REGULASI TERKAIT KETENTUAN PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI DESAIN INSTALASI NUKLIR DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERIKSAAN/VERIFIKASI INFORMASI DESAIN REAKTOR NUKLIR

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM SEIFGARD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY)

KETENTUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

BERITA NEGARA. BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

FORMULIR PERMOHONAN IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PENGEMBANGAN PERATURAN TERKAIT PERIZINAN INSTALASI NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republi

BERITA NEGARA. No.655, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Manajemen. Penuaan. Nuklir Nonreaktor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Laporan. Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PELAKSANAAN SAFEGUARDS DI MBA RI C*

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN INFORMASI DESAIN REAKTOR DAYA DALAM KAITANNYA DENGAN SAFEGUARD ABILITY BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN TENTANG DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus..

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 07/Ka-BAPETEN/V-99 TENTANG JAMINAN KUALITAS INSTALASI NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG DEKOMISIONING REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

FORMAT DAN ISI LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN DEKOMISIONING. A. Kerangka Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dekomisioning URAIAN INSTALASI

KEBIJAKAN PENGAWASAN PLTN

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

RENCANA STRATEGIS. Revisi - 1 Nopember 2005 Halaman 1 dari 31 KATA PENGANTAR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR

SISTEM AKUNTANSI LIMBAH TERPADU (SALT)

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN REAKTOR NONDAYA.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN KERUGIAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI DESAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

LAKIP TAHUN 2012 Laporan Akuntabilita s Kinerja Pemerintah DEPUTI PKN - BAPETEN

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN KERUGIAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

ABSTRAK REGULASI TERKAIT KETENTUAN PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI DESAIN INSTALASI NUKLIR DI INDONESIA Suci Prihastuti, Yudi Pramono, Midiana Ariethia Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir REGULASI TERKAIT KETENTUAN PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI DESAIN INSTALASI NUKLIR DI INDONESIA. Daftar Informasi Desain (DID) merupakan suatu formulir isian yang dibuat oleh IAEA untuk mengetahui informasi mengenai bahan nuklir yang tunduk pada ketentuan seifgard menurut INFCIRC/153 dan gambaran fasilitas tentang seifgard bahan nuklirnya. Sesuai dengan Perjanjian Seifgard antara Republik Indonesia (RI) dan International Atomic Energy Agency (IAEA), Indonesia harus menyampaikan informasi desain ke IAEA dengan menggunakan standar format DID sebelum bahan nuklir masuk ke fasilitas nuklir. Untuk memberikan panduan yang baku dalam hal pembuatan informasi desain oleh fasilitas yang kemudian disampaikan kepada IAEA, maka diterbitkan peraturan yang jelas dan rinci tentang DID dengan Peraturan Kepala BAPETEN No.2 Tahun 2009. Makalah ini secara ringkas menyajikan tentang aspek regulasi/pengaturan terkait ketentuan penyusunan daftar informasi desain di Indonesia dan petunjuk teknis penyusunan informasi desain di instalasi nuklir. Kata Kunci: informasi desain, seifgard ABSTRACT REGULATION RELATING TO PROVISION FOR DESIGN INFORMATION QUESTIONNAIRE PREPARATION OF NUCLEAR INSTALLATION IN INDONESIA. Design information questionnaire (DIQ) is a form is drafted by IAEA to find information on nuclear materials with is subjected to safeguards as INFCIRC/153 and overview of facilities connected to safeguard of its nuclear materials. In accordance with Safeguard Agreements between Republic of Indonesia (RI) and International Atomic Energy Agency (IAEA), Indonesia shall submit the design information to IAEA by using standard format of DIQ before nuclear materials put into nuclear facilities. To provide a standard guidance in case of preparing of design information done by facilities to be submitted to IAEA, detailed regulation on DIQ with Chairman of Bapeten Regulation Number 2 of 2009 was established. This paper brieftly presents the aspect of regulation related to design information questionnaire in Indonesia and technical guideline for completion of design information in facility. Keywords: design information, safeguard 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia telah menandatangani perjanjian NPT mengenai pencegahan penyebaran senjata senjata nuklir (The Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapons) pada tahun 1970, dan telah meratifikasinya dengan Undang Undang Nomor 8 tahun 1978. Berdasarkan amanat dari NPT, bahwa negara pihak yang telah meratifikasi NPT tersebut harus menyusun perjanjian seifgard berdasarkan INFCIRC 153 sehingga pada tanggal 14 Juli 1980 telah ditandatangani Agreement Between the Republic of Indonesia and the International Atomic Energy Agency for The Application of Safeguards in Connection With the Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapons 1). Berdasarkan salah satu isi dari perjanjian seifgard tersebut, Indonesia harus menyampaikan informasi desain dari instalasi nuklir kepada IAEA dengan menggunakan standar format DID sebelum bahan nuklir masuk ke instalasi nuklir. Saat ini Indonesia memiliki 3 reaktor penelitian, yaitu: RSG Siwabessy di Serpong, Reaktor TRIGA Mark II di Bandung dan Reaktor Kartini di Yogyakarta, dan 4 instalasi nuklir nonreaktor (INNR), yang meliputi: Instalasi Elemen Bakar Eksperimen, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset, Kanal Hubung Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas, dan Instalasi Radiometalurgi. Dan untuk memperoleh izin tapak, konstruksi dan/atau operasi gabungan serta komisioning, Pemohon dari instalasi nuklir harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis. Salah satu persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah DID pendahuluan dan DID sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir tepatnya Pasal 9 huruf c, Pasal 12 Ayat (2) huruf e, dan Pasal 21 ayat (4) huruf g dan dalam Peraturan Kepala BAPETEN No.3 Tahun 2006 tentang Perizinan Instalasi Nuklir Nonreaktor pada Pasal 14 ayat (2) huruf c. Sehingga dalam permohonan pengajuan izin pemanfaatan tenaga nuklir, instalasi yang ada di indonesia harus menyampaikan DID sesuai dengan jenis reaktor (Reaktor Daya dan Reaktor Nondaya) dan/atau instalasinya untuk INNR 2,4). 2

