INST-06: PENGEMBANGAN DESAIN TEROWONGAN ANGIN SEDERHANA

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: Wind tunnel, profil kecepatan, intensitas turbulensi, Pitot tube, pressure transduser, difuser, elbow.

ANALISIS KINERJA TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK DENGAN MENGGUNAKAN CONTRACTION CONE POLINOMIAL ORDE 5

PENGEMBANGAN DAN ANALISA KESERAGAMAN ALIRAN TEROWONGAN ANGIN TIPE TERBUKA SEBAGAI SARANA PENGUJIAN AERODINAMIKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

PENGARUH HONEYCOMB SEBAGAI PENYEARAH ALIRAN FLUIDA PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL

II. TINJAUAN PUSTAKA. fluida. Sifat-sifat fluida diasumsikan pada keadaan steady, ada gesekan aliran dan

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempelajari karakteristik aliran udara. Wind tunnel digunakan untuk

ANALISIS PEMILIHAN FAN DAN PERHITUNGAN DAYA MOTOR PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL

Wiwik Sulistyono, Naif Fuhaid, Ahmad Farid (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

PENGARUH JUMLAH BLADE

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Plat Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Tipe Savonius Terhadap Performa Turbin

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin

PENGARUH SUDUT BILAH PADA PERFORMA KIPAS AKSIAL TEROWONGAN ANGIN KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN METODE KOMPUTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN VERTIKAL JENIS SAVONIUS DENGAN VARIASI JUMLAH STAGE DAN PHASE SHIFT ANGLE UNTUK MEMPEROLEH DAYA MAKSIMUM

ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA 50 KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN

14. Department of Energy Reference Brief, USA, Connecting a Small-Scale Renewable Energy System to an Electric Transmission System

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

Simulasi Kincir Angin Savonius dengan Variasi Pengarah

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: F-92

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

Pengembangan Terowongan Angin Kecepatan Rendah (Low Speed Wind Tunnel) Untuk Tujuan Edukatif di Politeknik Negeri Batam

Menghitung Distribusi Tekanan Udara dan Gaya Hambat Kepala Pesawat BOEING

ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

Slamet Rahayu, Muhammad Agus Sahbana, Akhmad Farid, (2014), PROTON, Vol. 6 No 1 / Hal 54-60

Studi Numerik 2D dan Uji Eksperimen tentang Karakteristik Aliran dan Unjuk Kerja Helical Savonius Blade dengan Variasi Overlap Ratio 0,1 ; 0,3 dan 0,5

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

Institut Teknologi Bandung, Bandung, INDONESIA. 2PT Uavindo Nusantara

PENGEMBANGAN PERANCANGAN AIRFOIL SUDU TURBIN ANGIN KECEPATAN RENDAH BERBASIS KOMPUTASI CERDAS

PENGARUH PENGGUNAAN SPOILER PADA MODEL KENDARAAN SEDAN TERHADAP TEKANAN HISAP DALAM TEROWONGAN ANGIN ABSTRAK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 7, No. 7, (2014) 1-6 1

PERHITUNGAN GAYA DRAG PADA BENDA UJI PELAT PERSEGI DATAR MENGGUNAKAN LOW SPEED WIND TUNNEL

PERANCANGAN BILAH TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLT-ANGIN) KAPASITAS 100 KW MENGGUNAKAN STUDI AERODINAMIKA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

PENELITIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA AEROFOIL SUDU SKEA NELAYAN NILA 80

RANCANGAN SISTEM ORIENTASI EKOR TURBIN ANGIN 50 kw

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator

Prosiding SNaPP2015 Sains dan Teknologi ISSN EISSN Subagyo

PERENCANAAN FRONT BUMPER DAN REAR DIFFUSER UNTUK MEREDUKSI COEFFICIENT OF DRAG

LAJU ALIRAN MASSA DAN DEBIT ALIRAN (Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida)

