TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

dokumen-dokumen yang mirip
MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

bahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 111 BAHAN DAN METODE

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

3. METODE DAN PELAKSANAAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

1 SET A. INDIVIDU PETANI

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

III. METODE PENELITIAN

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN

Formulir PuPS versi 1.1

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH Oleh : Saiful Helmy

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, dan metode kualitatif. Menurut Nazir dalam Iin, 2008, metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

Sumber : Nurman S.P. (

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

TEKNOLOGI PERBENIHAN PADI SAWAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Monday, 26 September :56 - Last Updated Wednesday, 20 February :19

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

III. BAHAN DAN METODE

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

59 ZIRAA AH, Volume 43 Nomor 1, Pebruari 2018 Halaman ISSN ELEKTRONIK

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

Transkripsi:

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia

Latar Belakang Perubahan iklim yang terjadi saat ini telah memberikan dampak yang merugikan terhadap lingkungan dan aktifitas masyarakat, khususnya pada sektor pertanian berdampak langsung pada petani. Para Petani sering menderita kerugian dalam melakukan usaha tani karena kondisi cuaca yang tidak menentu dan sulit diprediksi, ledakan jumlah hama dan penyakit tanaman, banjir dan hujan yang disertai angin yang kerap merobohkan tanaman pada saat tanaman padi memasuki fase pengisian malai. Dari sisi lain pertanaman padi sawah dipandang sebagai salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK), terutama gas metana (CH4) yang berpotensi menyebabkan pemanasan bumi secara global (BAPPENAS, 2014) Petani terbiasa menggenangi lahan Disamping itu luasan lahan tanam kian menurun karena ketersediaan air irigasi terus menerus karena menggangap yang semakin terbatas dan tidak bisa dapat menekan pertumbuhan gulma, menjangkau wilayah-wilayah yang berada pada bagian hilir dari jaringan irigasi. tetapi kebiasaan ini justru memicu Sementara para petani selalu berharap terjadinya emisi gas metana (CH4) adannya ketersediaan air yang lebih karena fakta di lapangan menunjukan yang berpotensi menyebabkan bahwa petani lebih suka dan terbiasa pemanasan bumi secara global menggenangi lahan tanamnya secara terus menerus dengan alasan menekan pertumbuhan gulma. Pendapat petani bisa dimaklumi karena selama ini biaya pengendalian gulma relatif mahal. Tetapi kebiasaan petani menggenangi lahan secara terus menerus justru dapat memicu terjadinya emisi gas metana (CH 4 ) Program Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia (GE-LAMAI) merupakan inisiatif yang mendukung pemerintah Indonesia, terutama daerah, dalam merencanakan pembangunan rendah emisi dengan memperhatikan aspek ekonomi - dan pengembangan empat aksi mitigasi yang sesuai di tingkat lokal maupun nasional (LAMA/NAMA).

Teknologi Budidaya Padi Ramah Iklim Climate Smart Agriculture Budidaya Padi Ramah Iklim (BPRI) adalah sebuah teknologi budidaya padi yang penerapannya bersifat menyesuaikan (adaptif) terhadap kondisi lingkungan dimana metode tersebut diterapkan. BPRI diharapkan bisa membantu mempertahankan dan meningkatkan produksi padi secara efektif ditengah permasalahan perubahan iklim saat ini. Kajian GE-LAMAI menunjukan bahwa 60-70% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sektor berbasis lahan di Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banjar- negara bersumber dari aktifitas pertanian padi sawah. Kebiasan petani yang melakukan penggenangan lahan secara terus menerus berdampak pada meningkatnya emisi GRK, menurunnya produktifitas dan pemborosan dalam penggunaan air. Penerapan BPRI dengan penekanan pada sistem pengairan berselang (Intermittent) terbukti meningkatkan produksi, dapat menekan biaya pembelian pupuk sampai dengan 38%, benih 43%, air 20% dan penurunan gas sampai dengan 46,5% (Setyanto, 2015) Tujuan Utama Penerapan BPRI Meningkatkan produktifitas pertanian secara berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan. Mengurangi terjadinya emisi Gas Rumah Kaca Meningkatkan ketahanan dalam beradaptasi dengan adanya perubahan iklim Menghemat penggunaan air untuk pengairan sawah

Penerapan BPRI dengan sistem pengairan berselang (intermittent) terbukti mampu menurunkan emisi GRK sampai dengan 46,5% dibandingkan pengairan yang tergenang terus menerus (Setyanto, 2015)

Prinsip Penerapan Budidaya Padi Ramah Iklim Lokasi penerapan BPRI berada pada wilayah dengan sistem perairan teknis yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Penerapan BPRI melalui pendekatan sekolah lapangan yang pesertanya terdiri atas petani pemilik dan penggarap lahan Menggunakan bibit sehat yang berumur tidak lebih dari 15 hari Sistem tanam menggunakan jajar legowo 2:1 atau 4:1 dan jumlah bibit 1-2 batang per lubang tanam Pemupukan sesuai rekomendasi Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau untuk pemupukan ke dua menggunakan rekomendasi Bagan Warna Daun (BWD) dengan tepat waktu (sesuai umur fase tanaman padi) Menggunakan sistem irigasi berselang (intermittent) yang sesuai dengan fase tanaman