Identifikasi Permasalahan Dalam hal penyusunan DID dalam Instalasi Nuklir di Indonesia, harus ada keseragaman format standar/baku yang diterbitkan oleh Badan Pengawas dalam rangka memberikan informasi desain instalasi nuklir ke IAEA, dan penyusunan DID melalui Perka BAPETEN merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2006. Tujuan dan Ruang lingkup Penyusunan makalah ini bertujuan memberikan informasi melalui regulasi/pengaturan yang jelas dan rinci dalam penyusunan DID Instalasi Nuklir. Makalah ini mencakup ketentuan penyusunan DID reaktor nuklir, instalasi nuklir nonreaktor, dan fasilitas penelitian dan pengembangan. Metodologi Dalam penyusunan makalah ini dilakukan dengan metode deskriptif melalui studi pustaka dengan tahapan langkah meliputi: pengumpulan literatur standar dan peraturan perundang undangan yang terkait, pengumpulan informasi pendukung, analisis, serta penyusunan laporan. TEORI Informasi desain adalah informasi tentang bahan nuklir dan fasilitasnya yang diawasi oleh IAEA berdasarkan perjanjian seifgard antara IAEA dengan suatu negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.43 Tahun 2006 definisi seifgard adalah setiap tindakan yang ditujukan untuk memastikan bahwa tujuan pemanfaatan bahan nuklir hanya untuk maksud damai. Informasi desain yang disampaikan mencakup uraian fasilitas, bentuk, jumlah dan alur bahan nuklir yang digunakan, tata letak fasilitas dan pengungkung serta prosedur pengendalian dan pembukuan bahan nuklir. Informasi tersebut diperlukan untuk menentukan daerah neraca bahan nuklir (MBA) dan memilih titik pengukuran pokok (KMP), mengembangkan rencana verifikasi informasi desain dan penetapan daftar peralatan penting untuk seifgard 2). Berdasarkan Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN No.2 Tahun 2005 yang dimaksud dengan MBA adalah daerah di dalam atau di luar fasilitas sedemikian sehingga dapat ditentukan jumlah setiap bahan nuklir yang masuk atau keluar pada setiap MBA dan inventori fisik bahan nuklir pada setiap MBA sesuai dengan prosedur; dan yang dimaksud 3

