PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB III METODE PENELITIAN

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Stara I pada K

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

INTISARI POLA PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA DEPO GERIATRI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016

4. Tiazolidindion Insulin VI. Komplikasi Diabetes B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III Metodologi Penelitian...

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

Wawang Anwarudin 1, Dedin Syarifuddin 2 * Akademi Farmasi Muhammadiyah Kuningan *

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

AZIMA AMINA BINTI AYOB

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

KOMBINASI OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN ASKES DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

Transkripsi:

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis Kusumawati Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Puwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202, Purwokerto 53182 ABSTRAK Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara langsung namun dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengetahui persentase penggunaan antidiabetika pada pasien geriatri penderita diabetes melitus di instalasi rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data secara retrospektif. Bahan penelitian yang digunakan adalah catatan rekam medik pasien. Analisis data dilakukan dengan membandingkan data dengan buku-buku standar seperti Geriatric Dosage Handbook : Monitoring, Clinical Recommendation, and OBRA Guidelines tahun 2002 dan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antidiabetika yang rasional sebanyak 25% dan yang tidak rasioanal sebanyak 75%. Total kriteria pengobatan rasional kategori tepat obat sebanyak 8 pasien (42,11%), tepat indikasi sebanyak 8 pasien (42,11%), tepat dosis sebanyak 19 pasien (100%), dan tepat pasien sebanyak 11 pasien (57,89%) dari 19 pasien geriatri penderita diabetes melitus. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masih banyak pengobatan pasien geriatri penderita diabetes melitus yang tidak rasional di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng. Kata kunci: rasionalitas, antidiabetika, geriatri, diabetes melitus ABSTRACT Diabetes Mellitus is a chronic disease that does not cause death directly but it can be fatal if there is no appropriate management. This study aims to evaluate and find out the percentage of antidiabetika using on geriatric patient with diabetes mellitus in inpatient installation PKU Muhammadiyah Hospital Sruweng. This research is descriptive with collecting the data method retrospectively. The material of the research used a medical record of the patient. The analysis of the data was performed by comparing the data with standard books such as Geriatric Dosage Handbook: Monitoring, Clinical Recommendation, and OBRA Guidelines 2002 and Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. The result of the study showed that 25% for the rational of antidiabetika using and 75% for irrational. The total criteria of rational treatment for appropriate drug category as many as 8 patients (42,11%), 8 patients (42,11%) for appropriate indication, 19 patients (100%) for appropriate dosage and 11 patients (57,89%) of 19 geriatric with diabetes mellitus for appropriate patient. 100

Based on the result of research, it can be concluded that the treatment of geriatric patients with diabetes mellitus still irrational in PKU Muhammadiyah Hospital Sruweng. Key words: rationality, antidiabetics, geriatric, diabetes mellitus Pendahuluan Berdasarkan data WHO, lebih dari 171 juta penduduk dunia menderita diabetes melitus dan angka ini diperkirakan meningkat dua kali lipat menjadi 366 juta penduduk pada tahun 2030. WHO juga memperkirakan, lebih dari 8,4 juta penduduk Indonesia menderita diabetes melitus dan angka ini bisa meningkat dua kali lipat menjadi 21,3 juta penduduk pada tahun 2030 (WHO, 2007). Menurut penelitian epidemiologi di Indonesia, prevalensi diabetes melitus pada pasien geriatri adalah 15,9% 32,73%. Ini adalah angka di rumah sakit pada berbagai pusat pendidikan di Indonesia. Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga meningkat (Ikram, 1999). Banyaknya obat yang diresepkan untuk pasien geriatri akan menimbulkan masalah termasuk polifarmasi, peresepan yang tidak tepat dan ketidakpatuhan. Setidaknya 25% obat yang diresepkan untuk pasien geriatri tidak efektif (Press, 2003). Pola pengobatan pada pasien geriatri memerlukan perhatian khusus karena berbagai faktor yaitu faktor fisiologis, penurunan daya tahan tubuh pada usia lanjut, farmakokinetik dan farmakodinamik yang terkait dengan bertambahnya usia (Press, 2003). Faktorfaktor tersebut jika tidak diperhatikan dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan karena terjadi perubahan efek terapi obat. Namun hal tersebut kurang mendapat perhatian dari para praktisi medik sehingga pola pengobatan pada geriatri seringkali kurang rasional (Mustofa, 1995). Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang rasionalitas penggunaan antidiabetika pada pasien geriatri penderita diabetes melitus di instalasi rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng. Metode Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Pengambilan data menggunakan metode 101

