BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan terhadap harta kekayaan manusia yang diatur di dalam Kitab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. laku manusia agar dapat terkontrol, selain itu hukum juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencurian kendaraan bermotor semakin marak terjadi di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang, dengan tujuan pokok untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

Kajian yuridis terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak geng nero (studi kasus di Pengadilan Negeri Pati)

BAB I PENDAHULUAN. hukum, karena pendahan diperoleh dengan cara kejahatan, dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tidak mendapat kepastian hukum setelah melalui proses persidangan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan. Meskipun pengaturan tentang kejahatan di Indonesia sudah sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dewasa ini pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang, tidak terkecuali pembangunan dalam bidang hukum sebagai wujud reformasi di bidang hukum itu sendiri. Hal ini tentunya dimaksudkan antara lain untuk lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. Kendaraan bermotor merupakan sarana transportasi vital yang merupakan barang berharga yang semakin banyak pemiliknya maupun yang ingin memilikinya. Semakin banyak jumlah kendaraan bermotor tentu membawa konsekuensi yang semakin besar akan rangsangan pencurian terhadap kendaraan bermotor itu sendiri. Penyebab pencurian kendaraan bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan peluang atau kemudahan. Misalnya, kelengahan pemilik, tidak adanya kunci pengaman dan juga adanya penadah hasil kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Arus perkembangan dan pembangunan masyarakat membawa perubahan sosial termasuk perubahan nilai, sikap dan tingkah laku. Hal ini menyebabkan pula adanya perubahan yang tadinya dipandang sebagai bukan kejahatan menjadi perbuatan yang dipandang sebagai kejahatan yang perlu dijatuhi hukuman pidana. Perbuatan-perbuatan pidana yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya, sebagaimana adanya sekarang ini, seperti kejahatan 1

2 dalam dunia maya, manipulasi dokumen import dan eksport, kejahatan koorporasi, perbankan dan lain sebagainya. Sebaliknya ada perbuatan yang tadinya tergolong perbuatan yang diancam pidana, menjadi perbuatan yang dipandang bukan sebagai perbuatan pidana. 1 Seiring dengan perkembangan zaman, maka perbuatan yang tadinya bukan merupakan tindak pidana melawan hukum, karena tidak adanya aturan hukum yang mengaturnya, menjadi perbuatan melawan hukum. Misalnya, mempertontonkan alat kontrasepsi di depan banyak orang. Dahulu perbuatan tersebut dipandang sebagai perbuatan pidana,tetapi kini bukan merupakan tindak pidana. Kejahatan dapat diartikan secara kriminologis dan yuridis. Kejahatan dalam arti kriminologis yaitu perbuatan manusia yang menodai norma-norma dasar dan masyarakat. 2 Hal ini dimaksudkan sebagai perbuatan yang menyalahi aturan-aturan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, yang membawa akibat dari perbuatan tersebut, sehingga dalam proses penyelesaian tindak pidana kejahatan tersebut dibutuhkan suatu pendekatan dari beberapa ilmu, antara lain ilmu sosiologi atau ilmu psikologi, dengan maksud untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya suatu tindak kejahatan. Salah satu contoh kejahatan tindak pidana adalah penggelapan yang diatur dalam Pasal 372 sampai 377 KUHP dan penadahan yang diatur dalam Pasal 480 KUHP yang berisi tentang penadahan kendaraan bermotor hasil kejahatan. Selain itu pada Pasal 481 KUHP membuat kebiasaan dengan 1 A.Z. Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta 1983, hal 35. 2 Soedjono Dirdjosisworo, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Alumni, Bandung, 1986, hal 32.

