HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Putu Eka Sudarma Putra 1, Tri Prabowo 2, Deden Iwan Setiawan 3 INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber daya manusia yang paling dekat dengan pasien karena intensitas pertemuan antara perawat dengan pasien selama 24 jam. upaya peningkatan pelayanan keperawatan dilakukan melalui model praktek keperawatan professional merupakan sebuah sistem. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) sebagai salah satu sistem pemberian asuhan keperawatan yang telah dan sedang dikembangkan. Pelaksanaannya membutuhkan adanya pengetahuan dan kompetensi dari perawat. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 November 2011, RSUD Wates telah menerapkan MPKP sejak tanggal Januari 2008 dan mulai efektif tanggal Februari 2008. Hasil wawancara diketahui adanya perbedaan dan kurangnya pengetahuan atara kepala ruangan dan perawat pelaksana maka pasti terjadi perbedaan dalam pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Wates. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik korelatif dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini perawat yang berada di ruangan yang melaksanakan MPKP di RSUD Wates Kab. Kulonprogo Yogyakarta pada Maret-April 2012 sebanyak 41 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel 41 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012. Analisis data penelitian menggunakan analisis Kendal s Tau. Hasil: Tingkat pengetahuan perawat tentang metode penugasan dalam pelaksanaan MPKP di RSUD Wates sebagian besar dalam kategori tinggi. Pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP di RSUD Wates sebagian besar dalam kategori baik. Hasil analisis uji Kendall Tau diperoleh nilai koefisien korelasi (τ) sebesar 0,623 dan p value sebesar 0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Wates. Saran: Saran yang diberikan yaitu meningkatkan pengetahuan perawat tentang MPKP melalui program pelatihan, pendidikan non formal maupun formal serta melakukan evaluasi pelaksanaan MPKP secara berkala. Kata Kunci: Pengetahuan, pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP, perawat 1 Mahasiswa S I Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta 2 Dosen Politeknik Kesehatan Yogyakarta 3 Dosen Universitas Respati Yogyakarta 1
THE RELATIONSHIP BETWEEN NURSE S KNOWLEDGE AND ASSIGNMENT METHOD IMPLEMENTATION IN PROFESSIONAL NURSERY PRACTICE MODEL (MPKP) IN RSUD WATES Putu Eka Sudarma Putra 1, Tri Prabowo 2, Deden Iwan Setiawan 3 ABSTRACT Background: A nurse is the closest human resource to patients because the meeting intensity between nurse and patient for 24 hours. The effort of nursery service effort that is conducted through professional nursery practice model is a system. Professional Nursery Practice Model (MPKP) as a nursery nurture giving system that has been and is being developed. The implementation needs the knowledge and competence of nurse. Based on introduction study conducted by the researcher on November 9, 2011, RSUD Wates has been implemented MPKP since January 2008 and become effective on February 2008. From the interview result, it is indicated that there is difference and lack of knowledge between room head and implementation nurse, it certainly happens a difference in implementing assignment method in MPKP. Research Objective: To find the relationship between nurse s knowledge and assignment method implementation in professional nursery practice model (MPKP) in RSUP Wates. Research Method : This research is correlative analytical descriptive research with cross sectional project. The research population is nurses who are in a room that is implementing MKP in RSUD Wates of Kulonprogo Regency of Yogyakarta on March-April 2012. They are 41 people. The sampling technique is total sampling with the numbers of samplings are 41 people. The data collection means are questionnaire and observation. This research is conducted in March-April 2012. The research data analysis is Kendall Tau analysis. Result : The level of nurse knowledge on assignment method in implementing MPKP in RSUD Wates, most of them are high category. The assignment method implementation of MPKP in RSUD is good category. The test analysis result is Kendall Tau results correlation value of (τ), of 0,623 and p value of 0,000 (p<0,05). Conclussion: There is a relationship between nurse s knowledge and assignment method implementation in implementing Professional Nursery Practice Model (MPKP) in RSUD Wates. Suggestion: The given suggestion is to improve nurse s knowledge on MPKP through training program, non-formal or formal education and MPKP implementation evaluation periodically. Keywords : Knowledge assignment method implementation in MPKP, nurse 1 Student of Nursing Study Program Yogyakarta Respati University 2 Lecturer of Nursing Study Program Politeknik Kesehatan Yogyakarta 3 Lecturer of Nursing Study Program Respati University of Yogyakarta 2