retrospektif. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai rasionalitas penggunaan antidiabetika pada pasien geriatrik penderita diabetes melitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng tahun 2010. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di instalasi rekam medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng. Subjek Penelitian Populasi adalah seluruh pasien diabetes melitus di instalasi rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng tahun 2010. Sampel adalah pasien dengan diagnosa yang sesuai kriteria inklusi (kasus diabetes melitus, geriatri) yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng tahun 2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampel (Nawawi, 2007). Kriteria inklusi meliputi: a. Pasien didiagnosa diabetes melitus yang tertulis pada rekam medik pasien b. Kasus yang diambil adalah kasus terakhir selama tahun 2010 yang tercatat pada rekam medik. Kriteria eksklusi meliputi: Kasus sebelum kasus terakhir pada pasien yang tercatat pada kartu rekam medik. Batasan Variabel Operasional Batasan variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Diabetes melitus adalah keadaan kronis yang terjadi ketika pasien mengalami gejala klasik seperti poliuria, polidipsia dan polifagia dengan kadar glukosa darah sewaktu 200mg/dl (11.1 mmol/l). 2. Pasien adalah pasien geriatri berusia 60 tahun penderita Diabetes Melitus di Instalansi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng periode tahun 2010. 3. Obat yang diidentifikasi adalah antidiabetika yang diberikan kepada pasien geriatri penderita dibetes melitus selama dirawat di Instalansi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng periode tahun 2010. 4. Periode tahun 2010 dimulai pada tanggal 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2010. 5. Rumah sakit adalah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng. c. Pasien geriatri (Usia 60 tahun) 102

6. Kriteria rasionalitas meliputi: tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis. 7. Tepat indikasi adalah obat diresepkan berdasarkan kondisi medis pasien dan secara farmakologis terbukti menjadi pilihan terbaik bagi pasien. 8. Tepat dosis adalah dosis, frekuensi dan lama pemberian obat yang tepat atau sesuai dengan yang telah ditetapkan di buku standar. 9. Tepat obat adalah obat yang digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan di buku standar dan merupakan terapi lini pertama. 10. Tepat pasien adalah pengobatan yang sesuai dengan kondisi pasien dan tanpa kontraindikasi pasien dengan obat yang digunakan. 11. Buku acuan yang digunakan untuk menentukan tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis adalah: a. Geriatric Dosage Handbook : Monitoring, Clinical Recommendation, and OBRA Guidelines, edisi ketujuh, oleh Semla et al tahun 2002. b. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia oleh PERKENI tahun 2006. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengambilan sampel Proses pengambilan sampel dimulai dari observasi laporan unit rekam medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng. Berdasarkan laporan unit rekam medik diperoleh buku jumlah kasus tiap bulan kemudian dilakukan pencatatan dan pengelompokan sehingga diketahui jumlah pasien geriatri dengan diagnosa diabetes melitus yang dirawat di instalasi rawat rumah sakit PKU Muhammadiyah Sruweng tahun 2010. Kemudian dilakukan pencarian dan pencatatan nomor rekam medik yang diperoleh dari buku daftar kunjungan rawat inap yang akan digunakan untuk pencarian nomor rekam medik pasien geriatri penderita diabetes melitus. Pencatatan data rekam medik dilakukan dalam lembar laporan. Pendataan mencakup nomor kasus, jenis kelamin, umur, tanggal masuk dan keluar rumah sakit, lama tinggal di rumah sakit, status keluar pasien, kadar glukosa darah, jenis obat yang diresepkan bersama regiman dosis, aturan pakai, cara pemberian, lama pemberiannya dari pasien dengan diagnosa diabetes melitus dan data laboratorium. 103