3 sengaja membeli, menerima gadai, menyimpan atau menyembunyikan benda yang diperoleh karena kejahatan. Pada saat ini sering terjadi kasus pencurian kendaraan bermotor. Hasil dari pencurian tersebut kemungkinan langsung dijual kepada orang lain dan diserahkan kepada seseorang yang dikenal sebagai penadah. Dalam hal ini penadah mempunyai peranan yang sangat besar. Banyaknya kasus penggelapan kendaraan bermotor, tidak lepas dari peran seorang penadah. Selain itu peran aparat penegak hukum sangat berpengaruh terhadap sedikit banyaknya kasus penadah dan pencurian kendaraan bermotor. Misalnya dalam hal penjatuhan hukuman bagi seorang penadah yang biasanya dikenakan hukuman penjara tiga bulan, padahal dalam KUHP ancaman hukumannya empat tahun atau seorang pencuri dijatuhi hukuman penjara lima bulan sementara dalam KUHP ancaman maksimalnya lima tahun. Hal yang demikian membuat kasus penggelapan dan penadahan tidak akan berkurang, disisi lain bila pelaku tertangkap hanya dijatuhi hukuman yang relatif ringan bila dibandingkan dengan keuntungan ekonomi yang diperolehnya. Tindak pidana penadahan merupakan tindakan yang dilakukan setelah selesai suatu tindakan pidana terhadap kekayaan yaitu mengenai barang yang diperoleh dengan jalan kejahatan. Dapat dikatakan menolong atau mempermudah kejahatan itu sekedar si pelaku kejahatan dapat mengharapkan bahwa barang yang telah dicuri, dirampas atau digelapkan atau diperoleh

4 dengan penipuan, akan ditampung oleh seorang penadah dimana akan mempersulit pengusutan kejahatan yang bersangkutan. 3 Kejahatan penggelapan mobil dari perusahaan rental mobil dewasa ini cukup banyak terjadi. Ada beberapa resiko yang biasanya menimpa bisnis rental mobil, diantaranya pelanggan tidak membayar uang sewa mobil, kecelakaan yang membuat kerusakan berat pada mobil, dan resiko paling buruk yang dapat menimpa adalah kehilangan mobil akibat digadaikan atau mobil digunakan untuk kejahatan. Modus yang dilakukan pelaku cukup profesional, selain dengan tinggal berpindah-pindah, juga sering mengganti nama agar sulit dilacak. Pelaku juga selalu berganti istri, di setiap daerah selain mengganti nama, juga menjalin hubungan melalui perkawinan. Resiko kerugian kendaraan dapat diatasi dengan mengikuti asuransi mobil. Hal ini penting untuk meminimalkan resiko, terutama resiko kehilangan. Dalam bisnis rental mobil, resiko yang paling utama sekaligus menakutkan adalah terjadinya penggelapan. Tidak menutup kemungkinan, bisnis rental mobil menjadi incaran pelaku tindak kejahatan. Para pemilik rental mobil usahakan selalu menjalankan prosedur pengecekan kepada calon konsumen yang akan menyewa mobil. Pengecekan tersebut seperti: 1. Calon konsumen harus memiliki rumah sendiri atau ada orang yang menjamin ia tinggal di rumah tersebut. Pengecekan dapat dilakukan seluruh syarat administrasi sewa mobil seperti KTP, Kartu Keluarga, 3 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Eresco, Bandung, 1987, hal 16.

5 rekening listrik, bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan rekening telepon. Jika ada perbedaan nama di surat-surat tersebut, besar kemungkinan rumah yang ditempati bukan rumah orang yang bersangkutan. 2. Lakukan pengecekan rumah calon konsumen tersebut. Pastikan bahwa dia tinggal di alamat yang tertera pada KTP. Hal ini mencegah terjadinya penipuan, misalnya ternyata konsumen akan meninggalkan rumah yang telah dikosongkan dengan menggunakan mobil rental. 3. Lakukan pengecekan keberadaan calon konsumen di lingkungan rumahnya dengan bertanya pada pejabat setempat yang berwenang seperti Ketua RT, Ketua RW, atau tetangga yang berada di sekitar rumahnya secara acak. Dalam mengadili terdakwa yang melakukan tindak pidana penggelapan, sebelumnya harus dibuktikan terlebih dahulu apakah seseorang itu mampu dipertanggungjawabkan, dengan kata lain adanya unsur kesalahan. Pasal 372 sampai dengan Pasal 377 KUHP dikenal dengan penggelapan. Perbuatan tersebut bisa sebagai delik kebiasaan, juga dapat merupakan undang-undang menurut dilakukannya perbuatan terlarang berulang kali. Memang sulit untuk mengetahui apakah barang tersebut berasal dari kejahatan atau tidak, tetapi dengan cara menilai dari adanya harga yang lebih murah dibandingkan harga di pasaran, besar kemungkinan barang terseut berasal dari kejahatan. Besar kemungkinan pula si pembeli mengetahui atau sepatutnya dapat menduga bahwa barang itu berasal dari suatu kejahatan. Namun apabila barang tersebut yang dalam hal ini kendaraan, sudah berpindah