ANALISIS KOEFISIEN DRAG PADA MOBIL HEMAT ENERGI "MESIN USU" DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

Analisis Kecepatan Terminal Benda Jatuh Bebas

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013 PERANCANGAN ALAT UJI GESEKAN ALIRAN DI DALAM SALURAN

3. Lokasi peletakan wind tunnel hendaknya pada tempat tertutup, sehingga gangguan dari luar seperti angin dan hujan tidak mempengaruhi hasil

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

ANALISIS PENGARUH PERPINDAHAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN BATAS PADA PELAT DATAR

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA

Sulistyo Atmadi *), Ahmad Jamaludin Fitroh **) *) Peneliti Pusat Teknologi Penerbangan, Lapan **) Peneliti Kepakaran Aerodinamika, Lapan ABSTRACT

Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Program Studi Teknik Mesin, FakultasTeknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract

KAJI EKSPERIMEN TURBIN ANGIN POROS HORIZONTAL TIPE KERUCUT TERPANCUNG DENGAN VARIASI SUDUT SUDU UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

BAB I PENDAHULUAN. pikiran terlintas mengenai ilmu mekanika fluida, dimana disitu terdapat

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KETINGGIHAN DAN DEBIT AIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO PADA DAERAH TERPENCIL

PENGARUH PEMASANGAN RING BERPENAMPANG SEGIEMPAT DENGAN POSISI MIRING PADA PERMUKAAN SILINDER TERHADAP KOEFISIEN DRAG

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

ANALISIS TEGANGAN PADA SAYAP HORIZONTAL BAGIAN EKOR AEROMODELLING

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD

DINAMIKA FLUIDA II. Makalah Mekanika Fluida KELOMPOK 8: YONATHAN SUROSO RISKY MAHADJURA SWIT SIMBOLON

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

ANALISA PENENTUAN KETINGGIAN KELUARAN AIR PADA POMPA HYDRAM. Istianto Budhi Raharja ABSTRAK

EFEK DEFLEKSI PADA SUDU TURBIN ANGIN TERHADAP KELUARAN DAYA

Analisa Bentuk Profile dan Jumlah Blade Vertical Axis Wind Turbine terhadap Putaran Rotor untuk Menghasilkan Energi Listrik

ANALISIS DAN OPTIMASI SUDU SKEA 5 KW UNTUK PEMOMPAAN

Bab IV Analisis dan Pengujian

BAB I PENDAHULUAN. mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan. relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan.

BAB III SET-UP ALAT UJI

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL

Studi Simulasi dan Eksperimental Pengaruh Pemasangan Plat Bersudut Pada Punggung Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Savonius

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

Pengaruh Variasi Screen terhadap Intensitas Turbulensi Wind Tunnel Tipe Open Circuit Subsonic di Jurusan Teknik Mesin Unesa

BANCANGAN DAN ANALISIS AERODINAMIKA SUDU TURBIN ANGIN KAPASITAS 300 KW

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi aliran fluida

ANALISA AERODINAMIKA PADA SEPEDA DENGAN FORMASI BERIRINGAN DENGAN VARIASI KECEPATAN DAN JARAK ANTAR SEPEDA MENGGUNAKAN CFD FLUENT 6.

KONVERSI ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK DALAM SKALA LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

Transkripsi:

