SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000

dokumen-dokumen yang mirip
SUBROGASI. 1. Definisi subrogasi

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Jelaskan bagaimana cara seorang tertanggung membuktikan adanya asuransi, apabila polisnya belum di terima.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB II PENGELOLAAN BISNIS ASURANSI

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

2.Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23);

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Teknik Perancangan Perjanjian - Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Saham

BAB VI POLIS ASURANSI

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Dokumen Perjanjian Asuransi

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213 TAHUN 1961 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PIMPINAN UMUM ASURANSI JIWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UTMOST GOOD FAITH. 3. Material facts

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

Minggu Ke III ASURANSI JIWA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1965 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA ASURANSI KERUGIAN JASA RAHARJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI JIWA Pasal 1 ARTI BEBERAPA ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Surety Bond memiliki konsep sebagai penyedia jaminan, merupakan

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1965 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA ASURANSI KERUGIAN JASA RAHARJA

Kontrak. Defenisi: 1313 KUHPerd suatu perbuatan yagn terjadi dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN DI DARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA


Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL DALAM TANGGUNG JAWAB DIREKSI PADA SEBUAH PERSEROAN TERBATAS DAN DAMPAK PENERAPANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, manusia pasti akan menemui risiko-risiko dalam hidupnya.

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000 BAGIAN I 1. Uraikan 2 (dua) bidang usaha perasuransian menurut UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Dalam Bab II yang berjudul Bidang Usaha Perasuransian pada Pasal 2 UU No. 2 Tahun 1992 disebutkan bahwa usaha perasuransian merupakan kegiatan usaha yang bergerak di bidang : a. Usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang. b. Usaha penunjang usaha asuransi yang menyelenggarakan jasa keperantaraan penilaian tuntutan kerugian asuransi dan jasa aktuaria. 2. Uraikan perbuatan melanggar hukum menurut hukum perdata Indonesia. Dasar hukum dari kewajiban dalam tort (perbuatan melawan hukum) menurut KUH Perdata Indonesia adalah : -Pasal 1365 KUH Perdata, Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. -Pasal 1366 KUH Perdata, Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hatihatinya. 3. Uraikan perbedaan pialang asuransi dengan agen asuransi menurut UU No. 2 Tahun 1992. Menurut UU No 2/1992 pasal 1 ayat 8, perusahaan pialang asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. Sedangkan menurut UU No 2/1992 pasal 1 ayat 10, agen asuransi adalah seseorang atau badan hukum yang kegiatannya memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. 4. Sebutkan persyaratan modal setor menurut PP No. 63 Tahun 1999 untuk perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi dan perusahaan pialang asuransi. Menurut PP No. 63 Tahun 1999, persyaratan modal disetor bagi pendirian baru perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi sekurang-kurangnya sbb : a. Rp 100.000.000.000,00 (seratus milyard rupiah) bagi perusahaan asurnasi. http://www.pojokasuransi.com - 1 -

b. Rp 200.000.000.000,00 (dua ratus milyard rupiah) bagi perusahaan reasuransi. 5. Uraikan pengaturan pertanggungan rangkap (double insurance) menurut KUHD. Menurut Pasal 277 KUHD, pertanggungan yang telah dibayar penuh oleh penanggung pertama maka penanggung kedua dibebaskan dari pembayaran ganti rugi. Menurut Pasal 277 KUHD di atas, kontribusi dapat timbul apabila : a. Ada 2 (dua) polis atau lebih. b. Polis-polis tsb menutup pokok pertanggungan yang sama. c. Polis pertama tidak boleh menutup nilai sepenuhnya dan polis lain menutup nilai selebihnya. Namun demikian, dalam praktek bisnis asuransi, apabila terjadi double insurance maka berlaku prinsip kontribusi dimana seorang penanggung berhak meminta penanggung lain yang turut bertanggung jawab kepada tertanggung yang sama untuk turut menanggung suatu kerugian tertentu yang ganti rugi penuhnya (full indemnity) telah dibayar oleh penanggung pertama. 6. Uraikan common duty of care dalam occupier s liability. 7. Uraikan accord and satisfaction dalam suatu contract. Accord and satisfaction diartikan sebagai jika salah satu pihak mempunyai kewajiban tertentu, misalnya membayar uang atau melakukan jasa tertentu terhadap orang lain maka kedua belah pihak dapat membuat persetujuan bahwa kewajiban awal tsb dapat diganti dengan melakukan sesuatu yang lain. 8. Uraikan perbedaan negligence dengan contributory negligence. Negligence adalah salah 1 (satu) bentuk tort yang didefinisikan sebagai the omission to do something which a reasonable man, guided by those consideration which ordinarily regulate the condust of human affairs would do or doing something which a prudent and reasonable man would not do (Kasus Blyth vs Birmingham Waterworks Co.) Sedangkan contributory negligence adalah salah 1 (satu) bentuk dari defence of tort, yaitu pihak penggugat maupun pihak tergugat sama-sama melakukan kelalaian dan bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita penggugat. Contohnya adalah kasus Baker vs Willoughby (1969) : Seorang pejalan kaki memiliki jarak pandang paling sedikit 200 yards di jalan, begitu pula dengan seorang sopir, dia harus memperhatikan banyak peringatan mengenai pejalan kaki yang sering berusaha untuk menyeberang jalan. Walaupun sudah ada ketentuan tsb, tetap terjadi kecelakaan ketika seorang pejalan kaki berusaha menyeberang di jalan. Pejalan kaki menuntut melalui pengadilan terhadap sopir mobil namun pengadilan banding memutuskan bahwa sopir dan pejalan kaki secara merata sama-sama bersalah dan penggantian terhadap pejalan kaki berkurang setengah dari yang seharusnya dia terima seandainya dia tidak ada unsur kesalahan dari dirinya sendiri sama sekali. http://www.pojokasuransi.com - 2 -