6 tangan beberapa kali, dirasa tidak adil apabila seseorang yang membeli barang dikatakan sebagai penadah yang diancam oleh Pasal 480 KUHP. Ada kemungkinan orang tersebut membeli barangnya sendiri, sekalipun perbuatan yang bersangkutan memenuhi rumusan pasal penadahan, tetapi tentunya pasal tersebut tidak ditujukan kepada orang yang memenuhi pasal penadahan, harus sesuai dengan maksud dari pasal-pasal penadahan. Uraian di atas sekaligus menunjukkan bahwa tindak pidana penggelapan yang berakhir pada penadahan kendaraan bermotor sekarang ini, sesuatu yang tidak pernah diharapkan dan tidak akan dibiarkan begitu saja oleh masyarakat dimanapun juga. Masyarakat bersama pemerintah melalui aparat penegak hukumnya, akan selalu berusaha menanggulangi kejahatan atau minimal mengurangi angka kejahatan. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penulisan ini, adalah: 1. Langkah apa yang diambil oleh Polri dalam mengungkap kasus penggelapan mobil rental oleh penyewanya? 2. Apa kendala yang dihadapi Polri dalam penyelesaian kasus penggelapan mobil milik perusahaan rental mobil di Sleman?

7 C. Tujuan penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini, antara lain sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang diambil oleh Polri dalam mengungkap kasus penggelapan mobil rental oleh penyewanya. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kendala dalam penyelesaian kasus penggelapan mobil milik rental mobil. D. Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat obyektif Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan pencegahan penggelapan mobil pada khususnya, terutama untuk pemilik rental mobil. 2. Manfaat subyektif a. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah agar lebih cermat dalam menangani masalah yang terjadi di masyarakat. b. Bagi penulis Penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada penulis dalam memahami sejauh mana konsep hukum terhadap penggelapan

8 dan penadahan mobil yang bertentangan dengan Pasal 372 sampai 377 KUHP tentang penggelapan dan penulisan ini dapat memenuhi syarat bagi penulis menjadi sarjana hukum. c. Bagi kalangan akademis Penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada kalangan akademis dalam memahami konsep hukum terhadap proses penyelesaian kasus penggelapan mobil milik rental mobil dan kendala yang dihadapi dalam proses penyelesaian kasus penggelapan mobil pada rental mobil. d. Bagi masyarakat Penulisan ini dapat memberi wawasan kepada masyarakat agar lebih memahami tentang penyelesaian kasus penggelapan mobil, maka masyarakat dihaarapkan dapat lebih peka dengan adanya perbuatan melanggar hukum yang ada di sekitar dan turut bekerja sama dalam mencegah terjadinya tindak pidana penggelapan mobil. e. Bagi pemilik rental Penelitian ini dapat memberikan wawasan terhadap pemilik rental mobil pada khususnya, agar lebih memperhatikan aset yang dalam hal ini mobil, dirawat secara rutin untuk menarik pelanggan dan hendaknya diperiksa dan diservis secara berkala. Selain itu juga diperhatikan keamanannya, selain memasang alat pengamanan GPS (Global Positioning System), juga harus mendaftarkannya pada asuransi agar lebih terjamin keamanannya.

9 E. Keaslian penelitian Sejauh pengamatan peneliti, belum ada penelitian yang secara khusus menganalisis mengenai Penyelesaian Kasus Penggelapan Mobil Milik Perusahaan Rental Mobil di Sleman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah proses penyelesaian kasus penggelapan mobil milik rental mobil dan ada atau tidaknya kendala yang dihadapi dalam proses penyelesaian kasus penggelapan mobil milik rental mobil. Kekhususan dari penelitian ini adalah penulis ingin meneliti langkah yang diambil oleh Polri dalam mengungkap kasus penggelapan mobil rental oleh penyewanya, sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain dan belum ada yang melakukan penelitian khusus untuk judul penelitian ini. F. Batasan konsep Penulis akan memberikan batasan konsep sebagai berikut: 1. Penyelesaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan, menyelesaikan (pemberesan, pemecahan). 2. Kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal, soal, perkara. 3. Penggelapan itu terdapat unsur-unsur obyektif meliputi perbuatan memiliki, suatu benda yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain, yang berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, dan unsur-unsur