INST-06: PENGEMBANGAN DESAIN TEROWONGAN ANGIN SEDERHANA Christin Stefphanie *, Cecep E. Rustana, Hadi Nasbey Universitas Negeri Jakarta, Gedung FMIPA Jl. Pemuda, Jakarta 13220 * ) Email: christinstefphanie@gmail.com Abstrak Ketelitian dalam penelitian yang memanfaatkan terowongan angin dapat dicapai dengan kondisi aliran dalam terowongan yang berintensitas turbulensi kecil. Dalam penelitian ini dibuat sebuah terowongan angin sirkuit terbuka sebagai pengembangan dari desain terowongan angin yang terdapat di Jurusan Fisika FMIPA UNJ. Penggunaan honeycomb juga dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas aliran angin pada desain pengembangan tersebut. Data kecepatan angin pada waktu tertentu dari terowongan angin desain lama dan baru diambil untuk kemudian diolah menjadi data intensitas turbulensi. Dari kedua nilai intensitas turbulensi tersebut diketahui bahwa desain terowongan angin berpengaruh pada kualitas aliran pada terowongan angin. Kajian tersebut akan membandingkan efektifitas kedua desain terowongan angin terhadap turbulensi. Kata kunci: terowongan angin, intensitas turbulensi, desain, honeycomb 1. Pendahuluan Wind tunnel atau terowongan angin digunakan dalam berbagai macam bidang seperti teknik, fisika, aerodinamika, pertanian, dan kehutanan. Melalui bidang-bidang tersebut, terowongan angin memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Contohnya, desain komponen mobil dan pesawat diuji dengan terowongan angin untuk mengamati hambatan yang diterima objek tersebut karena aliran angin. Selain itu, terowongan angin juga memiliki peran penting dalam bidang energi. Wind turbine sebagai salah satu sumber energi alternatif harus melewati pengujian dengan terowongan angin terlebih dahulu. Dengan simulasi menggunakan terowongan angin, daya output yang mampu dihasilkan oleh wind turbine dapat diketahui. Sedangkan dalam skala kecil, terowongan angin sederhana dapat digunakan sebagai alat uji turbin sederhana dan alat bantu dalam mempelajari dinamika fluida. Sebuah terowongan angin dituntut untuk menghasilkan aliran udara yang seragam atau yang memiliki intensitas turbulensi sekecil mungkin untuk menghindari kesalahan data yang besar. Keberadaan terowongan angin sederhana dengan intensitas turbulensi kecil dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam pengujian aerodinamika dan wind turbine sederhana. Namun terowongan angin komersial yang dapat digunakan untuk edukasi tentunya terlalu mahal untuk dibeli. Sebagai alternatif, terowongan angin sederhana dapat dibuat dengan alat dan bahan yang lebih terjangkau. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap lanjut dari penelitian di Universitas Negeri Jakarta mengenai uji coba wind turbine dengan menggunakan terowongan angin sederhana. Diduga kekurangan dari penelitian sebelumnya adalah tidak tercapainya tingkat intensitas turbulensi aliran angin yang kecil sehingga data yang didapat memiliki nilai kesalahan yang besar. Pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan dari desain terowongan angin sebelumnya. Aliran turbulen atau aliran yang tidak teratur dapat terjadi pada terowongan angin sirkuit terbuka akibat beberapa faktor seperti desain, kehalusan dinding, dan pengaruh aliran di luar sirkuit. Aliran turbulen mengakibatkan pengujian menjadi tidak optimal. Gambar 1. Aliran laminar (atas), aliran transisi (tengah), dan aliran turbulen (bawah). Sumber: Shaughnessy (2005) Untuk meminimalkan intensitas turbulensi, dilakukan redesain dengan tujuan menghasilkan terowongan angin sederhana dengan intensitas turbulensi yang lebih kecil. 347

