BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keutamaan atau dikenal dengan istilah virtue ethics theory Ghilyer dalam Soraya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

ATURAN ETIKA DAN PERILAKU APARAT PENGAWAS INTERN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul dan Syam (2012: 108) menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. intern daerah yang bersangkutan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA).

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu negara. Suatu negara dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan domestik bruto saja tetapi juga mencakup aspek harapan hidup serta pendidikan masyarakatnya (Widodo et al, 2011). Kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Berdasarkan perspektif ekonomi, sisi penting mengenai faktor kesehatan bagi manusia akan berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia itu sendiri (Yatiman, 2012). Widodo et al (2011) menyatakan ada dua sektor yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sehubungan dengan upaya memperluas kesempatan penduduknya untuk mencapai hidup layak yaitu pendidikan dan kesehatan. Untuk itu, sektor kesehatan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Hal ini bisa terwujud melalui alokasi pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan. Dengan meningkatnya alokasi pengeluaran pemerintah di sektor publik tersebut maka akan meningkatkan pula produktivitas penduduk. Peningkatan produktivitas ini akan mampu meningkatkan pembangunan manusia yang selanjutnya dengan sendirinya berdampak pada penurunan angka kemiskinan. Jumlah anggaran di sektor kesehatan tahun 2015 mencapai 71,1 triliun rupiah, untuk Kementerian Kesehatan sendiri memperoleh 47,8 triliun rupiah (www.anggaran.depkeu.go.id). Besarnya anggaran yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan menjadikan adanya peluang untuk disalahgunakan serta diselewengkan. Dalam hal ini, diperlukan pengawasan yang salah satunya dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI adalah unsur pengawas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan dan dipimpin oleh Inspektur Jenderal. Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. 1

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. 2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. 3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Kesehatan. 4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan. 5. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal. Adapun visi dan misi dari Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI adalah: A. Visi: Kementerian Kesehatan yang akuntabel, bersih dan bebas dari KKN. B. Misi: 1) Meningkatnya kualitas pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. 2) Mencegah terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di Kementerian Kesehatan. 3) Meningkatnya peran Inspektorat Jenderal dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan akuntabel. 4) Meningkatnya profesionalisme dan integritas aparatur pengawasan Kementerian Kesehatan. Sebagai perwujudan visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2014 Kementerian Kesehatan RI mendapatkan penghargaan sebagai Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) terbaik, yang diberikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI memperoleh Pengakuan Integritas Tinggi oleh KPK dengan Index 7,41 pada tahun 2013 serta memperoleh nilai B pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (itjen.depkes.go.id). 2

1.2 Latar Belakang Pada umumnya, tidak semua publik memahami hal-hal yang berkaitan dengan jasa yang diberikan suatu profesi. Publik menuntut untuk memperoleh jasa suatu profesi dengan standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bertindak secara profesional. Seorang profesional diharapkan dapat berperilaku pada tingkat yang lebih tinggi dari yang dilakukan oleh sebagian besar anggota masyarakat lain (Arens, 2008: 105). Kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi ditentukan oleh keandalan, kecermatan, ketepatan waktu dan mutu jasa atau pelayanan yang dapat diberikan oleh profesi yang bersangkutan. Tanpa adanya kepercayaan masyarakat maka jasa profesi tersebut tidak akan diminati (Pusdiklatwas BPKP, 2008). Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesinya, karena dengan demikian masyarakat akan terjamin untuk memperoleh jasa yang dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan, (Mulyadi, 2013:50). Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) merupakan aparat yang melakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan Negara yang melakukan pengawasan intern melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. APIP diharapkan mampu memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah, selain itu memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; serta memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, auditor harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas yang tertinggi, obyektif, menjunjung tinggi sikap kerahasiaan, kompeten, serta memiliki komitmen organisasi yang baik. Oleh karena itu APIP harus mendapat dukungan, salah satunya dengan memiliki auditor atau pemeriksa 3