BAGIAN II 9. Jelaskan waktu mulai berlakunya perjanjian asuransi dikaitkan dengan : a. Asas konsensualisme yang dianut oleh hukum perjanjian Indonesia. Arti asas konsensualisme adalah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok walaupun belum ada perjanjian tertulisnya sebagai sesuatu formalitas. Karena suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan,maka perjanjian itu lahir pada detik diterimanya suatu penawaran (offerte). Menurut ajaran yang lazim dianut sekarang, perjanjian harus dianggap lahir pada saat pihak yang melakukan penawaran (offerte) menerima jawaban yang termaktub dalam surat tersebut, sebab detik itulah yang dapat dianggap sebagai detik lahirnya kesepakatan. Karena perjanjian sudah lahir maka tak dapat lagi ia ditarik kembali jika tidak seizin pihak lawan. Asas konsensualisme tersebut lazimnya disimpulkan dari pasal 1320 KUHPer, yang berbunyi: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal b. Praktek yang berlaku dalam industri asuransi nasional. 10. Dalam kaitan dengan UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Arbitrase, jelaskan :. a. Pengertian arbitrase. Arbitrase adalah suatu cara penyelesaian sengketa klaim dimana seorang atau lebih dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri atau oleh lembaga arbitrase untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu. b. Pengertian alternatif penyelesaian sengketa. c. Syarat yang harus dipenuhi seseorang agar dapat ditunjuk atau diangkat menjadi arbiter. Syarat yang harus dipenuhi arbiter : 1. cakap melakukan tindakan hukum. 2. berumur paling rendah 35 tahun. 3. tidak mempunyai hubungan hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan salah satu pihak sengketa. 4. tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan arbitrase. 5. memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di bidangnya paling sedikit 15 tahun. 11. Jelaskan 6 (enam) cara berakhirnya kontrak menurut hukum Inggris. Hak dan kewajiban dari pihak yang berkontrak dapat berakhir dengan cara-cara sebagai berikut : http://www.pojokasuransi.com - 3 -

