BAB 1 PENDAHULUAN. cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah.

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

IVANA KUSUMA PARAHITA J

BAB I PENDAHULUAN. (Ilyas, 2011). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan dan kompetensi kerja yang dibutuhkan. Perencanaan tenaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT MENURUT PERSEPSI KEPALA RUANG DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

ANALISIS BREAK-EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MEMBANTU DALAM PENENTUAN TARIF PERAWATAN PADA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TRI LESTARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti gugus

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

PERBEDAAN TIME MOTION STUDY ANTARA RUANG AL-KAUTSAR DAN AL-FAJR PADA PASIEN MODERAT CARE DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesembuhan dan pemulihan status kesehatan. Bersama dengan itu klien sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan. Salah satu program pemerintah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB1 PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap perkembangan strategi pemasaran. Dunia ini harus

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. kerja di setiap sektor kerja termasuk sektor kesehatan, dalam rangka menekan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat. Pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kebutuhan pelayanan kesehatan secara maksimal dan global (Yani 2001

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan terus

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan,

KARYA TULIS ILMIAH. PERSEPSI PERAWAT TENTANG KEBUTUHAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. HARDJONO S, Sp.OG PONOROGO. Oleh: ARGA ABIDIN Y NIM:

BAB I PENDAHULUAN. puskesmas. Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 tentang. Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Eraglobalisasi merupakan suatu era baru yang akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun mengalami perkembangan dalam menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang berkontribusi besar terhadap pelayanan kesehatan, selain itu keperawatan merupakan satu kesatuan terbesar dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu faktor utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia (Windy, 2008). Kegiatan pelayanan keperawatan bergantung pada kualitas dan kuantitas perawat yang bertugas selama 24 jam di bangsal. Diperlukan dukungan sumber daya manusia yang mampu mengemban tugas dan mengadakan perubahan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Ketidak seimbangan rasio antara perawat dan pasien akan berdampak pada kualitas pelayanan keperawatan. Shekelle (2013) menjelaskan bahwa permasalahan dari rasio pasien ini terjadi karena sebagian kecil pasien meninggal selama setelah dilakukan rawat inap. Hal ini terjadi karena tidak ada evaluasi terkait strategi keselamatan pasien mengenai perubahan yang dilakukan untuk 1

2 penempatan perawat dalam meningkatkan hasil dari pelayanan pasien. Namun demikian, ada beberapa faktor yang diusulkan terkait dengan yang menjadi faktor penyebab hubungan antara pelayanan perawat dan kematian di Rumah Sakit yakni kelelahan perawat, kepuasan kerja, kerjasama tim, pergantian perawat, kepemimpinan keperawatan di RS dan lingkungan praktek keperawatan. Tappen (2004) menyatakan bahwa sampai dengan saat ini belum ada standar minimum mengenai rasio perawat pasien karena belum terdapatnya informasi yang adekuat untuk mengevaluasi standar baku tersebut. Negara bagian California di Amerika Serikat telah menerima usulan rasio perawat pasien 1 : 4 dan telah mengimplikasikannya (Kane, et al., 2007), sedangkan departemen kesehatan Queensland mengusulkan rasio minimum perawat pasien yang dihitung dari perkalian jumlah pasien dengan jumlah jam kerja perawat dibagi dengan jumlah jam perawatan langsung per 24 jam, dengan perhitungan rasio yang bervariasi untuk setiap unit, tergantung dari akuitas pasien dan skill mix perawat (Queensland health, 2008). Menurut Kepala Bidang Umum Tenaga Kesehatan Pusat Diknakes saat melakukan wawancara khusus dengan redaksi Detailsnews mengatakan di Indonesia sekarang 1 perawat masih berbanding dengan 300 penduduk, dan di rumah sakit masih 1 : 30 (Iis, 2007). Data di rumah sakit kabupaten gresik tahun 2010 menunjukkan bahwa rasio (perbandingan) jumlah perawat dan jumlah tempat tidur belum sesuai standart artinya jumlah tenaga keperawatan masih kurang (Depkes dalam jurnal Ners, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan di Ruang Aster RSUD dr. Hardjono S. Sp.OG Ponorogo tentang rasio jumlah perawat dan tempat tidur, didapatkan data di ruangan jumlah perawat