2. Analisis data Data yang dianalisis adalah data pengobatan antidiabetika yang diberikan dokter kepada pasien geriatri penderita diabetes melitus di instalasi rawat inap rawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng tahun 2010. Data yang diperoleh meliputi nomor kasus, jenis kelamin, umur, tanggal masuk dan keluar rumah sakit, lama tinggal di rumah sakit, status keluar pasien, tekanan darah, jenis obat yang diresepkan bersama regiman dosis, aturan pakai, cara pemberian, dan lama pemberiannya serta data laboratorium. Analisis Data Buku-buku standar yang digunakan untuk analisis Rasionalitas penggunaan antidiabetika menggunakan: a. Geriatric Dosage Handbook : Monitoring, Clinical Recommendation, and OBRA Guidelines, edisi ketujuh, oleh Semla et al tahun 2002. b. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia oleh PERKENI 2006. Data yang diperoleh diidentifikasi dan dianalisis meliputi: a. Karakteristik pasien meliputi jenis kelamin, umur, klasifikasi kadar glukosa darah, dan komplikasi. b. Karakteristik obat menurut jenis obat dan pengelompokan obat tiap golongan. c. Identifikasi rasionalitas penggunaan antidiabetika mencakup tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat pasien. Pembahasan Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan penelitian, ada 50 kasus pasien geriatri penderita diabetes melitus yang di rawat inap. Dari hasil penelusuran diperoleh 19 kasus sebagai bahan penelitian karena beberapa kartu rekam medik masih aktif. Adapun jumlah pasien geriatri penderita diabetes melitus yang paling sedikit terjadi pada bulan maret yaitu 0%. Sedangkan jumlah pasien yang paling banyak terjadi pada bulan juli, agustus, dan november yaitu sebanyak 3 pasien (15,79%). 1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan pasien perempuan lebih banyak yang menderita diabetes melitus yaitu sebanyak 11 pasien (57,89%) dibandingkan pasien laki-laki yaitu 104

sebanyak 8 pasien (42,11%). Adanya peningkatan kejadian diabetes melitus pada perempuan disebabkan perempuan cenderung rentan terhadap stres sehingga memacu peningkatan TIK (Tekanan Intra Karnial) yang mempengaruhi kerja kelenjar endokrin khususnya sel beta pankreas sehingga terjadi penurunan sekresi insulin (Subekti, 2002). 2. Distribusi pasien berdasarkan umur Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 12 pasien (63,16%) berumur antara 60-74 tahun dan 7 pasien (36,84%) berumur antara 75-90 tahun dari total pasien sebanyak 19 pasien. Akibat proses menua banyak pasien geriatri dengan pengaturan diet glukosa yang rendah mengalami penyusutan sel-sel beta pankreas secara progresif serta penumpukan amiloid di sekitar sel-sel beta pankreas. Selain itu kepekaan reseptor menjadi menurun. Hipofungsi sel-sel beta ini bersama resistensi insulin yang meningkat akan mengakibatkan glukosa darah meningkat (Tjay dan Rahardja, 2007). 3. Distribusi pasien berdasarkan kadar glukosa darah Berdasarkan hasil penelitian terdapat 19 pasien (100%) menderita diabetes melitus. Pasien yang menderita diabetes melitus ini ditandai oleh gejala klasik yaitu poliuria, polifagi, dan polidipsi disertai dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl (Gunawan, 2007). 4. Distribusi pasien berdasarkan komplikasi Pada penelitian ini sebanyak 10 pasien (52,63%) disertai komplikasi sedangkan sebanyak 9 pasien (47,37%) tanpa komplikasi. Komplikasi yang paling banyak ditemukan adalah hipertensi yaitu 5 kasus (50%). Hipertensi pada penderita diabetes melitus dapat merusak atau memberi lesi pada sel endotel. Kerusakan sel endotel ini akan memudahkan terjadinya angiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosis (Waspadji, 1999). Identifikasi Kriteria Pengobatan Yang Rasional Identifikasi rasonalitas terapi ( tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan tepat pasien ) dengan konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 dan geriatric dosage handbook. Jumlah pasien geriatri penderita diabetes melitus tanpa komplikasi sebanyak 9 pasien sedangkan untuk pasien geriatri penderita diabetes 105

