI berada pada wilayah dengan sistem perairan teknis yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Penerapan BPRI melalui pendekatan sekolah lapangan yang pesertanya terdiri atas petani pemilik dan penggarap lahan Menggunakan bibit sehat yang berumur tidak lebih dari 15 hari Sistem tanam menggunakan jajar legowo 2:1 atau 4:1 dan jumlah bibit 1-2 batang per lubang tanam Pemupukan sesuai rekomendasi Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau untuk pemupukan ke dua menggunakan rekomendasi Bagan Warna Daun (BWD) dengan tepat waktu (sesuai umur fase tanaman padi) Menggunakan sistem irigasi berselang (intermittent) yang sesuai dengan fase tanaman
9Teknik Penerapan Teknologi Budidaya Padi Ramah Iklim
1 Persiapan Lahan 1 Penggenangan lahan, bertujuan agar tanah menjadi gembur dan rumput serta sisa-sisa jerami bisa terendam air Gebyah / pembajakan lahan I, Pembajakan dengan kedalaman > 20 cm dengan tujuan membalik tanah sehingga tunggul jerami,gulma terendam air. Tamping, pembersihan pematang menggunakan cangkul dengan posisi miring ke dalam sehingga pematang yang sudah dibersihkan permukaannya miring untuk memudahkan pemopokan. 2 3 Pemopokan / Pembuatan Pematang Pembuatan pematang dilakukan 4-7 hari setelah pembajakan I, bertujuan agar air bisa segera tertahan, ukuran pematang tinggi 30 cm dan lebar 30 cm Pembajakan ke II dan Garu, merupakan kegiatan pelumpuran maka perlu dilakukan berulang-ulang sampai tanah menjadi lumpur dan rata. 4
2 Pengelolaan Benih Sehat 1 Seleksi pemilihan benih bersertifikat dengan menggunakan metode : Pembersihan benih Perendaman dengan larutan air garam Benih yang mengapung dibuang Benih yang bernas dibilas dengan air bersih *bernas : benih baik dan berisi penuh;ditandai dengan benih yang tenggelam saat dimasukan ke dalam larutan air garam 2 Perlakuan Benih Rendam benih, selama 1 x 24 jam dengan menggunakan karung lalu Tiriskan selama 0,5 jam (sampai benih tidak lagi mengandung air) Peram benih, selama 1-2 malam dengan menggunakan karung goni agar benih berkecambah seragam Penaburan Benih, lakukan pengamatan dan apabila benih sudah berkecambah (terlihat putih pada bagian ujung benih) atau maksimal panjangnya 0,5 cm segera lakukan penaburan pada lahan semai yang sudah disiapkan dengan tingkat sebaran yang tidak teralu rapat (jarang) Perawatan, persemaian dilakukan pengamatan minimal 2 kali sampai dengan bibit berumur 15 hari, untuk memastikan bahwa bibit bebas dari serangan hama maupun penyakit
3 Pembuatan Penanaman 1 Baris Tanam Pembuatan Garis Tanam, dilakukan 2-3 hari setelah kegiatan garu atau pelumpuran. Pembuangan air dilakukan setelah jernih kemudian dilakukan pembuatan garis tanam 2 Pencabutan Bibit Pengambilan bibit pada persemaian kering relatif lebih mudah dibandingkan dengan persemaian basah, maka pada persemaian kering bisa dibawa beserta dengan tanahnya Pengambilan bibit sebisa mungkin dilakukan pada hari yang sama atau bersamaan dengan kegiatan tanam agar bibit tidak sampai bermalam dengan tujuan mencegah bibit menjadi stres. Dengan demikian maka bibit yang ditanam bisa langsung hidup. 3 Tanam Kegiatan tanam padi dan peralatannya menyesuaikan dengan ketersediaan potensi lokal yang sudah menjadi budaya masyarakat.
4 Pengairan Pengelolaan pengairan berselang (intermittent) menyesuaikan dengan fase pertumbuhan padi dengan skema sebagai berikut: 5 Pemupukan Jenis serta dosis pupuk mengacu rekomendasi hasil uji tanah dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau Bagan Warna Daun (BWD), agar pemberian pupuk serta dosisnya sesuai dengan kebutuhan tanaman padi. Jenis Pertumbuhan Awal Anakan Aktif Premordia Umur tanaman 0-14 HST 21 28 HST 35 50 HST Umur Pemupukan 5 HST 20 HST 35 HST Nitrogen (N) 20% 40% 40% SP-36 100% - - KCL 50% - 50% Keterangan: komposisi urea: Sp dan Kcl adalah 6:1:1
6 Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Tindakan pengendalian berasal dari rekomendasi hasil analisis data pengamatan lapangan yang dilakukan setiap seminggu sekali. 7 Pengukuran Emisi CH4 dan N2O Pengambilan gas bertujuan melihat sejauh mana pengairan berselang (intermittent) memberikan pengaruh terhadap penurunan gas CH 4 dan N 2 O. Pengambilan sampel gas dilakukan sebanyak 5 kali pada saat tanaman berumur; 5-10, 15-20, 20-30, 30-35, dan 35-75 HST. Selanjutnya sampel gas dianalisis oleh Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kementrian Pertanian (BALINGTAN) yang memiliki kompetensi serta peralatan yang memadai
8 Pengendalian Gulma Gulma merupakan tanaman liar yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh petani karena gulma merupakan kompetitor tanaman padi dalam hal kebutuhan unsur hara bagi pertumbuhannya. Namun perlu digaris bawahi bahwa dengan melakukan irigasi berselang (intermittent) dengan benar akan dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga dapat mengurangi biaya untuk kegiatan penyiangan. Namun demikian meskipun hanya sekali, lahan tanam tetap perlu dilakukan penyiangan dengan menggunakan gasrok agar tanah disekitar perakaran menjadi gembur sehingga perakaran tanaman bisa berkembang dengan baik. 9 Panen Kegiatan panen dilakukan setelah padi masak penuh yaitu ditandai dengan adanya bulir padi yang telah menguning secara merata. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah tanaman tidak berembun agar gabah yang dipanen dalam kondisi kering.
Materi ini merupakan bagian dari publikasi program GE-LAMAI, yang didanai oleh Kementerian Jerman untuk Lingkungan Hidup, Konservasi alam, Gedung dan Keamanan Nuklir (BMUB) dan diimplementasikan oleh GIZ Indonesia dan ICRAF yang bekerjasama dengan Direktorat Lingkungan Hidup, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Penulis : Sutoyo, Feri Prihantoro Foto : Sutoyo, Feri Prihantoro Desain : Ariyanto Wibowo Gambar : http://www.flaticon.com/authors/roundicons http://www.flaticon.com/authors/freepik
Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia (GE-LAMAI ) Wisma Bakrie II 6th floor / Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B2 Jakarta 12920 - Indonesia / T: +6221 57932687 / F: +6221 57932687 / www.gelamai.org