3 adalah 19 orang dengan rincian 14 orang lulusan D3 dan 5 orang lulusan S1 sedangkan jumlah tempat tidur yang tersedia berjumlah 29 tempat tidur. Jadi perbandingan jumlah perawat dan tempat tidur di ruang ashter adalah 19 : 29 dan bisa dikatakan 1 perawat di ruang tersebut menangani 2 tempat tidur. Maka jumlah tersebut belum sesuai dengan SK. Menkes No. 262 tahun 1979 tentang rasio tempat tidur - perawat untuk rumah sakit tipe A dan B adalah 2: 3-4 (Arwani, 2006). Jumlah perawat dan jumlah pasien yang tidak berimbang menyebabkan peningkatan beban kerja perawat. Perawat yang bekerja terus menerus atau tanpa dukungan memadai cenderung banyak tidak masuk kerja dan kondisi kesehatannya menurun (PPNI, 2007). Hal ini juga akan berimbas pada kepuasan kerja perawat. Locke dalam Luthas (2006) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya, seseorang yang tidak puas dengan pekerjaanya akan menunjukan sikap negatif terhadap pekerjaan itu. Perawat yang merasa puas dengan pekerjaannya akan memberikan pelayanan yang lebih baik dan bermutu kepada pasien rumah sakit sehingga kepuasan pasien dan keluarga pasien juga terpenuhi yang pada akhirnya meningkatkan citra dan pendapatan rumah sakit (Barry, 2004). Sebaliknya perawat yang tidak puas dengan pekerjaannya akan memberikan pelayanan yang kurang baik dan kurang bermutu kepada pasien rumah sakit sehingga kepuasan pasien dan keluarga

4 kurang terpenuhi yang pada akhirnya menurunkan citra dan pendapatan rumah sakit. Untuk mencegah masalah tersebut Menteri kesehatan Indonesia mengeluarkan Permenkes no.262/men.kes/per/vii/1979 yang menyatakan bahwa rasio tempat tidur - perawat untuk rumah sakit tipe A dan B adalah 2: 3-4 (Arwani, 2006). Douglass (1994) menyatakan bahwa untuk menentukan beban kerja perawat, maka perlu dilakukan perhitungan akuitas pasien yang diklasifikasikan menjadi 3 tingkat ketergantungan yaitu tingkat ketergantungan penuh, sebagian dan pasien mandiri yang bertujuan untuk meningkatkan asuhan keperawatan profesional. Persepsi adalah suatu proses menginterpresentasikan dan mengorganisasikan kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Proses persepsi melibatkan perseptor, pengaturan, dan dirasakan. Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat yang sama tetapi menanggapi berbedanya secara berbeda-beda. Karena dalam persepsi tanggapan untuk proses persepsi melibatkan pikiran perasaan dan tindakan (Schermenhorn, 2006). Sikap adalah pernyataan evaluatif positif atau negatif tentang obyek, sikap terdiri atas komponen kognitif yang berisi persepsi, pendapat atau ide kepercayaan terhadap seseorang atau obyek, kemudian afektif yaitu emosi atau perasaan, serta tahap berikutnya kecenderungan untuk bertindak (Azwar, 2005). Dengan demikian persepsi bisa mempengaruhi sikap serta tahap berikutnya kecenderungan untuk bertindak. Pada hakekatnya persepsi akan berhubungan pada perilaku seseorang sehingga persepsi yang baik akan mempengaruhi perilaku