melitus dengan komplikasi sebanyak 10 pasien. 1. Diabetes melitus tanpa komplikasi a. Tepat Obat Hasil penelitian di atas menunjukan bahwa pasien yang memenuhi kriteria ketepatan obat sebanyak 3 kasus (33,33%) sedangkan pasien yang tidak memenuhi kriteria ketepatan obat sebanyak 6 kasus (66,67%). b. Tepat Indikasi Penggunaan antidiabetika yang memenuhi kriteria tepat indikasi sebanyak 3 (33,33%) pasien sedangkan yang tidak memenuhi kriteria tepat indikasi sebanyak 6 (66,67%) pasien. c. Tepat Dosis Berdasarkan data yang telah dianalisis dapat diketahui bahwa penggunaan antidiabetika yang memenuhi kriteria tepat dosis sebanyak 9 (100%) pasien. d. Tepat Pasien Jumlah pasien yang menerima terapi antidiabetika yang memenuhi kriteria tepat pasien sebanyak 6 (66,67%) pasien sedangkan yang tidak tepat pasien sebanyak 3 (33,33%) pasien. 2. Diabetes melitus dengan komplikasi a. Tepat obat Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus yang memenuhi kriteria tepat obat sebanyak 5 (50%) pasien sedangkan yang tidak memenuhi kriteria tepat obat sebanyak 5 (50%) pasien. b. Tepat indikasi Berdasarkan data yang telah dianalisis dapat diketahui bahwa penggunaan antidiabetika yang memenuhi kriteria tepat indikasi sebanyak 5 (50%) pasien sedangkan yang tidak memenuhi kriteria tepat indikasi sebanyak 5 (50%) pasien. c. Tepat dosis Berdasarkan data yang telah dianalisis disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetika yang memenuhi kriteria tepat dosis sebanyak 11 (100%) pasien. d. Tepat Pasien Penggunaan antidiabetika yang memenuhi kriteria tepat pasien sebanyak 6 kasus (60%) sedangkan yang tidak memenuhi kriteria tepat pasien sebanyak 4 (40%) pasien. Rasionalitas Penggunaan Antidiabetika Penelitian rasionalitas penggunaan antidiabetika pada pasien geriatri penderita diabetes melitus di instalasi rawat inap rumah sakit PKU 106

Muhammadiyah Sruweng tahun 2010 terdapat 19 kasus yang diperoleh dari rekam medik dengan hasil adalah tepat obat sebanyak 8 kasus (42,11%), tepat indikasi sebanyak 8 kasus (42,11%), tepat dosis sebanyak 19 kasus (100%), dan tepat pasien sebanyak 11 kasus (57,89%). geriatri di rumah sakit PKU Muhammadiyan Sruweng tahun 2010 sebagian besar mendapatkan pengobatan diabetes melitus yang tidak rasional karena tidak memenuhi kriteria 4 tepat (Tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien). Dampak dari pengobatan yang tidak rasional antara lain dampak pada mutu terapi obat dan perawatan medik serta dampak psikologis (Siregar, 2004). Gambar 1. Persentase pengobatan yang tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien Gambar 2. Persentase terjadinya pengobatan yang rasional dan tidak rasional Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa jumlah pasien yang mendapatkan pengobatan antidiabetika yang rasional sebanyak 7 kasus (36,84%) sedangkan yang tidak rasional sebanyak 12 kasus (63,16%). Jumlah pasien Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Rasionalitas Penggunaan Antidiabetika pada Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyan Sruweng Tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengobatan diabetes melitus yang rasional di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Sruweng sebanyak 7 kasus (36,84%) sedangkan yang tidak rasional sebanyak 12 kasus (63,16%). 2. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria tepat obat sebanyak 8 pasien (42,11%) dari 19 pasien. 107

3. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria tepat indikasi sebanyak 8 pasien (42,11%) dari 19 pasien. 4. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria tepat dosis sebanyak 19 pasien (100%) dari 19 pasien. 5. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria tepat pasien sebanyak 11 pasien (57,89%) dari 19 pasien. Dalam penelitian ini kriteria rasionalitas hanya dilihat dari ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan dosis, dan ketepatan pasien padahal ada beberapa kriteria lainnya yang menentukan rasionalitas pengobatan dikarenakan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Daftar Pustaka Gunawan, S. G. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ikram. 1999. Pengobatan Diabetes Melitus pada Usia Lanjut dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mustofa. 1995. Pemakaian obat pada usia lanjut. Buletin ISFI Yogya, Vol.2 No. 2, Hal 1-3. Nawawi, H. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University press. PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Press, M. 2003. Penggunaan Obat pada Lanjut Usia dalam Aslam,M; Tan,C.K&Prayitno,A., Farmasi Klinis; Menuju Pengobatan yang Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta : Gramedia. Semla, T. P. et al. 2002. Geriatric Dosage Handbook: Monitoring, Clinical Recommendation, and OBRA Guidelines, 7th edition. Hudson : Lexi-Comp Inc. Subekti, I. 2002. Komplikasi akut diabetes melitus dalam S. Soegondo. P. Soewondo, & I. Subekti. (Eds). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tjay, T dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat penting khasiat, penggunaaan, dan efek-efek sampingnya edisi V cetakan kedua. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Waspadji, S. 1999. Komplikasi Angiopati dan Mikroangiopati dalam : Noer, dkk, editors, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. WHO. 2007. Diabetes, (online). (www.who.int/diabetes/en/ diakses pada tanggal 23 Januari 2011). 108