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan sehari-hari melakukan kontak dengan pasien. Oleh karena itu sebuah rumah sakit harus mampu memenuhi kebutuhan dan pelayanan yang diperlukan oleh pasien sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi- tingginya (Akhmadi, 2005). Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan, dimana pelayanan keperawatan di lakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan mulai dari proses preventif dan rehabilitatif, dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama untuk memungkinkan setiap masyarakat mencapai kehidupan yang sehat dan produktif yang dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan (Sitorus, 2006). Pergeseran paradigma pelayanan kesehatan di rumah sakit telah terjadi dalam beberapa tahun ini. dari yang tadinya suatu pelayanan yang bersifat publik (dengan subsidi tinggi atau pelayanan gratis) dan yang tadinya bersifat sosial karikatif menjadi suatu pelayanan rumah sakit sebagai komoditi, semacam industri jasa yang harus kompetitif. Untuk pengembangan suatu organisasi rumah sakit tentunya harus didukung sumber daya manusia yang memadai sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal (Sitorus, 2006). Keperawatan sepenuhnya ditangani oleh profesi perawat itu sendiri, maka peran perawat dalam penyelenggaraan menjaga mutu pelayanan sangatlah penting. Perawat merupakan sumber daya manusia yang paling dekat dengan pasien karena intensitas pertemuan antara perawat dengan pasien selama 24 jam. Mengingat begitu pentingnya peran perawat dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan pembenahan pelayanan keperawatan, tentunya perawat itu sendiri harus memiliki pengetahuan dan mampu menguasai teknologi keperawatan serta selalu memandang informasi kesehatan secara up to date dan dengan manajemen yang profesional (Sitorus, 2006). Manajemen keperawatan merupakan pengelolaan aktivitas keperawatan oleh manajer keperawatan melalui kegiatan manajerial terhadap perawat pelaksana dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan kepada pasien/ keluarga / masyarakat secara profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengendalikan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat sesuai kode etik dan standard praktek keperawatan (Sitorus, 2006). Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) sebagai salah satu sistem pemberian asuhan keperawatan yang telah dan sedang dikembangkan di beberapa rumah sakit di Indonesia. Sistem pemberian asuhan keperawatan ini merupakan modifikasi atau gabungan antara model tim dan model perawat primer. 3
Pada tahun 1997 di RSUPN Dr. Cipto Mangun Kusumo telah dikembangkan MPKP, kemudian model ini juga dikembangkan di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta, sejak bulan juni 1999 di beberapa ruang rawat inap percontohan (Nuryandari, 2000). Dengan pengembangan MPKP diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan untuk mewujudkan keperawatan profesional, Murni ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus mempunyai body of knowledge yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktek ke profesian yang di dasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat yang harus dilampaui (Siswono, 2002). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 November 2011, RSUD Wates telah menerapkan MPKP sejak tanggal Januari 2008 dan mulai efektif bulan Februari 2008. MPKP telah diterapkan di semua ruangan rawat inap. Pelatihan tentang implementasi MPKP sudah pernah diadakan di RSUD Wates, namun ada juga yang belum pernah ikut pelatihan. Pelatihan tersebut hanya di wakili oleh satu orang dari masing-masing ruangan. Ini di karenakan perawat yang lain harus tetap menjalankan tugasnya di ruangan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Kepala Ruangan di ruang yang melaksanakan MPKP tentang metode penugasan, kepala ruangan menyatakan di RSUD Wates menerapkan metode Tim Primer,tugas-tugas dari perawat sudah ada pada panduan kerja, meliputi tugas kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana yang meliputi operan jaga, doa bersama sebelum kegiatan. Kepala ruangan di salah satu ruang yang melakasanakan MPKP mengatakan pernah ikut pelatihan MPKP dan setelah mengikuti pelatihan MPKP dan paham tentang konsep penguasan MPKP pihaknya ingin menerapkan metode peugasan MPKP di ruanganya tersebut dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan sumber daya perawat yang profesional. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan metode penugasan dalam model praktek keperawatan professional (MPKP) di RSUD Wates? 3. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Wates. 4
2) Tujuan Khusus a. Teridentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang metode penugasan dalam pelaksanaan MPKP di RSUD Wates. b. Teridentifikasi pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP di RSUD Wates. c. Teridentifikasi keeratan hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP di RSUD Wates. 4. Manfaat Penelitian 1) Teoritis Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu manajemen terutama perawat yang memberi metode penugasan di rumah sakit. 2) Praktis a. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi perawat dan untuk menambah pengetahuan perawat tentang metode penugasan dalam MPKP. b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai salah satu sumber bacaan penelitian dan pengembangan selanjutnya dibidang keperawatan khususnya yang berkaitan dengan manajemen keperawatan.. METODE PENELITIAN 1) Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini variabel pengetahuan perawat dan pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP diteliti pada waktu yang hampir bersamaan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan studi korelasi yaitu penelitian atau penelahaan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini meneliti korelasi antara tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP di RSUD Wates. 2) Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 15 maret sampai 15 April 2012 dan bertempat di RSUD Wates Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini berjumlah 41 orang perawat di ruang dahlia, plamboyan, wijaya kusuma dan edelweise dengan mengunakan teknik total sampling atau sampling jenuh.(arikunto,2002) 3) Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ini meneliti dua variabel yaitu pengetahuan perawat dan variabel pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP. Pengetahuan perawat diartikan Segala informasi yang dimiliki oleh perawat terkait pelaksanaan penugasan dalam Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan 5
pengendalian melalui 20 butir pertanyaan dalam kuesioner. Pelaksanaan metode penugasan adalah yang meliputi tugas ketua tim dan perawat pelaksana. 4) Instrumen Penelitian Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan perawat yang dibuat sendiri dan dilakukan uji validitas kepada 20 orang responden dan validitas di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pengetahuan perawat dikatagorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang dan rendah dengan teknik skoring. pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP ini diukur dengan cek list observasi yang memang menjadi pedoman dari rumah sakit wates,dengan katagori baik, sedang dan rendah. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) HASIL a) Karakteristik Responden Tabel 1 Deskripsi Karakteristik Responden Perawat di RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta (n=41) Karakteristik Frekuensi Persentase Umur 20 30 tahun 16 39,0 31 40 tahun 25 61,0 Jenis kelamin Laki-laki 5 12,2 Perempuan 36 87,8 Pendidikan D III Keperawatan 38 93,4 SI Ners Keperawatan 3 6,6 Lama kerja 1 5 tahun 16 39,0 5 10 tahun 5 12,2 > 10 tahun 20 48,8 Jumlah 41 100,0 Sumber: Data primer 2012 Karakteristik umur responden menunjukkan sebagian besar berumur 31-40 tahun sebanyak 25 orang (61%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (87,8%) dengan tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah D III Keperawatan sebanyak 38 orang (93,4%). Karakteristik lama kerja diketahui sebagian besar telah bekerja > 10 tahun sebanyak 20 orang (48,8%). 6
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang MPKP Perawat di RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase Tinggi 36 87,8 Sedang 5 12,2 Jumlah 41 100,0 Sumber: Data primer diolah 2012 Hasil analisis pada Tabel 2, diketahui sebagian besar perawat mempunyai tingkat pengetahuan kategori tinggi (87,8%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Metode Penugasan Dalam MPKP di RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta Pelaksanaan Frekuensi Persentase Baik 34 82,9 Cukup baik 7 17,1 Jumlah 41 100,0 Sumber: Data sekunder diolah 2012 Hasil analisis pada Tabel 3, diketahui sebagian besar perawat melaksanakan metode penugasan MPKP dalam kategori baik (82,9%) Tabel 4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Metode Penugasan Dalam Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Wates Pengetahuan Pelaksanaan Metode Penugasan MPKP Baik Cukup Total f % f % f % Tinggi 33 80,5 3 7,3 36 87,8 τ p value Sedang 1 2,4 4 9,8 5 12,2 0,623 0,000 Total 33 82,9 7 17,1 41 100,0 Sumber: Data primer diolah 2012 7
2) PEMBAHASAN a. Tingkat Pengetahuan Tentang MPKP Hasil análisis diketahui tingkat pengetahuan perawat tentang MPKP di RSUD Wates sebagian besar dalam kategori tinggi sebesar 87,8%. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa perawat mempunyai tingkat pemahaman yang baik tentang MPKP. Perawat mempunyai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2010). Hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan perawat dalam menjawab pertanyaan kuesioner secara benar. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan terbentuk berdasarkan intensitas penginderaan yang dilakukan terhadap obyek. Pengetahuan tentang MPKP diartikan sebagai hasil tahu dan pemahaman perawat sebagai hasil penginderaan terhadap obyek yang telah dilakukan. MPKP merupakan suatu bentuk sistem pelayanan keperawatan. Hoffart & Woods cit. Nuryandari (2000) menyebutkan bahwa MPKP adalah sistem (stuktur proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberiaan asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan tersebut. MPKP diperlukan agar dapat dicapai kinerja profesional perawat. Pengetahuan MPKP sangat penting dimiliki oleh perawat sebagai dasar implementasi MPKP dalam pelaksanaan tugasnya sebagai perawat. Pengetahuan perawat tentang MPKP terbentuk karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi. Secara teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman dan kebudayaan. Dilihat dari faktor pendidikan diketahui sebagian besar responden berpendidikan D III Keperawatan sebesar 93,4%. Hasil ini dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan responden relevan terhadap profesi yang dijalani. Proses pendidikan yang dijalani oleh responden juga mendukung tercapainya pengetahuan tentang MPKP sehingga dapat terbentuk pengetahuan yang baik tentang MPKP. Sesuai dengan Notoatmodjo (2007) disebutkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Terbentuknya pengetahuan responden perawat juga dipengaruhi oleh faktor umur. Diketahui sebagian besar responden berumur 31 40 tahun sebesar 61%.Semakin bertambahnya usia maka akan mengalami perkembangan secara fisik maupun psikologis. Sesuai dengan Notoatmodjo (2007) disebutkan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek psikologis atau mental sehingga taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. 8