1.1 Aliran Udara dalam Terowongan Angin Dalam mekanika fluida, aliran dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu aliran laminar, transisi, dan turbulen. Aliran laminar berkaitan dengan pergerakan fluida dalam lapisan-lapisan. Gerak fluida dalam aliran fluida terjadi dengan rapi, biasanya lambat dan tetap, dan secara umum memenuhi syarat untuk observasi, pengukuran, dan prediksi. Namun, aliran laminar jarang ditemui di alam dan dalam praktik. Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Gangguan akan terbentuk ketika kecepatan aliran bertambah atau viskositas berkurang. Gangguan tersebut akan mengakibatkan peralihan aliran. Aliran turbulen ditemukan hampir di setiap aliran di alam dan dalam praktik. Tipe aliran ini terdiri dari gerak fluida yang tidak teratur dan tidak tetap sehingga ia sulit untuk divisualisasikan, diukur, dan diprediksi. Sampai saat ini belum terdapat solusi analitik untuk aliran turbulen dan model komputasi untuk turbulensi masih terbatas aplikasinya. 2. Metode Penelitian Kualitas aliran dalam test section terowongan angin diukur dengan intensitas turbulensi pada area tersebut. Data kecepatan angin pada beberapa titik yang telah ditentukan akan diolah menjadi nilai intensitas turbulensi. Pada setiap titik diambil satu data setiap sepuluh detik hingga jumlah sepuluh data per titik dicapai. Pengukuran kecepatan angin dilakukan dengan menggunakan anemometer digital. Gambar 3. Desain terowongan angin kedua. Terdapat dua desain terowongan angin yang berjenis terowogan angin terbuka. Kedua terowongan angin menggunakan blower dengan kecepatan 1400 rpm. Di bawah ini adalah penjelasan singkat mengenai kedua desain terowongan angin yang diuji. Gambar 2. Desain terowongan angin pertama. Turbulensi mengarah pada fluktuasi kecepatan angin dalam skala waktu yang relatif cepat, biasanya kurang dari 10 menit [Tony Burton et.al., 2001]. Terdapat beberapa penjelasan statistik untuk menjelaskan turbulensi, tergantung pada aplikasinya. Salah satunya adalah intensitas turbulensi. Intensitas turbulensi adalah ukuran dari keseluruhan level turbulensi dan didefinisikan sebagai: (1) di mana adalah standar deviasi dari variasi kecepatan angin dan adalah rata-rata kecepatan angin. Untuk desain terowongan angin yang baik pada umumnya I 0,01. Nilai I terendah yang pernah dicapai pada terowongan angin adalah 0,0002. Sedangkan pada aliran di atmosfer dan sungai didapatkan I 0,1 [Bruce R. Munson et.al., 2002] Desain 1. Terowongan angin pertama adalah terowongan angin desain lama yang terdapat di laboratorium mekanik FMIPA Universitas Negeri Jakarta. Terowongan angin ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu blower pada entry section, corong, dan test section. Dimensi terowongan angin dapat dilihat pada gambar 2. Desain 2. Terowongan angin kedua adalah desain pengembangan dari desain pertama. Terowongan angin terbagi menjadi bagian blower pada entry section, honeycombs, contraction section, test section, dan diffuser. Dimensi terowongan angin dapat dilihat pada gambar 3. Penggunaan honeycombs diharapkan mampu menyeragamkan arah dan kecepatan angin dari blower. Honeycombs yang digunakan memiliki bentuk penampang lingkaran dengan perbandingan diameter dan panjang sebesar 1:8. Sedangkan contraction section dan diffuser diharapkan mampu menstabilkan aliran di dalam test section. 348