yang profesional dan kompeten, sehingga dibutuhkan suatu standar etika yang harus dijadikan panduan oleh auditor dalam melaksanakan pemeriksaan. Kode etik atau aturan perilaku dibuat untuk menjadi pedoman dalam berperilaku atau melaksanakan penugasan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan memelihara citra organisasi di mata masyarakat (Pusdiklatwas BPKP, 2008). Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menyebutkan bahwa kode etik APIP terdiri dari integritas, objektivitas, kerahasian dan kompetensi. Salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit. Namun dalam pelaksanaan penerapan Kode Etik dalam pelaksanaan penugasan oleh auditor, masih ditemui beberapa fenomena-fenomena terkait kinerja auditor. Fenomena yang pertama, Kementerian Kesehatan mendapatkan opini disclaimer oleh BPK pada tahun 2010, yang menurut Hadi Purnomo (Ketua BPK) disebabkan karena laporan keuangan tidak sesuai SAP, penyajiannya kurang lengkap, ketidakpatuhan perundang-undangan, dan Sistem Pengendalian Internalnya lemah (Hida, news.detik.com, pada 31 Mei 2011). Kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2011 dengan memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian dan pada tahun 2012 memperoleh Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas (itjen.depkes.go.id). Menurut Standar Audit APIP, sistem pengendalian intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efisien dan efektif, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan SPI yang kurang baik oleh unit satuan kerja (SatKer) yang mengelola dana serta penyajian angka dalam laporan keuangan oleh biro keuangan di Kementerian Kesehatan RI merupakan salah satu hal yang mempengaruhi informasi keuangan maupun pengamanan atas kekayaan entitas, 4

yang bersifat material dan mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara serta pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan dan penyusunan anggaran yang dilaksanakan oleh APIP. Selanjutnya, berdasarkan rekap hasil audit tahun 2009-2011 di dalam situs kemendagri.go.id terdapat Kementerian yang rawan korupsi antara lain Kejaksaan Agung, Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian ESDM dalam 5 urutan teratas. Fenomena korupsi di Kementerian Kesehatan seperti yang dinyatakan dalam situs tempo.co (Reviyanto, 27 Januari 2014) yang terjadi selama periode 2001-2013 terdapat 9 kasus, namun telah merugikan Negara sebanyak Rp249,1 Miliar. BPK telah merekomendasikan 659 tindakan untuk menyelamatkan uang Negara, tetapi baru bisa dilaksanakan sebanyak 276 rekomendasi. Kejadian ini harusnya menuntut aparat yang bertugas melakukan pengawasan dan pemeriksaan untuk menemukan adanya indikasi korupsi di Kementerian Kesehatan. Selain itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) Azwar Abubakar menyatakan lemahnya pengawasan internal menjadi sebab banyak pejabat tersangkut kasus hukum seperti korupsi. Menurut beliau, Inspektorat Jenderal seharusnya bersikap kritis jika ada dugaan penyimpangan anggaran. Menurutnya, pelaksana tugas Inspektorat Jenderal daya tawarnya rendah. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) saat ini secara struktural masih belum independen, karena berada di bawah bupati, walikota, gubernur, hingga menteri. Wujud lemahnya posisi inspektorat jenderal terlihat dari rentannya mereka dimutasi saat bersikap kritis atas pemanfaatan uang negara oleh pemimpin organisasi. Pada kesempatan sama, Menteri Keuangan M. Chatib Basri menyatakan berdasarkan penelitian Badan Pemeriksa Kebijakan Pembangunan (BPKP) tahun 2013, APIP yang sudah memiliki infrastruktur memadai untuk menjalankan fungsi konsultatif dan analisis kebijakan masih 5,47 persen. Adapun 93,9 persennya terlalu lemah dan kurang kompeten (Setiawan, bisniskeuangan.kompas.com pada 12 Juni 2014). 5

Apabila pengawasan yang dilakukan oleh APIP kurang baik, salah satunya dapat disebabkan karena adanya tekanan dari pihak yang memiliki kekuasaan. Auditor seharusnya mampu melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas yang tertinggi, obyektif, menjunjung tinggi sikap kerahasiaan, kompeten, serta memiliki komitmen organisasi yang baik agar menciptakan suatu kinerja yang baik. Integritas mengharuskan auditor dalam segala hal, jujur dan terus terang dalam batasan objek pemeriksaan (Mabruri dan Winarna, 2010). Seorang auditor harus bersikap jujur dan transparansi, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan keputusan yang andal bagi pengambilan keputusan, sehingga kualitas audit akan menjadi baik dan kinerja akan menjadi baik (Erina et al, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Erina et al (2012), Soraya (2014), Ariani dan Badera (2015) membuktikan bahwa integritas berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Arini (2010) yang menunjukkan bahwa integritas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain (Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia dalam Agoes, 2012:L5). Semakin tinggi persepsi auditor tentang obyektivitas maka akan menyebabkan nilai kinerja auditor mengalami kenaikan (Arini, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arini (2010), Erina et al (2012), serta Ariani dan Badera (2015) menunjukkan bahwa obyektivitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Namun penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2014) menunjukkan bahwa obyektivitas tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor Auditor hanya mengungkapkan informasi yang diperolehnya kepada yang berhak untuk menerimanya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dengan menjaga prinsip kerahasiaan yang baik maka kinerja audior akan lebih baik (Erina et al, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Erina et al (2012), Ariani dan Badera (2015) menunjukkan kerahasiaan berpengaruh signifikan terhadap 6