9Teknik Penerapan Teknologi Budidaya Padi Ramah Iklim

1 Persiapan Lahan 1 Penggenangan lahan, bertujuan agar tanah menjadi gembur dan rumput serta sisa-sisa jerami bisa terendam air Gebyah / pembajakan lahan I, Pembajakan dengan kedalaman > 20 cm dengan tujuan membalik tanah sehingga tunggul jerami,gulma terendam air. Tamping, pembersihan pematang menggunakan cangkul dengan posisi miring ke dalam sehingga pematang yang sudah dibersihkan permukaannya miring untuk memudahkan pemopokan. 2 3 Pemopokan / Pembuatan Pematang Pembuatan pematang dilakukan 4-7 hari setelah pembajakan I, bertujuan agar air bisa segera tertahan, ukuran pematang tinggi 30 cm dan lebar 30 cm Pembajakan ke II dan Garu, merupakan kegiatan pelumpuran maka perlu dilakukan berulang-ulang sampai tanah menjadi lumpur dan rata. 4

2 Pengelolaan Benih Sehat 1 Seleksi pemilihan benih bersertifikat dengan menggunakan metode : Pembersihan benih Perendaman dengan larutan air garam Benih yang mengapung dibuang Benih yang bernas dibilas dengan air bersih *bernas : benih baik dan berisi penuh;ditandai dengan benih yang tenggelam saat dimasukan ke dalam larutan air garam 2 Perlakuan Benih Rendam benih, selama 1 x 24 jam dengan menggunakan karung lalu Tiriskan selama 0,5 jam (sampai benih tidak lagi mengandung air) Peram benih, selama 1-2 malam dengan menggunakan karung goni agar benih berkecambah seragam Penaburan Benih, lakukan pengamatan dan apabila benih sudah berkecambah (terlihat putih pada bagian ujung benih) atau maksimal panjangnya 0,5 cm segera lakukan penaburan pada lahan semai yang sudah disiapkan dengan tingkat sebaran yang tidak teralu rapat (jarang) Perawatan, persemaian dilakukan pengamatan minimal 2 kali sampai dengan bibit berumur 15 hari, untuk memastikan bahwa bibit bebas dari serangan hama maupun penyakit

3 Pembuatan Penanaman 1 Baris Tanam Pembuatan Garis Tanam, dilakukan 2-3 hari setelah kegiatan garu atau pelumpuran. Pembuangan air dilakukan setelah jernih kemudian dilakukan pembuatan garis tanam 2 Pencabutan Bibit Pengambilan bibit pada persemaian kering relatif lebih mudah dibandingkan dengan persemaian basah, maka pada persemaian kering bisa dibawa beserta dengan tanahnya Pengambilan bibit sebisa mungkin dilakukan pada hari yang sama atau bersamaan dengan kegiatan tanam agar bibit tidak sampai bermalam dengan tujuan mencegah bibit menjadi stres. Dengan demikian maka bibit yang ditanam bisa langsung hidup. 3 Tanam Kegiatan tanam padi dan peralatannya menyesuaikan dengan ketersediaan potensi lokal yang sudah menjadi budaya masyarakat.

4 Pengairan Pengelolaan pengairan berselang (intermittent) menyesuaikan dengan fase pertumbuhan padi dengan skema sebagai berikut: 5 Pemupukan Jenis serta dosis pupuk mengacu rekomendasi hasil uji tanah dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau Bagan Warna Daun (BWD), agar pemberian pupuk serta dosisnya sesuai dengan kebutuhan tanaman padi. Jenis Pertumbuhan Awal Anakan Aktif Premordia Umur tanaman 0-14 HST 21 28 HST 35 50 HST Umur Pemupukan 5 HST 20 HST 35 HST Nitrogen (N) 20% 40% 40% SP-36 100% - - KCL 50% - 50% Keterangan: komposisi urea: Sp dan Kcl adalah 6:1:1

6 Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Tindakan pengendalian berasal dari rekomendasi hasil analisis data pengamatan lapangan yang dilakukan setiap seminggu sekali. 7 Pengukuran Emisi CH4 dan N2O Pengambilan gas bertujuan melihat sejauh mana pengairan berselang (intermittent) memberikan pengaruh terhadap penurunan gas CH 4 dan N 2 O. Pengambilan sampel gas dilakukan sebanyak 5 kali pada saat tanaman berumur; 5-10, 15-20, 20-30, 30-35, dan 35-75 HST. Selanjutnya sampel gas dianalisis oleh Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kementrian Pertanian (BALINGTAN) yang memiliki kompetensi serta peralatan yang memadai

8 Pengendalian Gulma Gulma merupakan tanaman liar yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh petani karena gulma merupakan kompetitor tanaman padi dalam hal kebutuhan unsur hara bagi pertumbuhannya. Namun perlu digaris bawahi bahwa dengan melakukan irigasi berselang (intermittent) dengan benar akan dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga dapat mengurangi biaya untuk kegiatan penyiangan. Namun demikian meskipun hanya sekali, lahan tanam tetap perlu dilakukan penyiangan dengan menggunakan gasrok agar tanah disekitar perakaran menjadi gembur sehingga perakaran tanaman bisa berkembang dengan baik. 9 Panen Kegiatan panen dilakukan setelah padi masak penuh yaitu ditandai dengan adanya bulir padi yang telah menguning secara merata. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah tanaman tidak berembun agar gabah yang dipanen dalam kondisi kering.

Materi ini merupakan bagian dari publikasi program GE-LAMAI, yang didanai oleh Kementerian Jerman untuk Lingkungan Hidup, Konservasi alam, Gedung dan Keamanan Nuklir (BMUB) dan diimplementasikan oleh GIZ Indonesia dan ICRAF yang bekerjasama dengan Direktorat Lingkungan Hidup, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Penulis : Sutoyo, Feri Prihantoro Foto : Sutoyo, Feri Prihantoro Desain : Ariyanto Wibowo Gambar : http://www.flaticon.com/authors/roundicons http://www.flaticon.com/authors/freepik

Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia (GE-LAMAI ) Wisma Bakrie II 6th floor / Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B2 Jakarta 12920 - Indonesia / T: +6221 57932687 / F: +6221 57932687 / www.gelamai.org