Data kecepatan angin diambil dengan anemometer digital pada 9 titik di masing-masing test section terowongan angin, seperti pada gambar 4. Data yang didapat dari masing-masing terowongan angin kemudian diolah dalam persamaan (1). Dari hasil tersebut dianalisis kualitas aliran yang terdapat pada kedua desain terowongan angin. Gambar 4. Titik pengambilan data kecepatan angin. g3. Hasil dan Pembahasan Pada setiap titik pengambilan data di test section, diambil 10 data kecepatan angin dengan selang 10 detik untuk setiap data. Titik ditentukan pada koordinat tertentu dengan tujuan mewakili keseluruhan area test section terowongan angin. 3.1 Hasil Desain 1 Data kecepatan angin diambil pada 9 titik di area test section desain 1 dengan koordinat sebagai berikut: Tabel 1. Koordinat titik pengambilan data terowongan angin desain 1. Titik Koordinat a b c d e f g h i x -52 0 52-52 0 52-52 0 52 y 52 52 52 0 0 0-52 -52-52 Kemudian hasil data kecepatan angin yang diperoleh pada titik-titik tersebut adalah: Tabel 2. Data kecepatan angin pada test section terowongan angin desain 1. V angin (m/s) No. a b c d e f g h i 1. 1.6 2.4 2.4 0.4 9.2 2 3.2 3.7 4 2. 1.2 2.1 1.5 0.5 9.7 0.5 2.5 4.5 2.4 3. 1.9 2 1.1 0.2 9.7 1.1 3.4 3.2 3 4. 1.7 1.7 2 0.4 9.6 1 3 4.1 4.3 5. 1.9 1.5 3.5 0.3 9.8 1.6 2.5 3.2 3 6. 0.6 2.1 2.2 0.4 9.9 2 2.8 3.7 3.6 7. 0.9 1.9 2.3 0.5 9.8 2.2 2.1 5.8 2.9 8. 1 1.6 1.5 0.2 10 1.5 2.8 5 4.7 9. 1.5 1.6 1.6 0.2 8.9 1.9 3.2 5.4 4.2 10. 1.1 2 2.3 0.2 9.8 1.4 2.5 4 3.4 Dari data di atas dapat dilihat perubahan kecepatan angin yang cukup signifikan pada beberapa titik pengambilan data. Perubahan ini terjadi pada satu titik yang sama dan antar titik yang berbeda. Perubahan nilai kecepatan angin yang besar mengindikasikan adanya turbulensi yang besar pula. Untuk membuktikan besarnya intensitas turbulensi, data kecepatan angin di atas diolah ke dalam persamaan (1). Pada terowongan angin desain 1 diperoleh nilai dan. Sehingga didapatkan nilai intensitas turbulensi. Perubahan kecepatan angin di sekitar titik pusat (e) diperkirakan terjadi akibat bentuk corong yang menyebabkan angin mengalami pengurangan kecepatan. Seperti yang diketahui dalam persamaan kontinuitas, kecepatan aliran fluida berbanding terbalik dengan luas penampang. Selain itu pusaran angin yang dihasilkan blower tidak dapat disearahkan akibat ketiadaan honeycombs atau sekat. Hal ini menyebabkan turbulensi yang cukup besar pada test section terowongan angin desain 1. 3.2 Hasil Desain 2 Data kecepatan angin diambil pada 9 titik di area test section desain 2 dengan koordinat sebagai berikut: Tabel 3. Koordinat titik pengambilan data terowongan angin desain 2. Titik Koordinat a b c d e f g h i x -16 0 16-16 0 16-16 0 16 y 13 13 13 0 0 0-13 -13-13 Kemudian hasil data kecepatan angin yang diperoleh pada titik-titik tersebut adalah: Tabel 2. Data kecepatan angin pada test section terowongan angin desain 2. V angin (m/s) No. a b c d e f g h i 1. 10.1 10.9 11.4 13.2 8 13.1 11.8 11.3 10 2. 10 10.8 11.3 12.9 8.1 13.3 11.9 11.2 10.1 3. 10 10.9 11.3 13 8.1 13.2 12 11.4 10.2 4. 10.1 10.9 11.3 12.5 8.2 13.3 11.7 11.4 10.2 5. 10 10.9 11.1 12.9 8.8 13.2 12 11.3 10.4 6. 10.2 10.8 11.2 12.9 7.9 13.3 11.9 11.1 10.2 7. 10 11 11.3 12.9 8 13.2 11.9 11.3 10 8. 10.2 11 11.1 12.9 8.2 13.3 11.9 11.2 10.2 9. 10 11 11.5 13 8.1 13.3 11.8 11.1 10.2 10. 10.1 11.1 11.6 12.9 8.1 13.3 11.9 11.2 10.1 349