kinerja auditor. Namun penelitian yang dilakukan oleh Arini (2010), dan Soraya (2014) menunjukkan bahwa kerahasiaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Menurut Rahayu dan Suhayati (2010:2) kompeten artinya auditor harus mempunyai kemampuan, ahli dan berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Semakin tinggi kompetensi auditor maka nilai kinerja auditor mengalami kenaikan (Arini, 2010). Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arini (2010), Wulandari dan Tjahjono (2011), Erina et al (2012), Sujana (2012), Soraya (2014) serta Ariani dan Badera (2015). Fungsi pengawasan akan lebih efektif dan optimum apabila didukung dengan sikap auditornya karena sikap merupakan media untuk membimbing perilaku auditor. Sikap auditor dapat ditunjukan dari komitmennya pada organisasi untuk meningkatkan kinerja (Marganingsih dan Martani, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wati et al (2010) dan Sujana (2012), menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Tjahjono (2011) komitmen organisasi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Penelitian ini mencoba membuktikan bahwa kode etik APIP dan komitmen organisasi berpengaruh pada kinerja auditor, dengan objek penelitian adalah auditor di Kantor Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI diharapkan menjunjung tinggi kode etik APIP dan komitmen organisasi terhadap kinerjanya. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan serta terdapat inkonsistensi dalam penelitian-penelitian sebelumnya, penulis termotivasi untuk menganalisa pengaruh integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi serta komitmen organisasi terhadap kinerja internal auditor. Penelitian ini mengambil judul Pengaruh Penerapan Integrtias, Obyektivitas, Kerahasiaan, Kompetensi dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Internal Auditor (Studi Kasus pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI). 7

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Bagaimana integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi dan komitmen organisasi pada kinerja internal auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI? 2) Bagaimana pengaruh secara parsial: a. Bagaimana pengaruh integritas terhadap kinerja internal auditor? b. Bagaimana pengaruh obyektivitas terhadap kinerja internal auditor? c. Bagaimana pengaruh kerahasiaan terhadap kinerja internal auditor? d. Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kinerja internal auditor? e. Bagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja internal auditor? 3) Bagaimana pengaruh integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi dan komitmen organisasi secara simultan terhadap kinerja internal auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui dan menganalisis tanggapan responden terkait dengan integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi serta komitmen organisasi pada internal auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2) Untuk membuktikan secara parsial: a. Pengaruh integritas terhadap kinerja internal auditor. b. Pengaruh obyektivitas terhadap kinerja internal auditor. c. Pengaruh kerahasiaan terhadap kinerja internal auditor. d. Pengaruh kompetensi terhadap kinerja internal auditor. e. Pengaruh komitmen organisasti terhadap kinerja internal auditor. 3) Untuk membuktikan integritas, obyektivitas, kerahasiaan kompetensi dan komitmen organisasi secara simultan terhadap kinerja internal auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 8

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari pengembangan pengetahuan dalam penelitian ini, antara lain: 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan terkait kinerja internal auditor serta menambah wawasan mengenai pengaruh integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi serta komitmen organisasi internal auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2) Penelitian ini juga sebagai sarana pengembangan dan penerapan teori ilmu pengetahuan mengenai auditing dan akuntansi sektor publik yang dipelajari selama bangku perkuliahan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh penelitian sejenis untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai kinerja internal auditor. 1.5.2 Aspek Praktis 1) Bagi Internal Auditor Dalam hal ini memberikan masukan kepada internal auditor dalam hal optimalisasi kinerja auditor terkait prinsip-prinsip perilaku dan kode etik APIP yaitu integritas, obyektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi serta komitmen organisasi dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. 2) Bagi Pemerintah Penekitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tambahan mengenai pentingnya pengembangan kualitas aparat pemerintah sehingga kinerja aparat dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi isu penting 9

sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini mengungkapkan dengan jelas, ringkas, dan padat mengenai landasan teori mengenai konsep internal audit, kinerja auditor dan variabel penelitian yaitu variabel integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi serta komitmen organisasi dalam kaitannya dengan kinerja auditor. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), serta teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan keadaan responden yang diteliti, deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen (integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi dan komitmen organisasi) terhadap variabel dependen (kinerja internal auditor). BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran secara kongkrit yang diberikan terkait pengaruh integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi dan komitmen organisasi terhadap kinerja internal auditor. 10