10 subyektif meliputi penggelapan dengan sengaja dan penggelapan melawan hukum. 4 4. Mobil menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kendaraan darat yg digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak untuk menghidupkan mesinnya. 5. Perusahaan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kegiatan (pekerjaan dsb) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu, mengolah atau membuat barang-barang, berdagang, memberikan jasa, dsb). 6. Rental adalah persewaan atau penyewaan. G. Metode penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian hukum normatif, dengan cara penulis mencari norma atau hukum positif dalam bentuk peraturan perundang-undangan, dan melakukan deskripsi, sistemasisasi, analisis, interpretasi, dan nilai hukum positifnya. 2. Data Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, penelitian ini menggunakan data sekunder yang akan dipakai untuk menjawab 4 Pasal 372 sampai 377 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang Penggelapan. Op.cit hal. 2.

11 permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah yang berkaitan dengan penyelesaian kasus penggelapan mobil milik perusahaan rental mobil di Sleman. Adapun data sekunder yang digunakan sebagai berikut: a. Bahan hukum primer 1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal 372 sampai dengan Pasal 377. 2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal 480. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer seperti pendapat dari para ahli di bidang hukum, artikel, jurnal, makalah, website, yang berkaitan dengan penulisan hukum. c. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3. Narasumber Narasumber adalah individu yang berwenang dan mempunyai keterkaitan dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Adapun narasumber dari penelitian ini adalah perusahaan rental mobil PT. Merapi Trans, Polres Sleman, instansi pemerintah ataupun yang berkaitan dengan penelitian.

12 4. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dengan membaca, mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan, buku, makalah, artikel yang terkait dengan penyelesaian kasus penggelapan mobil milik rental mobil. 5. Metode analisis data Seluruh data yang diperoleh dikumpulkan secara lengkap, selanjutnya disistematikakan untuk dilakukan analisis. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah deskriptif kualitatif, yaitu menganalisis pemaparan hasil-hasil penelitian yang sudah disistematikakan tersebut dengan yang didapatkan dari teori-teori hukum positif untuk dapat menjelaskan penyelesaian kasus penggelapan mobil milik rental mobil dalam bentuk kalimat yang ilmiah dan mudah dipahami. Langkah selanjutnya, dari norma hukum yang dipergunakan sebagai dasar hukum diinterpretasikan secara gramatikal, yaitu mengartikan suatu terminology hukum atau suatu bagian kalimat menurut bahasa sehari-hari atau bahasa hukum. Selain itu, dilakukan interpretasi sistematik, dengan titik tolak dari sistem aturan mengartikan suatu ketentuan hukum, serta dilakukan interpretasi teleology yaitu bahwa setiap peraturan perundang-undangan mempunyai tujuan tertentu. Norma hukum positif yaitu peraturan perundang-undangan yang telah disistematikakan, kemudian diinterpretasikan dengan sistematis yaitu

13 mendasarkan sistem aturan mengartikan suatu ketentuan hukum. Menilai hukum positif terhadap penyelesaian kasus penggelapan mobil milik rental mobil. Analisis yang telah dipaparkan, menggunakan penalaran deduktif yaitu bertolak dari peraturan perundang-undangan yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan berupa penyelesaian kasus penggelapan mobil milik rental mobil di Sleman, beserta kendalakendala yang dihadapi dalam penyelesaiannya. H. Sistematika penulisan hukum Penulisan hukum yang disusun penulis terdiri dari 3 (tiga) bab dengan urutan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metodologi Penelitian, Metode Penelitian Hukum, Metode Analisis dan Sistematika Penulisan. BAB II : PEMBAHASAN Pada bab ini penulis menguraikan tentang tinjauan umum mengenai konsep hukum, tinjauan umum mengenai penyelesaian kasus penggelapan mobil milik perusahaan rental mobil di Sleman, serta hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui bagaimanakah proses

14 penyelesaian kasus penggelapan mobil milik perusahaan rental mobil di Slemandan untuk mengetahui ada atau tidaknya kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan kasus penggelapan mobil milik perusahaan rental mobil di Sleman. BAB III : PENUTUP Dalam bab penutup ini penulis menguraikan kesimpulan yaitu berupa jawaban dari rumusan masalah yang diperoleh berdasarkan penelitian, serta berisi saran-saran yang diajukan berdasarkan jawaban dari rumusan masalah dalam peneliitian hukum ini.