dengan KMP adalah tempat dimana bahan nuklir berada dalam bentuk yang dapat diukur untuk keperluan penentuan alur atau inventori bahan nuklir, yang meliputi, tetapi tidak terbatas pada penerimaan dan pengiriman (termasuk buangan yang terukur) dan tempat penyimpanan di MBA 3). BAB II PEMBAHASAN Indonesia telah menandatangani perjanjian NPT mengenai pencegahan penyebaran senjata senjata nuklir (The Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapons) pada tahun 1970, dan telah meratifikasinya dengan Undang Undang Nomor 8 tahun 1978. Dengan demikian sebagai Negara peserta NPT, Indonesia terikat untuk tidak menggunakan bahan nuklir yang dimilikinya untuk membuat atau memiliki senjata nuklir tetapi hanya digunakan untuk maksud damai. Berdasarkan amanat dari NPT, bahwa negara pihak yang telah meratifikasi NPT tersebut harus menyusun perjanjian seifgard berdasarkan INFCIRC 153 sehingga pada tanggal 14 Juli 1980 telah ditandatangani Agreement Between the Republic of Indonesia and the International Atomic Energy Agency for The Application of Safeguards in Connection With the Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapons (INFCIRC 283). Berdasarkan salah satu isi dari perjanjian seifgard tersebut, Indonesia harus menyampaikan informasi desain dari instalasi nuklir kepada IAEA dengan menggunakan standar format DID sebelum bahan nuklir masuk ke instalasi nuklir 1,3). Informasi desain yang disampaikan dalam DID mencakup: 1. Identifikasi fasilitas, yang memberikan informasi umum, tujuan fasilitas, kapasitas, lokasi geografis dan alamat fasilitas. 2. uraian umum fasilitas, bentuk, lokasi dan aliran bahan nuklir, peralatan yang digunakan untuk memproduksi dan memproses bahan nuklir 3. uraian ciri fasilitas dihubungkan dengan akuntansi bahan nuklir, pengungkung dan surveilen 4. Prosedur Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir (SPPBN). 4

Dalam perjanjian seifgard ditegaskan pula bahwa informasi desain disampaikan ke IAEA saat suatu negara sudah memutuskan membangun fasilitas nuklir (mulai dari tahap tapak, desain, konstruksi, komisioning dan operasi). DID yang disampaikan ke IAEA melalui BAPETEN akan memberikan informasi tentang kegiatan pada instalasi tersebut dan IAEA dapat menentukan bagaimana cara pengawasannya. Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir pada Pasal 9 huruf c, Pasal 12 Ayat (2) huruf e, dan Pasal 21 ayat (4) huruf g menyatakan pemohon harus mengajukan permohonan untuk memperoleh izin tapak, konstruksi dan/atau operasi gabungan serta komisioning kepada Kepala BAPETEN dengan melampirkan dokumen persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yaitu daftar informasi desain pendahuluan dan daftar informasi desain 2). Selain itu juga telah diterbitkan Peraturan Kepala BAPETEN No.3 Tahun 2006 tentang Perizinan Instalasi Nuklir Nonreaktor yang mengatur tentang kewajiban pemohon instalasi nuklir non reaktor (INNR) untuk menyampaikan DID sebagai persyaratan izin. Untuk mendapatkan Izin Tapak, pemohon harus mengajukan permohonan kepada Kepala BAPETEN dengan melampirkan dokumen persyaratan umum dan dokumen persyaratan khusus yaitu DID pendahuluan. Dalam hal pemohon mengajukan permohonan izin konstruksi kepada Kepala BAPETEN, pemohon harus melampirkan dokumen persyaratan umum dan dokumen persyaratan khusus, yaitu DID yang menguraikan tata letak instalasi. Dan dalam Pasal 14 ayat (2) huruf c Perka BAPETEN tersebut, apabila pemohon mengajukan permohonan izin komisioning kepada Kepala BAPETEN harus melampirkan dokumen persyaratan umum dan dokumen persyaratan khusus, yaitu DID sesuai dengan gambar terbangun 4). Perka BAPETEN No.02 Tahun 2005 menyatakan bahwa Setiap fasilitas harus memenuhi persyaratan administratif mempunyai MBA yang terdiri atas beberapa KMP sesuai dengan DID yang telah dibuatnya. Dan Setiap MBA dari setiap fasilitas harus memiliki Lampiran Fasilitas. Dalam hal membuat Lampiran Fasilitas untuk MBA, Pengusaha Instalasi Nuklir (PIN) harus menyampaikan kepada BAPETEN informasi desain pendahuluan segera setelah pengambilan keputusan untuk membangun fasilitas. Informasi desain lanjutan segera setelah desain dikembangkan, DID lengkap paling singkat 9 (sembilan) bulan sebelum pembangunan fasilitas dimulai dikirim ke IAEA melalui instansi yang berwenang (BAPETEN) 3). 5