Pada rentang usia 31-40 responden telah mempunyai kematangan emosional dan kemampuan berfikir rasional sehingga mampu menyerap informasi yang diperolehnya dengan baik. Hal ini akan mendukung penguasaan pengetahuan dengan baik. Pengetahuan juga terbentuk dari pengalaman yang dimiliki seseorang. Hasil analisis karakteristik responden diketahui sebagian besar responden telah bekerja > 10 tahun sebesar 48,8%. Hal ini dapat diartikan bahwa perawat telah mempunyai pengalaman kerja yang lama. Pengalaman yang diperoleh selama melaksanakan tugas keperawatan secara langsung akan menambah wawasan dan pengetahuan perawat diantaranya tentang MPKP. Semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak wawasan dan pengetahuan yang dimiliki. Didukung dengan pendapat Notoatmodjo (2007) disebutkan lingkungan pekerjaan menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Seorang perawat sangat perlu untuk mempunyai pengetahuan tentang MPKP. Pengetahuan ini dibutuhkan agar perawat mampu melaksanakan tugas keperawatan berdasarkan MPKP. Pengetahuan dan pemahaman yang benar akan membentuk perilaku yang baik sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010). b. Pelaksanaan Metode Penugasan Dalam MPKP di RSUD Wates Hasil análisis diketahui pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan MPKP di RSUD Wates dalam kategori baik 82,9%. Hasil ini dapat diartikan bahwa perawat telah melaksanakan metode penugasan dalam MPKP dengan baik. Pelaksanaan tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dalam menjalankan tugas keperawatan. MPKP sendiri merupakan sebuah sistem yang dalam pelayanan keperawatan. Hoffart & Woods cit. Nuryandari (2000) menyebutkan MPKP merupakan suatu sistem (stuktur proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan tersebut. Implementasi MPKP dalam pelayanan keperawatan diharapkan memberikan arah untuk mencapai kinerja keperawatan yang baik. Penerapan MPKP di rumah sakit merupakan komitmen manajemen rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang profesional. Sesuai dengan Keliat et al, (2009) menyebutkan MPKP adalah pendekatan manajemen (Manajement Approach) sebagai pilar praktek professional. 9
Komitmen tersebut diwujudkan dalam elemen subsistem MPKP yang diterapkan rumah sakit meliputi nilai-nilai professional, hubungan professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan. Pelaksanaan MPKP yang baik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sitorus (2005) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan MPKP antara lain adalah adanya dukungan dari pimpinan RS dan kepala ruangan, pengetahuan dan komitmen semua perawat dan staf lain, serta kerjasama antar perawat, dengan dokter, atau tim kesehatan lain. Komitmen dari seluruh komponen rumah sakit untuk melaksanakan MPKP merupakan modal dasar tercapainya pelaksanaan MPKP secara profesional. Bagi perawat, kemampuan melaksanakan MPKP dalam tugas keperawatan sangat dipengaruhi oleh pemahaman akan tugas dan kewajibannya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Dalam pelaksanaan metode penugasan MPKP tugas-tugas dari perawat termasuk ketua tim, kepala ruangan maupun perawat pelaksana sudah diatur dalam panduan kerja. Hal selanjutnya adalah mengimplementasikan tugas keperawatan yang ada dalam pedoman MPKP tersebut dalam tindakan nyata melalui pelayanan keperawatan. Pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP sesuai dengan aturan dasar yang ada akan mendukung tercapainya pelayanan keperawatan yang professional. Sesuai dengan Woods cit. Nuryandari (2000) disebutkan penerapan MPKP akan meningkatkan kinerja perawat. c. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Metode Penugasan dalam Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Wates Hasil analisis diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan MPKP di RSUD Wates. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis Kendall Tau diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan p value sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil ini mendukung hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan tingkat keeratan hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dalam kategori kuat dengan nilai koefisien korelasi (τ) sebesar 0,623. Dapat dijelaskan pengetahuan memberikan pengaruh terhadap kemampuan pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP). Besarnya kontribusi pengetahuan terhadap kemampuan pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan MPKP adalah sebesar 38,81%, sedangkan sisanya sebesar 61,19% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti faktor pendidikan, pengalaman kerja, fasilitas pendukung serta pendekatan manajemen. 10
Pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan MPKP merupakan bentuk implementasi nyata yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan tugas keperawatan sesuai dengan aturan dan pedoman yang ada dalam MPKP. Perawat mampu melaksanan tugasnya sesuai dengan pedoman yang ada dalam MPKP, apabila perawat mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang MPKP itu sendiri termasuk pemahaman tentang tugas dan kwajiban yang harus dilakukan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Sesuai dengan Siswono (2002) menyebutkan setiap perawat harus mempunyai body of knowledge yang spesifik agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktek ke profesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Pengetahuan perawat tentang MPKP merupakan dasar yang digunakan oleh perawat dalam melaksanakan tugasnya. Perawat akan bertindak dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang MPKP akan mendukung terlaksananya metode penugasan dalam MPKP. Didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) yang menyebutkan pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan tentang MPKP yang dimiliki perawat berhubungan signifikan dengan pelaksanaan metode penugasan dan pelaksanaan MPKP. Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan hasil dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyawati (2001) dengan hasil penelitian ada hubungan antara persepsi perawat mengenai pelaksanaan MPKP dengan nilai potensi motivasi dan tingkat kepuasan kerja perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (p<0,05). Kesamaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa faktor dari dalam diri perawat termasuk pengetahuan, persepsi maupun motivasi merupakan faktor penting terlaksananya MPKP. Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa sangat penting bagi seorang perawat untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang MPKP. Pengetahuan perawat tentang MPKP akan membentuk pemahaman yang benar tentang tugas dan kewajibannya dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan pedoman yang ada dalam MPKP. Didukung dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2010) disebutkan bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi pembentuk perilaku seseorang. Kesamaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu serta teori yang ada menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan faktor penting dalam pembentuk perilaku yang baik, dengan kata lain untuk membentuk implementasi dan pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan MPKP yang baik harus diawali dengan penguasaan pengetahuan yang baik tentang MPKP oleh perawat. Semakin baik pengetahuan dan pemahaman perawat maka akan semakin baik pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP. 11
KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1. Tingkat pengetahuan perawat tentang metode penugasan dalam pelaksanaan MPKP di RSUD Wates sebagian besar dalam kategori tinggi. 2. Pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP di RSUD Wates sebagian besar dalam kategori baik. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Wates dengan keeratan hubungan yang kuat. b. Saran 1. Bagi Perawat Menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang MPKP dengan mengikuti program pelatihan, pendidikan non formal maupun formal yang diadakan oleh rumah sakit. 2. Bagi Pimpinan RSUD Wates a. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan melaksanakan program pelatihan, pendidikan non formal maupun formal. b. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan metode penugasan MPKP dalam rangka meningkatkan kinerja perawat. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengembangkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pelaksanaan metode penugasan dalam MPKP dengan meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti pengalaman kerja atau tingkat pendidikan sehingga dapat melengkapi hasil penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Keliat et al, 2009, Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa, EGC : Jakarta. Akhmadi, 2005, Faktor Penyebab Dan Dampak Meningkatnya minat masyarakat berobat ke luar negeri, http://www.rajawana,com Sitorus, R., 2006, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit, EGC, Jakarta Putra S, 2002, Pelayanan Kesehatan di Indonesia, Suara Merdeka. Http :// www. Suara merdeka. com // harian//0211/14/kha 1htm. Nuryandari,2000, Pengaruh Implementasi Model Praktek Keperawatan Professional (MPKP) Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Tesis Program Pascasarjana UGM, MMR, Yogyakarta. 12
Siswono, 2002, Model Praktek Keperawatan Profesional di Indonesia, www.gizi.net. Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta Notoatmodjo, S. 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 2, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta Widyawati, 2001, Hubungan antara Persepsi Perawat Mengenai Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional dengan Nilai Potensi Motivasi dan Tingkat Kepuasan Kerja Perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Tesis program Pascasarjana FK UGM, Yogyakarta. 13