Perubahan nilai kecepatan angin pada titik yang sama maupun antar titik berbeda juga terlihat pada data desain 2. Namun perubahan yang terjadi tidak sebesar data desain terowongan angin 1. Seperti yang diketahui sebelumnya, aliran laminar sangat sulit ditemui di alam dan dalam praktik. Data kecepatan angin di atas juga diolah ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai intensitas turbulensi. Untuk terowongan angin desain 2 didapat nilai dan. Sehingga didapatkan nilai intensitas turbulensi Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan honeycombs mampu mengurangi turbulensi aliran angin. Selain itu adanya contraction section dan diffuser membantu menstabilkan aliran angin di dalam test section. Berkurangnya kecepatan angin pada titik pusat (e) diperkirakan terjadi akibat posisinya yang sejajar dengan pusat blade pada blower atau pusat pusaran aliran angin. 4. Kesimpulan Pada penelitian ini telah dibuat sebuah terowongan angin hasil pengembangan dari terowongan angin yang terdapat di Laboratorium Mekanik Jurusan Fisika FMIPA UNJ. Desain lama atau desain 1 terdiri dari blower pada entry section, corong, dan test section. Sedangkan desain baru atau desain 2 terdiri dari blower pada entry section, honeycombs, contraction section, test section, dan diffuser. Data kecepatan angin masing-masing terowongan angin diambil pada 9 titik berbeda dengan tujuan mewakili keseluruhan area test section terowongan angin. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan anemometer digital. Nilai intensitas turbulensi diperoleh untuk desain 1, sedangkan nilai diperoleh untuk desain 2. Hasil ini membuktikan bahwa desain pengembangan dan penggunaan honeycombs mampu menstabilkan aliran angin pada test section dan memperkecil intensitas turbulensi. Nilai intensitas turbulensi yang lebih kecil dapat membantu pengujian yang menggunakan terowongan angin karena kesalahan yang dihasilkan relatif lebih kecil. Ucapan Terimakasih Terima kasih kepada Jurusan Fisika FMIPA UNJ sebagai pemberi dana penelitian dan mahasiswa prodi Fisika 2010 FMIPA UNJ atas segala bentuk batuannya sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. Gambar5. Terowongan angin 1. Walaupun aliran laminar sulit didapatkan, aliran dengan intensitas turbulensi yang kecil dapat dicapai untuk memperkecil kesalahan dalam penelitian yang menggunakan terowongan angin. Dalam percobaan ini terbukti bahwa penggunaan honeycombs dan pengembangan desain menjadi bagian-bagian seperti entry section, honeycombs, contraction section, test section, dan diffuser mampu menstabilkan aliran di dalam terowongan angin dan memperkecil intensitas turbulensi. Gambar 6. Terowongan angin 2. Daftar Acuan Bruce R. Munson, Donald F. Young, Theodore H. Okiishi. Fundamentals of Fluid Mechanics. Chicester, John Wiley & Sons (2002), p. 464. Edward J. Shaughnessy, Jr., Ira M. Katz, James P. Schaffer. Introduction to Fluid Mechanics. New York, Oxford University Press (2005), p. 104. John F. Douglas et.al. Fluid Mechanics. 5th ed. Harlow, Pearson Education Limited (2005). J.P. Bitog et.al., A wind tunnel study on aerodynamic porosity and windbreak drag, Forest Science and Technology. 7:1 (2011), p. 8-16. Mehta, R.D., P Bradshaw. Design rules for small lowspeed wind tunnels, The Aeronautical Journal of The Royal Aeronautical Society. (1979), p. 443-449. Manshadi, Motjaba Dehghan & Prof. Jorge Colman Lerner (Ed). Wind Tunnels and Experimental Fluid Dynamics Research. Rijeka, Intech (2011), p. 261-278. Natalia, Kristin. 2012. Studi Uji Coba Wind Turbine dengan Menggunakan Wind Tunnel Sederhana. Skripsi Program Studi Fisika. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. 350

Tony Burton et.al. Wind Energy Handbook. Chicester, John Wiley & Sons (2001), p. 17. Vinayak Kulkarni, Niranjan Sahoo, Sandip D. Chavan, Simulation of honeycomb-screen combination for turbulence management in a subsonic wind tunnel, Journal of Wind Engineering and Industrial Aerodynamics. 99 (2010), p. 37-45. 351