Dalam rangka memberikan ketentuan kepada Pengusaha Instalasi Nuklir untuk menyusun dokumen DID dalam pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir dan memastikan pemanfaatan bahan nuklir hanya untuk maksud damai sesuai dengan format baku yang ditetapkan oleh Badan Pengawas, maka diterbitkanlah Peraturan Kepala BAPETEN No. 2 Tahun 2009 tentang Ketentuan Penyusunan Daftar Informasi Desain. Ruang lingkup yang diatur dari Perka BAPETEN tentang DID berlaku untuk reaktor nuklir dan instalasi nuklir nonreaktor termasuk instalasi radiometalurgi. Sehingga dengan diterbitkannya Perka BAPETEN tentang DID ini memberikan kemudahan panduan bagi PIN reaktor nondaya dan/atau PIN INNR yang ada sekarang untuk menyusun dan/atau merevisi DID instalasinya. Pengaturan berdasarkan Perka BAPETEN No.2 Tahun 2009, DID untuk instalasi nuklir meliputi DID pendahuluan dan DID. DID pendahuluan disampaikan oleh PIN kepada Kepala BAPETEN untuk memperoleh izin tapak. Dan DID disampaikan kepada Kepala BAPETEN untuk memperoleh izin konstruksi atau izin operasi gabungan reaktor nuklir, atau izin konstruksi dan izin komisioning instalasi nuklir nonreaktor. DID pendahuluan untuk reaktor daya, reaktor nondaya, dan INNR memuat informasi umum yang sama, berisi 12 informasi (No.1 12), dan dalam Perka BAPETEN tentang DID tersebut, PIN paling sedikit mengisi tentang uraian fasilitas (fitur utama), tujuan fasilitas, dan garis besar tata letak fasilitas pada tapak 5). Contoh Informasi desain yang telah diisi untuk DID pendahuluan diberikan dalam Tabel.1. Tabel 1. Contoh Isian Daftar Informasi Desain untuk Reaktor I. Informasi Umum I. General Information Name of the Facility (Nama Fasilitas) Location and Postal Address (Alamat Lengkap Fasilitas) Owner (Pengusaha Instalasi Nuklir) Pusat Reaktor Penelitian Teknologi Nuklir Lanjut Kawasan Penelitian Teknologi, Jl. Neutron No.8, Blok K, Jawa Barat, 51000 Dr. Midiana Ariethia, M. Eng Nuclear Technology Institute (NTI) 6