a. Performance. Merupakan cara yang paling umum dari berakhirnya kontrak, masing-masing pihak melakukan kewajibannya sesuai yang dipersyaratkan dalam kontrak. b. Breach (Pelanggaran). Bisa merupakan pelanggaran terhadap condition atau pelanggaran terhadap warranty dengan konsekuensi yang berbeda. Condition adalah persyaratan dalam kontrak yang sangat vital sifatnya sehingga kegagalan satu pihak untuk memenuhinya akan menyebabkan pihak lain mempunyai hak untuk menganggap kontrak tsb telah berakhir dan membebaskan pihak tsb dari kewajiban dalam kontrak. Warranty adalah persyaratan dalam kontrak yang sifatnya tidak sefundamental condition, hanya berhubungan dengan hal yang bersifat collateral. Jika salah satu pihak melakukan breach of warranty maka pihak lain berhak mengklaim ganti rugi tetapi tidak berhak untuk menganggap bahwa kontrak tsb telah berakhir. Namun demikian, dalam kontrak asuransi, warranty sifatnya ekuivalen dengan condition dalam kontrak lain. Misalnya dalam asuransi kebakaran terdapat warranty agar Tertanggung tidak akan menyimpan barang-barang yang mudah terbakar dan Tertanggung gagal melakukannya, maka Tertanggung berhak untuk menolak tanggung jawabnya terhadap polis tersebut. c. Repudiation. Muncul jika salah satu pihak dalam kontrak baik secara express maupun implied mengindikasikan bahwa dia tidak mempunyai maksud untuk melakukan kewajibannya dalam kontrak atau telah melakukan sebagian kewajibannya dan tidak berniat menyelesaikannya, maka pihak lain dapat menuntut ganti rugi. d. Frustation. Dalam beberapa kasus, frustation akan menghapuskan kontrak dan pihak yang tidak dapat melakukan kewajibannya tidak bertanggung jawab atas breach of contract : -jika kontrak dibuat berdasarkan asumsi bahwa suatu kejadian tertentu akan terjadi dan kejadian tsb tidak terjadi. -pelaksanaan kontrak tsb bergantung pada adanya suatu hal atau barang secara terus menerus dan barang tsb rusak secara aksidental. -frustation disebabkan karena perubahan dalam hukum tapi bukan disebabkan karena aplikasi dari hukum yang sudah ada. -kontrak untuk melakukan personal service dan orang yang bersangkutan tidak dapat melakukan service tsb karena sakit atau mati. e. Release. Pihak-pihak dalam kontrak melalui persetujuan mutual dapat juga mengakhiri kontrak dengan cara yang sama. Jika kedua belah pihak masih mempunyai kewajiban yang harus dilakukan, mereka dapat secara mutual menyetujui untuk saling melepaskan pihak lain dari kewajiban tsb. Ini dikenal dengan waiver dan tidak diperlukan formalitas tertentu untuk ini, misalnya pelepasan hak tsb bisa dilakukan secara oral meskipun kontrak aslinya dibuat secara tertulis. Namun jika sebuah kontrak yang diubah harus dibuktikan secara tertulis dan bukannya dilepaskan haknya maka harus ada bukti tertulis mengenai perubahan tsb seperti halnya harus ada bukti tertulis mengenai kontrak aslinya. http://www.pojokasuransi.com - 4 -

f. Accord dan satisfaction. Jika salah satu pihak mempunyai kewajiban tertentu, misalnya membayar uang atau melakukan jasa tertentu terhadap orang lain maka kedua pihak tsb dapat membuat persetujuan bahwa kewajiban awal tsb dapat diganti dengan melakukan sesuatu yang lain. 12. Jelaskan menurut Hukum Inggris : a. Capacity of contract. Hukum agency dibuat berdasarkan maxim qui facit per alium facit per se (siapa yang menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu maka ia dianggap melakukan sendiri he who does a thing through another, does it himself. Seseorang yang mempunyai contractual capacity bisa mempekerjakan agen, dengan pengecualian tertentu, mengikat agen tersebut untuk melakukannya sendiri. b. Void, voidable, unenforceable contract. Void (batal) adalah suatu kondisi apabila syarat objektif tidak dipenuhi sehingga perjanjian itu batal demi hukum. Artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan hukum, adalah gagal. Dengan demikian, maka tiada dasar untuk saling menuntut di depan hakim. Dalam bahasa Inggris dikatakan bahwa perjanjian yang demikian itu null and void. Voidable adalah suatu kondisi dimana syarat subjektif tidak dipenuhi namun perjanjian bukan batal demi hukum tetapi salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu, adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya (perizinannya) secara tidak bebas. Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu mengikat selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi. Dengan demikian, nasib sesuatu perjanjian seperti itu tidaklah pasti dan tergantung pada kesediaan suatu pihak yang mentaatinya. Ia selalu diancam dengan bahaya pembatalan (canceling). 13. Salah satu syarat untuk memperoleh ijin usaha perusahaan perasuransian dengan bentuk badan hukum PT adalah menyampaikan Anggaran Dasar PT yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang. Sebelum adanya pengesahan dimaksud, jelaskan : a. Bagaimana status hukum PT tersebut. b. Bagaimana pertanggungjawaban Direksi dan Komisaris atas transaksi-transaksi yang dilakukan. 14. UU No. 2 Tahun 1992 beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya melarang adanya ketentuan dalam polis yang dapat ditafsirkan sebagai pembatasan upaya hukum bagi tertanggung dalam hal terjadi perselisihan polis. Jelaskan ketentuan tsb di atas dalam kaitan dengan klausul arbitrase polis asuransi kendaraan bermotor Indonesia. http://www.pojokasuransi.com - 5 -