5 yang baik, hal ini akan berdampak pada kepuasan kerja dan pelayanan kepada pasien. Perawat yang memiliki persepsi positif akan akan memberikan pelayanan yang lebih baik dan bermutu kepada pasien rumah sakit sehingga kepuasan pasien dan keluarga pasien juga terpenuhi yang pada akhirnya meningkatkan citra dan pendapatan rumah sakit demikian pula sebaliknya. Berdasarkan paparan fenomena diatas, baik fenomena yang muncul berdasarkan penelitian dan fakta di lapangan membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Persepsi Perawat Tentang Kebutuhan Perawat di Rumah Sakit Umum Dr. Hardjono S, Sp.OG Ponorogo. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dirumuskan masalah Bagaimana Persepsi Perawat Tentang Kebutuhan Perawat Di RSUD Dr. Hardjono S, Sp.OG Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Persepsi Perawat Tentang Kebutuhan Jumlah Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Hardjono S, Sp.OG Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat menjelaskan terkait persepsi perawat tentang kebutuhan jumlah perawat dan pasien yang merujuk pada analisa kebutuhan tenaga perawat. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi dan pembelajaran dalam kaitannya mata kuliah manajemen keperawatan.

6 1.4.2 Manfaat praktis 1. Institusi rumah sakit RSUD Dr. Hardjono S, Sp.OG Ponorogo Sebagai masukan kepada rumah sakit dan staf keperawatan guna meningkatkan mutu layanan keperawat guna tercapainya produktifitas dan tujuan dari rumah sakit secara efektif. 2. Institusi pendidikan FIK Universitas muhammadiyah ponorogo Mengembangkan mata ajar yang berhubungan dengan manajemen keperawatan 3. Bagi peneliti Diharapkan penelitian ini dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan dalam ilmu manajemen sumber daya manusia yang telah penulis dapat dalam mata kuliah manajemen keperawatan selama ini.

7 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian penelitian yang dilakukan terkait dengan manajemen keperawatan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Setyo Budi, (2011) dari Universitas Muhammadiyah ponorogo yang berjudul Gambaran Kebutuhan Tenaga Perawat Di IGD RSUD Dr. Hardjono S, Sp.OG Ponorogo. Penelitian yang digunakan menggunakan metode documenter dengan jalan meneliti atau melihat data-data dokumen yang tersimpan. Persamaan penelitian adalah tempat penelitian yakni RSUD Dr. Hardjono S, Sp.OG Ponorogo dan metode yang digunakan yakni dengan metode documenter. Perbedaan dari penelitian adalah ruang yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah ruang rawat inap sedang dari peneliti yang terdahulu meneliti ruang IGD. 2. Penelitian yang dilakukan Yudi Susanto, (2014) dari universitas Muhammadiyah Ponorogo yang berjudul Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di RSUD Aisyiyah Jl. Dr Sutomo Ponorogo. Metode yang digunakan korelasi dengan jumlah populasi sebanyak 123 responden jumlah sampel 94 responden diambil dengan teknik purposive sampling. Perbedaan dari penelitian adalah metode yang digunakan adalah metode korelasi dan diambil dengan teknik purpose sampling sedang yang digunakan peneliti saat ini adalah metode documenter. Tempat penelitian dari peneliti yang

8 lama adalah di RSU Aisyiyah Ponorogo sedangkan tempat penelitian dari peneliti saat ini adalah RSUD Dr. Hardjono S, Sp.OG Ponorogo. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Gian Nurmaindah Hendianti, (2012) dari Universitas Padjadjaran Bandung yang berjudul Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana Unit Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Metode yang di gunakan dengan cara work sampling selama tiga hari pengamatan. Perbedaan yang ada adalah lokasi rumah sakit yakni penelitian sebelumnya dilakukan di RS Muhammadiyah Bandung sedangkan tempat penelitian dari peneliti saat ini adalah RSUD Dr. Hardjono S, Sp.OG Ponorogo, Metode yang digunakan juga berbeda peneliti sebelumnya menggunakan metode work sampling selama tiga hari sedang penelitian yang sekarang menngunakan metode documenter.