Operator (Organisasi Pengoperasi) Description (Uraian/Fitur Utama) Purpose (Tujuan/Kegunaan Fasilitas) Status (Tahapan) Construction Schedule Dates (Jadwal Pembangunan dan Pengoperasian) Normal Operating Modes (Moda Operasi Normal) Dr. Suci Prihastuti, M. Eng Head of Nuclear Energy Study Center Light water moderated and cooled, Pool reactor Permitted range of Power: 10 15MWth Normal Operating Power: 12 MWth Material irradiation and research, activation analysis In operation First fuel delivered : April 1981 First criticality: July 1981 Start of Construction Comissioning Operation Januari 1977 May 1981 September 1981 Three shift operation/day Operates 300 days/annum Facility Layout (Tata Letak Fasilitas) Site Layout (Tata Letak Tapak) Names and/or title and address of responsible officers. (Nama, jabatan, alamat penanggung jawab dan pengendali bahan nuklir) see attachment 10 1 see attachment 11 1 Dr. Efa Aunurrofiq, M.Eng Head of Nuclear Material Accounting and Control Division Kawasan Penelitian Teknologi, Jl. Neutron No.8, Blok K, Jawa Barat, 51000 Organization chart are shown on the attachment 12 1 Informasi desain yang disampaikan dalam DID untuk reaktor terdiri dari 9 kategori data, yaitu: DID pendahuluan yang berisi informasi umum (No.1 12), data umum reaktor nuklir (No.13 21), uraian bahan nuklir (No.22 32), aliran bahan nuklir (No.33 39), penanganan bahan nuklir (No.40 51), data pendingin (No.52), upaya keselamatan dan proteksi fisik (No.53 54), sistem pertanggungjawaban dan pengendalian bahan nuklir (No.55 57) dan Informasi tambahan (No.58) 5). Di dalam informasi desain tersebut juga dilampirkan gambar/ diagram yang harus dilampirkan untuk DID reaktor nuklir. Gambar/diagram Informasi desain untuk reaktor daya diberikan dalam Tabel.2. 7

Tabel.2 Gambar/Diagram yang harus Dilampirkan pada DID No. Gambar/diagram yang harus Nomor DID Dilampirkan pada DID 1 Tata letak fasilitas 10 2 Tata letak tapak 11 3 Diagram alir pendingin 13 4 Tata letak reaktor 5 Gambar perangkat bahan bakar nuklir 26, 29 6 Gambar elemen/batang bahan nuklir 27 7 Diagram alir bahan nuklir 33 8 Tata letak gudang bahan bakar nuklir 40 9 Gambar daerah persiapan dan loading reaktor 40 10 Gambar alat pemindah bahan nuklir 41 11 Gambar bejana reaktor 43 12 Diagram teras reaktor 44 13 Tata letak gudang bahan bakar bekas 48 14 Cash pengiriman bahan nuklir 48 15 Daerah uji bahan nuklir 51 16 Diagram alir pendingin 52 Petunjuk Teknis Pengisian Daftar Informasi Desain Reaktor terdiri atas Petunjuk Umum dan Khusus. Petunjuk Khusus yang harus diberikan dalam DID reaktor setelah informasi umum (No.1 12) meliputi: II. Data Umum Reaktor mengenai data umum reaktor yaitu, uraian fasilitas, tingkat daya termal, tingkat daya listrik, jumlah unit dan tata letak reaktor, jenis reaktor, cara penggantian bahan bakar, rentang pengayaan teras dan konsentrasi Pu, moderator, pendingin, blanket dan reflektor. III. Uraian Bahan Nuklir mengenai jenis bahan bakar segar, pengayaan bahan bakar segar, berat nominal dari elemen/perangkat bahan bakar, bentuk fisik dan kimia bahan bakar segar, perangkat reaktor, uraian bahan bakar segar, uraian pertukaran bahan bakar dalam setiap jenis perangkat, sistem akuntansi operasional, jenis lain sistem akuntansi, peralatan identifikasi bahan nuklir,bahan nuklir lain dalam fasilitas. IV. Aliran Bahan Nuklir mengenai: diagram alir; inventori; faktor beban (untuk reaktor daya); 8

pemuatan di teras reaktor; uraian penggantian bahan bakar; fraksi bakar; dan keterangan apakah bahan bakar bekas disimpan atau diolah. V. Penanganan Bahan Nuklir mengenai uraian: bahan bakar segar; Peralatan Pemindah Bahan Bakar; Jalur Bahan Nuklir; Bejana Reaktor; Diagram Teras Reaktor; Jumlah dan Ukuran Kanal Bahan Bakar dan Batang Kendali dalam Teras; Fluks Neutron Rata rata dalam Teras; Instrumentasi untuk Pengukuran Fluks Neutron dan Paparan Gamma; Bahan Bakar Bekas; Aktivitas Maksimum Bahan Bakar/Blanket setelah Penggantian; Metode dan Peralatan untuk Penanganan Bahan Bakar Bekas; dan Daerah Pengujian Bahan Nuklir. VI. Data Pendingin Bagian ini berisi uraian diagram alir Sistem Pendingin. VII. Upaya Keselamatan dan Proteksi Fisik Bagian ini berisi tindakan dasar proteksi fisik bahan nuklir dan peraturan keselamatan dan kesehatan khusus. VIII. Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir. Bagian SPPBN ini berisi informasi mengenai uraian sistem, fitur yang berhubungan dengan pengungkung dan tindakan surveilan, dan identifikasi bahan nuklir untuk tiap KMP. VIII. Informasi Tambahan Diisi dengan keterangan tambahan lain yang terkait dengan seifgard fasilitas (bila ada). Berdasarkan Perka No.2 Tahun 2009, DID instalasi nuklir nonreaktor berisikan 7 kategori data, yaitu DID pendahuluan yang berisi informasi umum (No.1 12), parameter proses keseluruhan (N0.13 17), uraian dan aliran bahan nuklir (No.18 26), penanganan bahan nuklir untuk setiap MBA (No.27 31), upaya keselamatan dan tindakan proteksi (No.32 33), sistem pertanggungjawaban dan pengendalian bahan nuklir (No.34 37) dan informasi tambahan bila ada. Formulir dan Petunjuk Pengisian DID INNR serta Formulir dan petunjuk pengisian DID Fasilitas Penelitian dan Pengembangan diberikan secara rinci dan lengkap dalam 9

Perka BAPETEN No.2 Tahun 2009 5). Persamaan dalam informasi desain yang diuraikan pada DID reaktor, INNR dan fasilitas penelitian dan pengembangan adalah DID pendahuluan yang berisi informasi umum, Upaya Keselamatan dan Tindakan Proteksi Fisik, SPPBN, dan informasi tambahan terkait seifgard (bila ada). Perbedaan DID Reaktor dan INNR yang utama adalah dalam DID untuk Reaktor, PIN harus mengisi: data umum reaktor yang meliputi uraian fasilitas, tingkat daya termal dan tingkat daya listrik, jumlah unit dan tata letak reaktor (daya), jenis reaktor, cara penggantian bahan bakar, rentang pengayaan teras dan konsentrasi Pu, moderator, pendingin, blanket dan reflektor; dan data pendingin beserta diagram alirnya. Kedua data tersebut bukan merupakan informasi yang harus diberikan dalam DID untuk INNR dan fasilitas Penelitian dan Pengembangan. Selengkapnya tentang Perbandingan antara DID Reaktor, INNR dan Fasilitas Penelitian dan Pengembangan diuraikan dalam Tabel.3 Tabel. 3 Perbandingan antara DID untuk Reaktor, INNR, dan Fasilitas Penelitian dan Pengembangan berdasarkan Perka BAPETEN No.2 Tahun 2009 DID UNTUK REAKTOR DID UNTUK INNR DID UNTUK FASILITAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DID Pendahuluan umum DID Pendahuluan DID Pendahuluan Data Umum Reaktor. Bagian ini berisi uraian fasilitas, tingkat daya termal dan tingkat daya listrik, jumlah unit dan tata letak reaktor (daya), jenis reaktor, cara penggantian bahan bakar, rentang pengayaan teras dan konsentrasi pu, moderator, pendingin, blanket dan reflektor Uraian Bahan Nuklir. mengenai jenis bahan bakar Parameter proses keseluruhan. Bagian ini berisi informasi mengenai parameter proses secara keseluruhan, yaitu: uraian fasilitas, uraian proses, kapasitas desain, keluaran tahunan yang diperkirakan, dan materi penting lainnya dari penggunaan peralatan, produksi atau proses bahan nuklir (bila ada). Uraian dan Aliran Bahan Nuklir. Data fasilitas Umum. mengenai parameter proses secara keseluruhan, yaitu: uraian fasilitas, inventori normal, keluaran tahunan yang diperkirakan, uraian bahan nuklir yang di gunakan dan materi penting lainnya dari penggunaan peralatan, produksi atau proses bahan nuklir (bila ada). Uraian Bahan Nuklir. mengenai jenis utama serta 10

segar, pengayaan bahan bakar segar, berat nominal dari elemen/perangkat bahan bakar, bentuk fisik dan kimia bahan bakar segar, perangkat reaktor, uraian bahan bakar segar, uraian pertukaran bahan bakar dalam setiap jenis perangkat, sistem akuntansi operasional, jenis lain sistem akuntansi, peralatan identifikasi bahan nuklir, bahan nuklir lain dalam fasilitas. Aliran Bahan Nuklir. bagian ini berisi: diagram alir bahan nuklir, inventori, faktor beban (untuk reaktor daya), pemuatan (loading) teras reaktor, uraian penggantian bahan bakar, fraksi bakar, apakah bahan bakar bekas disimpan atau diolah ulang. Penanganan Bahan Nuklir. Bagian ini meliputi: bahan bakar segar, peralatan pemindah bahan bakar, jalur bahan nuklir, bejana reaktor, diagram teras reaktor, jumlah dan ukuran kanal untuk bahan bakar dan batang kendali dalam teras, fluks neutron rata rata dalam teras, instrumentasi untuk pengukuran fluks neutron dan paparan gamma, bahan bakar bekas, aktivitas maksimum bahan bakar/blanket setelah penggantian, metode dan peralatan untuk penanganan bahan bakar bekas, daerah pengujian bahan nuklir. Data Pendingin beserta diagram alirnya mengenai uraian bahan nuklir utama, bahan sisa proses, limbah bahan nuklir, sistem pengolahan limbah bahan nuklir, bila ada bahan nuklir lain di dalam fasilitas dan lokasinya, diagram alir bahan nuklir; jenis, bentuk, rentang pengayaan, kandungan Pu, rentang jumlah aliran bahan nuklir untuk setiap lokasi KMP, proses daur ulang, dan inventori. Penanganan Bahan Nuklir untuk setiap MBA. Berisi informasi mengenai: uraian kontener, pembungkus dan daerah penyimpanan, metode dan cara pemindahan bahan nuklir, penahan radiasi, perawatan, dekontaminasi, dan clean out. berat bahan nuklir, uraian bahan nuklir tiap MBA, limbah bahan nuklir, bahan nuklir lain di dalam fasilitas dan tingkat radiasi dilokasi bahan nuklir. Aliran Bahan Nuklir mengenai diagram alir bahan nuklir; jenis, bentuk, dan rentang kuantitas bahan nuklir untuk tiap bahan nuklir. Penanganan Bahan Nuklir untuk setiap MBA. Bagian ini berisi informasi mengenai penyimpanan bahan nuklir, jumlah maksimum bahan nuklir, modifikasi bentuk fisik dan kimia selama operasi, perpindahan bahan nuklir, frekuensi penerimaan dan pengiriman; peralatan untuk pemindahan bahan nuklir, uraian kontener; jalur pemindahan bahan nuklir. 11

Upaya Keselamatan dan Tindakan Proteksi Fisik Upaya Keselamatan dan Tindakan Proteksi Fisik Upaya Keselamatan dan Tindakan Proteksi Fisik SPPBN SPPBN SPPBN Informasi Tambahan Informasi Tambahan Informasi Tambahan terkait seifgard (bila ada) terkait seifgard (bila ada) terkait seifgard (bila ada) Dalam hal terjadi perubahan data dalam dokumen DID selama tahap pembangunan dan/atau pengoperasian pada reaktor nuklir dan/atau instalasi nuklir nonreaktor, Pengusaha Instalasi Nuklir harus menyampaikan pemutakhiran data dalam dokumen DID kepada Kepala BAPETEN. Dalam hal terjadi revisi pemutakhiran data terhadap informasi desain lengkap berdasarkan desain terbangun tersebut, revisinya harus disampaikan ke IAEA melalui BAPETEN paling singkat 9 (sembilan) bulan sebelum penerimaan bahan nuklir yang pertama di fasilitas. Berdasarkan DID lengkap yang telah diajukan oleh PIN kepada BAPETEN dan IAEA menurut peraturan yang berlaku, maka IAEA akan menerbitkan Lampiran fasilitas/ Facility Attachment (FA) yang berisikan ketentuan ketentuan yang harus dilaksanakan dalam pengawasan bahan nuklir. DID yang disampaikan oleh PIN perlu diverifikasi untuk memastikan bahwa PIN selama umur instalasi nuklir melaksanakan kegiatan terkait bahan nuklir yang menjadi subyek seifgard sesuai dengan deklarasi di dalam DID yang disampaikan kepada IAEA melalui BAPETEN. Oleh karena itu BAPETEN sebagai badan pengawas di Indonesia akan melaksanakan inspeksi safeguards di instalasi nuklir, dengan tujuan untuk memverifikasi informasi desain dan data dalam instruksi tertulis tentang penggunaan bahan nuklir sesuai dengan DID yang telah dibuat instalasi. BAB III KESIMPULAN 1. Berdasarkan peraturan perundangan terkait perizinan untuk Instalasi Nuklir, PIN harus menyampaikan informasi desain dari instalasi nuklir sebagai persyaratan teknis dalam mengajukan permohonan izin terkait pembangunan dan pengoperasian Instalasi Nuklir. Informasi desain tersebut disusun berdasarkan format penyusunan dokumen DID dalam 12

pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir, sesuai dengan format standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas melalui Peraturan Kepala BAPETEN No. 2 Tahun 2009 tentang Penyusunan Daftar Informasi Desain. 2. Dalam mengisi DID untuk instalasi nuklir terbagi menjadi tahapan: a. DID pendahuluan yang berisi informasi umum (No.1 12) untuk reaktor, INNR dan fasilitas penelitian dan pengembangan; dan b. DID yang berisi informasi desain No.13 58 untuk reaktor, DID yang berisi informasi desain No.13 38 untuk INNR, dan DID yang berisi informasi desain No.13 40 untuk fasilitas penelitian dan pengembangan. 3. Dalam format standar pengisian DID, PIN harus membedakan antara format DID reaktor, INNR, dan fasilitas penelitian dan pengembangan. Perbedaan tersebut antara lain: DID reaktor terdiri dari data umum reaktor, uraian bahan nuklir, aliran bahan nuklir, penanganan bahan nuklir dan data pendingin; DID INNR terdiri dari parameter proses keseluruhan, uraian dan aliran bahan nuklir, dan penanganan bahan nuklir untuk setiap MBA; DID fasilitas penelitian dan pengembangan terdiri dari data fasilitas umum, uraian bahan nuklir, aliran bahan nuklir, dan penanganan bahan nuklir untuk setiap MBA. DAFTAR PUSTAKA 1. Modul Pelatihan Penyegaran Pengawas dan Pengurus Bahan Nuklir, Daftar Informasi Desain, Pusdiklat BATAN, 2009. 2. Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir. 3. Peraturan Kepala BAPETEN No.5 Tahun 2006 tentang SPPBN 4. Peraturan Kepala BAPETEN No.3 Tahun 2006 tentang Perizinan Instalasi Nuklir Non Reaktor. 5. Peraturan Kepala BAPETEN No.2 Tahun 2009 tentang Penyusunan Daftar Informasi Desain. 6. IAEA, Department of Safeguards and Inspection, Design Information Questionnaire, n 71, n 71, n 73, and n 92 7. IAEA, The Structure and Content of Agreements Between the Agency and the State Required in Connection 13

with The Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapons, INFCIRC 153, Austria, 1972 14